"Aduh Chil lemot banget deh! Bentar lagi gerbang mau tutup nih!" Aku berdecak pinggang melihat Chilla yang memasang tali sepatu lamban. Semenjak masuk asrama bukannya aku disiplin, malah makin nggak beres.
"Sabar dikit cuk! Kunci kamar mana? Ada yang ketinggalan!" Chilla bangkit dari duduknya ketika usai mengurus semuanya.
Aku membesarkan mata seolah-olah ingin mencengkram Chilla. Udah jelas bel bunyi dari tadi. Malah dengan entengnya minta masuk lagi.
memang Indonesia pantas dinobatkan negara ter santuy.
Karena kesabaran itu nggak ada batasnya, akhirnya aku menyerahkan kunci kamar "Cepet! Kalau lama aku tinggalin!" Ancamku biar si Chilla nggak nge konser dulu disana.
Chillapun masuk kekamar, baru lima detik kepergiannya, ia sudah kembali.
"Nih pake!" Chilla menyerahkan sebungkus masker kepadaku. Ia kira Gunung Krakatau lagi erupsi ya?
"Buat apa sih Chil?" Aku menerima masker itu dan memakainya.
"Biar antisipasi kalau ketemu rombongan Alhat!"
>_<>_<>_<
"Hush! Hush! Hush!"
Bukankah itu cara mengusir mantan? Ya tentu saja! Aku berharap masalah dikehidupanku bisa hilang ketika aku mengatakan itu. Keadaan pasti nggak bakal kusut kayak sekarang! Terkadang kita bisa merencanakan. Tetapi tuhan tak mengabulkan. Seperti itulah nasibku.
Belum juga masalah kemarin selesai, sudah datang masalah berikutnya. Kayak nomor antrian aja, selalu bergulir. Baru tadi aku dimarahi oleh guru matematika. Yang aku nggak tau siapa namanya. Beginilah penyakit anak sekolah senior, udah sering bertatap muka sama guru. Tapi masih nggak hafal namanya juga.
Padahal dulu guru di SD bisa dihafal semua. Dan gurunya nggak banyak. Kalau udah SMP ini. Heuh! Gurunya bejibun, buat aku pusing ketemu yang mana.
"Pasti habis dimarahi Buk Tina kan?" Baru saja aku keluar dari ruang guru. Sudah disambut oleh anak lelaki, yang menyuruh aku mencari namanya itu.
"Sok tau deh lo! Tentang hidup gue!" Aku melipat tangan didada. Dia stalker banget ya, serba mau tau tentang aku! Bukannya pede sih!
"Cuman bicara dikit aja langsung sewot! Penyakit cewek zaman sekarang!" Lelaki itu terus berbicara yang membuat kepalaku serasa mau meledak.
Aku mengabaikannya. Dan berjalan menjauhi Kantor Guru. Bisa dapat double kill aku dimarahi guru, kalau ngamuk disana.
Sementara lelaki itu masih mengikuti, dan mengoceh dibalik tubuhku. Lama kelamaan bisa dibilang fans berat nih anak. Lama ia menjadi buntutanku. Dan terjadilah...
"Hei! Ayo belajar bareng!" Ia meraih tanganku, hingga langkahku terhenti.
Aku langsung melepas genggaman sesaat itu, lalu memasukan tanganku kesaku. Serasa mau makan deh anak ini. Lancang banget!
"Bisa sopan nggak sih? Bukan mukhrim!" Aku membentaknya ditengah keramaian.
"Sore ini, gue tunggu di Perpustakaan. Sampai jumpa!" Usai mengatakan itu seenaknya ia berlari meninggalkanku.
"WOI!!! GUA NGGAK MAU!" Aku berteriak sekerasnya.
Beberapa saat kemudian barulah aku sadar dengan situasi. Aku melirik kesekitar, dan siapa sangka. Semua orang menatapku heran. Karna aku masih mempunyai urat malu. Aku tersadar akan apa yang telah kulakukan barusan.
Perasaan kesal dan maluku bercampur aduk. Akhirnya aku memutuskan pergi meninggalkan koridor. Lalu menuju tempat yang bisa menenangkan diriku. Sebelum aku dikira sipanse sesat, oleh orang-orang.
Aku merasa banyak dosa banget deh. Gegara lelaki itu sifat jengkel, mengupat, dan iri hatiku mulai bermunculan kembali. Udah jadi kayak flashback mantan aja. Memang lelaki disini nggak ada yang beresnya. Huh!
Aku terdiam ketika dihadapanku kini adalah pintu toilet. Padahal tadi niatnya mau ke rooftop, kok aku malah tersesat ya? Salah rute kali ye.
Akhirnya tanpa membuang "waktu emas" atau jam istirahat ini. Aku segera masuk kedalam ruangan itu. Walaupun disini nggak ada sejuknya. Paling ac buangan manusia yang kecium. Setidaknya bisa mengontrol diriku dari kejadian tadi.
Aku mendekat kearah wastafel yang tak jauh dari hadapan. Aku membersihkan muka yang lumayan berminyak. Dan membasahi sedikit rambutku bagian atas. Usai itu aku menatap cermin yang bisa dibilang lebar. Kalau diperhatikan aku semakin putih dan bersih deh diasrama. Dan juga makin kurus. The best lah dari sebelumnya!
Kini, aku merasa sudah beres dan bersiap kelokal. Baru saja aku ingin keluar pintu. Tiba-tiba tubuhku menegang ketika dihadapanku ada seorang wanita memakai baju seragam SMA. ia membelakangiku. Aku tak tau itu siapa. Yang jelas, sepertinya bukan orang kukenal.
Ada satu hal yang membuatku terfokus kearah tangannya. Yaitu darah! Darah yang menetes ditangannya, lalu merintik kelantai toilet. Aku mengambil keputusan cepat, mendekat kearah gadis itu, kemudian membalikkan tubuhnya.
Dan...
***
Terimakasih sudah menjadi pembaca setia DIFOME! SARANGHEO READERS!
By: Geochim💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Different From Me [ENDING]
Teen Fiction{SUDAH TERBIT TERSEDIA DI ONLINE SHOP} Kisah seorang kpopers, bernama Vasha. Selalu merasa terbebani akan hidupnya. Dunia ini seakan kelam, saat keluarganya merendahkan. Sampai datang sosok lelaki, yang memuaskan hati Vasha Bersama oppa Koreanya. Mu...