DIFOME~14

119 33 3
                                    

"Vasha ayo cepetan lari! Keburu Alhat ngehampirin kita!" Chilla berusaha membujuku pergi dari sini.

"Nggak Chil! Aku akan membasmi orang songong yang kelewatan ini!" Aku menatap rombongan lelaki dihadapanku. Dan memasang gaya seolah-olah ingin baku hantam.

Aku yakin. Manusia yang suka membuly atau menganggu kenyamanan siswa harus dimusnahkan. Kalau tidak, mereka akan terus berbuat hingga kelewatan batas.

Tiba-tiba pikiranku berubah. Yang tadinya aku merasa bisa melawan mereka. Perasaanku menjadi tak enak. Sementara rombongan yang bisa dibilang "Alhat" semakin mendekat.Hingga menyisakan jarak diantara kami sekitar dua meteran.

Aku langsung bertindak cepat membalikan tubuhku. Lalu menarik tangan Chilla, dan berlari sekencangnya. Chilla yang awalnya ngebacot disampingku, kini ia menjadi diam dan fokus kedepan saja. Larian kami mungkin mengalahkan singa atau harimau dihutan sana.

Sesekali kuberanikan diri menghadap kebelakang. Ternyata rombongan Alhat tak mau kalah. Mereka Bersama malah mengejar kami dengan sekuat tenaga. Semua orang yang kami lewati terheran dan menyaksikan dengan saksama. Sial, penonton malah bukan nolong tapi bengong ngelihat aku dan Chilla kesusahan.

"Awas ya kalian ciwi-ciwi kampret! Urusan kita belum selesai!" Sorak Aldric dari belakang ketika kami sudah sampai diperbatasan asrama putri. Yang berarti batas boleh masuknya orang asing terhenti disini

Aku tak ada lagi menghadap kebelakang karena trauma. Dan begitu juga Chilla, ia terlihat sangat khawatir. Saat kami sampai didepan kamar, Chilla membuka pintu itu cepat. Diiringi kami masuk. Aku langsung mengunci pintu erat. Walaupun aku tau, Aldric tak akan bisa menuntut kemari.

"Heuh! Udah taukan resikonya?" Chilla merebahkan dirinya dikasur. Perkataan Chilla membuatku menyesal melalukan hal tadi.

"Mulai besok, aku nggak mau ketemu anak itu lagi!" Akupun ikut berbaring disamping Chilla kecapekan.

"Gimana cara ngehindar? Selagi kita masih satu sekolah sama orang tu. Geng Alhat bakalan terus neror kita!"

Aku terdiam kaku. Berarti semasa sekolahku harus diteror orang ganas? Apalagi besok ini kemungkinan besar bakalan se SMA dengan Alhat. Soalnyakan akukan udah sekolah diswasta. Yang udah pasti sekolah ini menyediakan Pendidikan bertahap-tahap. Dari SD sampai SMA.

Yoerobun, apes banget hidup gua!

>_<>_<>_<

Sore ini aku diajak Chilla menonton pertandingan basket antara putra asrama Soekarno 1A dan M. Hatta 1B. Kalau khusus asrama sih, merek per kamarnya memakai nama pahlawan dulu. Wajar aja nama sekolah aku SMP Bangsa Jaya Jakarta.

Sebenarnya sih aku kepingin nge drakor sore ini. Cuman, karena wifi sekolah ada masalah. Jadi terhalang. Lagian stok drakor aku udah habis semua. Dan aku juga lupa donlowad drakor lagi on going "Rookie Historian Goo Hae Ryung". Yang diperanin jodoh aku, Chaeunwoo.

Eits! Aku lupa! Jimin kan udah jadi suamikuh! NGAREP!

"Vasha bentar ya! Aku beli minum dulu!" Akibat terlalu bersemangat bersorak untuk para pemain. Chilla mungkin merasa kehausan. Dan pergi meninggalkanku yang bengong dari tadi.

Aku heran banget deh sama Chilla. Fans berat sekali sama siswa disini. Saking nekatnya ia mau nonton pertandingan kayak sekarang. Kek nggak ada kerjaan lain aja.

Kalau aku perhatikan baik-baik. Cowok-cowok disini buriq semua. Paling cuma anak lelaki gaje pas di rooftop itu mirip ama Joshua Seventeen. Yang lain ntahlah! Pokoknya jangan coba-coba bandingin sama Oppa aku deh!

"Kamu hebat ya!" Sosok suara wanita berasal dari sampingku.

Aku mengarah kekanan untuk memastikan siapa itu. Nggak lucukan siang bolong gini ketemu setan.

"Maksudnya?" Aku terheran dengan perkataan wanita barusan. Hebat dari mananya? Mungkin jago ngambil hati Jimin kali ye.

Wanita itu lalu duduk disampingku. Ia memakai hodie biru muda. Wajahnya juga cerah, kelihatan banget sebaya denganku.

"Lo adalah orang pertama yang bisa deketin Chilla, dan buat dia bahagia kayak sekarang. Setelah depresi melandanya" Katanya sambil menundukan pandangan.

Aku tak percaya mendengar kata "Depresi" Kelihatannya Chilla happy happy saja kok.

"Depresi?"

Wanita mendongakan kepala dan menatapku sesaat "Chilla kenak gangguan jiwa itu, semenjak orang tua dan sahabatnya meninggal, dihari ulang tahunnya, sekitar empat tahun yang lalu. Dia selalu menyalahkan dirinya, dan pernah melakukan percobaan bunuh diri beberapa kali" Wanita itu mengambil nafas dalam.

"Makanya jika siswa maupun siswi, pendiam disekolah ini pasti dikira depresi oleh orang lain"

aku menggelengkan kepala tak menyangka mendengar pengakuannya.

"Kebanyakan siswa meninggal depresi berat karena pelajaran maupun orang tua. Gue nggak ingin Chilla korban selanjutnya. Tolong jaga dia. Salam, gua dari sepupunya!" Wanita tersenyum menepuk pundakku. Lalu pergi begitu saja.

Aku bisa percaya ntah tidak dengan perkataannya. Yang jelas bulu kudukku merinding!

Eh! Tunggu! Pantas saja saat awal masuk sekolah aku dijauhi banyak orang. Mungkin karena aku pendiam makanya dikira depresi. Yaampun! Masalah apalagi ini?!

***

Terimakasih sudah menjadi pembaca setia DIFOME! SARANGHEO READERS!

By: Geochim💛

Different From Me [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang