DIFOME~30

69 25 0
                                    

Tiada hal lain yang kulakukan selain berdiri kaku melihat Aldric dimarahi guru di dalam sana. Aku menatap wajahnya, ia membalas. Terbaca bahwa ia sedang kecewa.

Perasaanku tak enak, apakah Aldric marah karena aku menolak membantunya malam itu? Aku juga iba, melihat Aldric yang memasang tampang sedih. Aldric yang biasanya kukenal dengan tampang berani, tiba-tiba ia menjadi lemah.

Mataku tertuju pada Aldric yang berjalan keluar dari Kantor Guru, hingga keluar dari sana. Aldric sempat berhenti sesaat didepanku, karena aku mengatakan sesuatu padanya.

"Maaf." aku merasa bersalah besar kepada Aldric.

"Cuih!" Aldric mengalihkan pandangannya, lalu ia menarik dan melepas kembali tangannya dari rompi bajunya. Aldric berjalan menjauhi kami.

"Aldric tunggu!" aku yang ingin mengejar Aldric langsung berhasil dihalang oleh Azmi.

"Vasha, biarin, dia memang gitu." Azmi meraih tanganku lalu mengenggamnya.

Aku menundukkan pandangan, "Baiklah" balasku lembut.

Dengan hati yang tak nyaman, aku ikut Azmi kekantin. Lagi-lagi keheningan terjadi diantara kami. Baik dalam perjalanan, hingga saat makan pun.

"Kalau diaduk-aduk gitu, baksonya bakal basi!" Azmi dari tadi mengoceh, namun tak berpengaruh oleh pikiranku yang terfokus pada Aldric.

"Azmi"

"Hmm?"

"Lo pernah nggak sih dikasi kode sama cewek? Caranya ngatasinya gimana?"

"Kalau kode mungkin pernah beberapa kali. Tapi, nggak gue pikirin lah. Emang kenapa? Ada yang ngasih kode ya ke elu?"

Aku menggelengkan kepala. Aku tak bisa memastikan apakah Aldric memberi kode atau sekedar iseng saja.

"Ooh. Gue cuman mau bilangin. Biasanya orang yang ngasih kode itu adalah cowok yang hidupnya penuh basa basi. Kadang juga ada yang hanya mempermainkan. Jadi lo sebagai cewek hati-hati aja"

Aku kaget mendengar perkataan Azmi barusan, "Ma-masa sih?"

"Iya, mungkin."

>_<>_<>_<

Hatiku masih merasa belum puas. Sepertinya aku harus meminta maaf lagi ke Aldric. Malam yang dingin ini, aku usahkan pergi menuju markas Aldric. Atau Rooftop Asrama Pria. Sesampai disana, Aldric tak kelihatan, hanya ada satu lelaki yang kunampak merupakan anggota geng Aldric.

"Rangga, Aldric mana?"

"Eh, Vasha? Nggak tau, dari tadi dia belum ngumpul"

"Ngapain nyari-nyari gue?" tiba-tiba Aldric sudah berada dari samping kiri Rangga.

"Eh ada bos woi!" semua anggota Aldric keluar dari markas, dan mendekat. Menanyakan Aldric yang tiada muncul dari siang tadi. Aku hanya diam menatap puntung rokok ditangan Aldric.

Ini tak bisa diterima. Ternyata lelaki itu merokok. Aku benci yang namanya rokok, karena itu telah membuat saluran pernafasanku terganggu.

"Kayaknya gue butuh bicara empat mata sama nih cewek."

"Siap bos, kami tunggu di markas! Moga-moga malam ini ya!" anggota Aldric yang awalnya mengerumuniku, kini bubar.

Aldric berjalan beberapa langkah, aku mengikutinya. Hingga ia berada di kawasan ujung Rooftop.

"Lo ngerokok ya?"

"Yo"

"Apa enaknya? Itu bahaya Aldric!"

"kalau lo mau ngurusin hidup gue, jangan sekarang!"

"Ba-baik. Aku cuma mau minta maaf."

"Untuk?"

"Karena aku nggak ngebolehin kamu join belajar sama Azmi"

Aldric tertawa remeh, ia membuang puntung rokok yang sudah mulai habis kelantai. Lalu ia menginjaknya.

"Itu doang?"

"Ada yang lain. Aku ma-mau nanya" aku sedikit gugup. Padahal sebelumnya aku sudah berlatih didepan kaca untuk mengatakan pertanyaan yang mantap kepada Aldric.

"Aldric, jujur ya. Ka-kamu ngasih kod"

"Eh, kayaknya lo kelamaan. Geng gue udah nunggu di markas."

Aku mendengus kesal, belum juga aku sempat bicara Aldric sudah memotongnya. Seolah-olah melarangku bertanya tentang hal ini. Aku mengerti, mungkin lain kali aku diberi kesempatan.

Perlahan, aku berbalik kebelakang dengan rasa kecewa. Sia-sia saja malam ini. Padahal aku sudah merelakan cuti drakor demi menemui Aldric.

"Tunggu!" Aldric mengenggam tanganku yang mungil itu erat. Aku kembali berbalik badan. Dan tersenyum tipis.

"Iya"

"Lo pecaya sama gue?"

Aku menganggukkan pandangan sebagai jawaban.

"Jauhin lelaki itu sebelum terlambat." sudah lebih dari dua kali Aldric mengatakan ini kepadaku, aku penasaran ada apa dengan Azmi.

"Dia kenapa?"

Kami mulai berjalan menuju pintu rooftop, dengan tangan Aldric yang tak mau lepas.

"Dia berbahaya, kapan-kapan gue ceritain."

"Ok"

Kami bertatapan sesaat. Bahkan dimalam gelap ini wajah Aldric masih bersinar dengan cerahnya.

"Selamat malam, hati-hati." aku tak tau Aldric kerasukan apa, tiba-tiba saja dia memelukku begitu erat. Dan melepaskan kembali.

"Sampai jumpa besok Vasha." Ia tersenyum tipis, sembari melambaikan tangan padaku.

Aku perlahan menuruni anak tangga. Kenapa Aldric kali ini berbeda? Biasanya dia selalu marah-marah dan membentak. Tapi, untuk malam ini dia lebih terlihat ramah. Membuatku hanyut dalam suasana. Sepertinya Aldric benar-benar akan membawaku kepermainannya.

Sepertinya juga dugaanku selama ini benar, dia telah beberapa kali memberi kode. Baiklah, aku tunggu kode selanjut yang akan ia lempar.

***

Happy malming para pembaca setiaku! Hehehe, cuman mau ngingetin. Jangan bosan ya;)

By: Geochim💛

Different From Me [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang