"Woi sadar! Ini masih dunia manusia!"
Suara itu mengagetkanku, seolah-olah aku sadar, tak terjadi apa-apa. Entah itu karena gaya grafitasi, hingga aku membuatku melayang diudara. Atau memang aku masih diberi kesempatan hidup?
Akibat rasa penasaran, ku beranikan diri untuk memastikan ada apa. Ketika baru saja membuka mata, penglihatanku sudah disambut oleh pemandangan kota dari ketinggian. Yang membuat telapak kakiku geli.
Aku masih kurang tau, kenapa aku bisa diposisi seperti ini. Serasa ada yang menyangkutkanku, hingga aku bisa melihat pemandangan kota leluasa. Apakah mungkin disini ada ranting pohon yang tumbuh? Wow! Ajaib sekali!
"Eh, eh!"
Aku menjerit histeris ketika tubuhku diberdirikan dari posisi telungkup sebelumnya. Apakah kesempatan hidupku akan diambil kembali?
Setelah tubuhku bisa ditegakkan, ternyata umurku panjang. Aku mengambil nafas lega dan sangat bersyukur tragedy lompat diri tak terjadi.
"Untung selamat!" Ucapku sambil meluruskan pinggang.
"Kata siapa?"
Jantungku serasa ingin copot melihat kehadiran Aldric berada disampingku.
"AAAA!!!" Teriakku membuka mulut lebar.
Tangan Aldric langsung melayang menutup mulutku, hingga suaraku tak keluar lagi.
"Nggak usah pakai drama teriak-teriak segala lah!" Katanya dengan wajah amarah. Seram banget ngelihat macan kayak begini, apalagi jarak muka kami begitu dekat.
Aku segera melepaskan tangan brengsek itu dari mulutku. Dan berharap bisa kabur kali ini.
Ketika aku ingin memulai aksiku, Aldric nggak segan-segannya menyandarkan bahuku ketembok, dengan begitu kuat.
"makanya, jangan main-main sama gue!" Bisiknya begitu tajam ditelingaku. Membuat bulu kudukku bergidik ngeri.
"Aldric! Lepasin tanganmu! Sakit!" Aku merintih kesakitan. Mendengarnya, Aldric menuruti kehendaku. Tapi, sial banget! Sekarang ia malah memdekapku dengan tubuhnya.
Oh shit!
"Siapa nama lo?" Tanyanya dengan ekspresi wajah tak bias dikondisikan.
"Va-vasha!" Jawabku menggigil ketakutan.
"Kelas berapa lo?"
"Duh! Bisa nggak geser dikit!" Aku mengalihkan topik, merasa lama kelamaan tubuh Aldric, hampir menempel dengan badanku.
"JAWAB PERTANYAAN GUE!" Bentaknya tepat dihadapanku. Aku sempat memejamkan mata mendengar suaranya yang begitu deras.
"Sembilan C"
"Lo sering main kesini?"
Ini anak kepo banget dah!
"Hmm, kadang-kadang"
"Baiklah, mulai sekarang kita berteman. Karena baru saja lo perkenalan diri!"
"Hah?"
"Tapi lo haruss..."
Semenjak perkenalan gila yang disebut anak itu, nasib malang mulai kembali menghampiriku. Aku menjadi budak tempat mengerjakan pr Aldric. Tiap hari, Aldric selalu mengetor tugasnya yang bejibun padauk.
Sudahlah aku letih menjawab soal dari guru si Aldric dibuku tugasnya, dan tiap pulang sekolah waktuku full belajar dengan Azmi, demi pr sikampret tersebut. Eh, dia malah enak-enak ngizinin gengnya nyalin jawaban. Nggak tau diuntung tuh anak!
"Vasha?" Panggil Azmi yang berada disampingku.
"Hmm?" Aku masih terfokus pada buku yang sedang ku coret-coret mengisi jawaban.
"Kok buku dan tugas lo selalu banyak sih? Gua yang dikelas teladan aja nggak sampai segitunya!" Ucap Azmi dengan gaya belagunya. Kelas teladan? Hek! kelas teleladan kali ye!
"Terserah akulah! Lagian aku mau sering latihan, biar nggak bego-bego amat!" Aku melirik Azmi.
Seketika tangannya langsung melayang, meraih buku yang bertumpuk dihapanku.
"Stevan Aldric?"
Tak ku sangka, ternyata Azmi malah membaca nama dari pemilik buku tersebut. Ia sempat nematapku sesaat. Dan sengan cepatnya, Azmi malah bergegas meninggalkan ruangan Perpustakaan itu.
Pikiranku langsung terbayang apa yang akan terjadi selanjutnya. Pasti pertengkaran hebat dimulai antara mereka. Jadi, tak menunda waktu lagi, aku bergegas menyusul Azmi.
Azmi berjalan begitu cepat, hingga langkahku sulit mengirinya. Ketika aku memanggil Azmi berkali-kali dari belakang, ia tak merespon sedikitpun. Akhirnya, aku menyerah, dan menghentikan langkahku.
"Woi Azmi! Lo punya telinga nggak sih? Gue panggil malah nge kacang mulu!" Kesalku berdecak pinggang.
Barulah Azmi menyahut panggilanku. Ia berhenti jalan, dan membalikkan tubuhnya.
"Ribet banget deh lo jadi cewek. Gue mau nurut Aldric, malah lo aja yang heboh!"
Dan apa? Dia sekarang malah menyalahkanku!
Aku berlajan menghampirinya yang tadinya jarak antara kami sekitar dua meteran.
"Sini bukunya! Ini bukan urusan lo!" Aku berusaha merenggut buku itu dari tangan Azmi. Andai saja anak ini tau sebab apa aku mau membuatkan tugas Aldric brengsek.
"Tak semurah itu ferguso!" Azmi juga menjauhkan benda itu dari jangkauanku. Wah! Apakah ini yang namanya cerebutan unfaedah?!
"Azmi! Please, balikin buku itu!" Rengekku menatapnya kesal.
"KAU FIKIR AKU PEDULI? TIDAAAK!!!"
***
Terimakasih sudah menjadi pembaca setia DIFOME! SARANGHEO READERS!
By: Geochim💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Different From Me [ENDING]
Teen Fiction{SUDAH TERBIT TERSEDIA DI ONLINE SHOP} Kisah seorang kpopers, bernama Vasha. Selalu merasa terbebani akan hidupnya. Dunia ini seakan kelam, saat keluarganya merendahkan. Sampai datang sosok lelaki, yang memuaskan hati Vasha Bersama oppa Koreanya. Mu...