DIFOME~03

203 50 0
                                    

Sumpah deh, aku gabut banget sekarang. Malah masih jam sepuluh pagi lagi. Gini nih keadaan kalau habis ujian semester. Udah pada class meeting aja. Walaupun begitu, ujian UN semakin dekat menghampiri. Nasib-nasib, nggak kerasa aja mau tamat SMP. Kayak kemarin aja baru tamat SD.

Aku memutar pensil itu diatas meja. Tak tau akan melakukan apa. Sementara, para teman-temanku sedang asik menonton kpop funy. Ntah apa gunanya, meihat para oplas melakukan aegyo. Bukannya terlihat lucu, malah seperti bencong.

"Hai Vasha! Galau niee!!!" Dengan sekejap Kiwa duduk disampingku, lalu menyentil perut ini. Tau aja si Kiwa perutku ada kenyal-kenyalnya. Alias lemak!

"Nggak galau. Cuma gabut aja." Aku membuang wajah darinya. Udah jelas bad mood, malah disamperin sama nih anak.

"Kiwa punya ide nih. Yok joget!" Kiwa menarik paksa tanganku, hingga aku bangkit dari duduk. Ini nih yang paling malas berada didekatnya. Ia berusaha membujuk orang. Tapi nggak tau, itu bikin garing.

Kiwa terus melenggak lenggokan pinggulnya yang tepos itu. Diiringi music yang dihidupkannya melalui handphone. Aku hanya berdiri lesu melihat perlakuan Kiwa. Memang dari dulu nggak pernah warasnya.

Akibat merasa jenuh. Akupun pergi meninggalkan Kiwa yang tiada henti menari tak jelas sendirian. Lebih baik mencari Udara segar keluar kelas. Dari pada didalam, akan membuat gendang telingaku lama-lama pecah. Mendengar ketawa ketiwi kpopers itu. Hampir semua isi kelasku pengagum oplas. Untung aku pengagum mantan. EH!

"Woe Vasha!" Teriak sosok perempuan dari ujung sana.

Ketika melirik kearah tersebut. Disana, silca melambaikan tangannya kepadaku. Aku mendekat kearah Silca. Ia adalah sahabatku dari TK dulu. Sepertinya, waktu luangku akan terisi dengan Silca.

"Yups Bro!" Kami berjabat tangan setelah aku sampai dihadapannya. Silca ini berbeda kelas sih sama aku. Tapi walau begitu, tak menjadi penghalang persahabatan kami.

"Hari ini jadwal full nggak?" Tanyanya dengan bersemangat. Boro-boro aja jadwal full, waktuku terbuang untuk termenung.

"Pastinya nggak."

"Temenin gue ke Mall dong! Mau beliin kado untuk Raihan nih."

"Langsung cabut!"

Aku tak lupa untuk mengambil tas dikelas. Nggak lucukan pas pulang, eh Taunya tas ketinggalan. Banyak dari teman-temanku yang bertanya apakah boleh pulang atau tidak. Beginilah aku, pertanyaan mereka tak kuladeni. Ujung-ujungnya ntar juga bacot.

>_< >_< >_<

Sudah lebih beribu kali kami mengelilingi Mall. Barulah Silca medapatkan barang yang diinginkannya. Kalau dipikir-pikir, Silca ini termasuk orang yang beruntung. Keluarga yang tentram, pintar, punya pacar yang perhatian. Jauh banget dibanding sama akunya.

"Walau lo udah putus ama Dika jangan sedih mulu." Suara Silca menyadarkanku dari lamunan sesaat. Kini kami sedang makan di KFC, yang mungkin berjuta umat sudah mencobanya.

"Sedih mah, udah terlanjur. Tapi, aku berusaha Move on kok."
"Walau belum bisa mengiklaskan sepenuhnya" Sambungku dalam hati.

"Bagus! Ini baru konco gua! Oh ya, gue udah bilangin keadmin untuk nambahin lo ke grup Classy Youth Community. So, tenang saja."

Mendengar perkataan Silca barusan, aku bergidik ngeri. Sepertinya, putus dengan Dika harusku jadikan pelajaran. Untuk berubah menjadi baik dari sebelumnya.

"Maaf Sil, bukannya aku nggak mau. Aku takut, geng kayak begituan membawaku keajaran sesat" Kataku dengan sedikit ragu. Pasti Silca tersinggung dengan ucapanku barusan.

"Lo bilang apa hah? Jadi selama ini lo kira gue nggak baik? GITU?"

Sudah benar saja dugaanku, Silca marah besar mendengar hal barusan.

"BUKAN!" Tegasku cepat.

"Kamu masuk geng itu bukan berarti aku merendahkanmu. Tapi, lebih baik kamu juga keluar dari sana. Mereka didalam itu sama sekali nggak baik." Sambungku setelah mengambil napas panjang.

"TERSERAH KATA LO! Gue kecewa!" Silcapun pergi dengan penuh emosi, meninggalkanku sendiri.

Sungguh, sungguh, sungguh. Aku sangat menyesal mengucapkan itu. Seharusnya kata-kata tersebut tak keluar dari mulutku. Ini adalah pertengkaran hebat diantara kami. Yang dulunya mendebatkan hal sederhana, kini berubah menjadi mempermasalahkan urusan pribadi Silca.

Andai waktu bisa ulang kembali. Aku akan berpikir panjang. Dan mungkin, kalimat itu tak ku lontarkan dihadapannya. BODOH! BODOH! BODOH! Aku memang bodoh dalam segala hal!

***

Terimakasih sudah menjadi pembaca setia DIFOME! SARANGHEO READERS!

By: Geochim💛

Different From Me [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang