Tetesan air hujan masih berguyur di tubuhku. Hari sudah menunjukan pukul lima sore. Entah kemana kaki ini akan dilangkahkan, pulang dengan angkutan umum sudah tak bisa.
Beginilah Bogor, yang dijuluki "rain city" . Hampir setiap sore hari kota ini dibasahi dengan tetesan air hujan. Meski begitu, tempatnya sangat berarti bagiku. Disinilah aku dilahirkan, dan dididik dengan baik.
Aku berjalan menuju halte yang terletak tak jauh dari hadapan. Sesampai disitu, aku bingung ingin kemana dan melakukan apa. Sementara tubuhku sudah menggigil kedinginan. Lama-kelamaan aku tak menemukan satupun kendaraan yang lewat. Selain hujan, Bogor ini juga sepi, tak seperti Jakarta.
Tit... tit... tit...
Aku mengarahkan pandangan ke suara tersebut. Disana ada mobil lamborghini hitam, yang berhenti ditepi jalan. I think, Ini bukanlah kendaraan keluargaku. Lagian, mana ada yang mempedulikanku diposisi seperti ini sekarang.
Seorang lelaki mendekat kearahku, lalu ia berkata.
"Udah besar malah mandi hujan! Dasar kekanak-kanakan!" Ucapnya lalu membaluti tubuhku dengan jacket.
Aku hanya diam menatap wajahnya. Kenapa sih dia nggak sopan sama sekali. Padahal aku nggak kenal tuh. Atau karena pandanganku kabur oleh tetesan hujan.
"Malah bengong lagi! Mau gue seret ya, masuk!" Lalu lelaki itu menarik tanganku, sampai kedekat mobilnya.
Enak saja dia membawaku sembarangan. Dia pikir aku boneka ya.
Aku melepaskan tanganku kasar darinya, lalu memandang lelaki itu masam. "Kamu siapa?"
Anak itu membesarkan matanya, dan berdiri berdecak pinggang, usai mendengar perkataanku barusan. Sementara pakaiannya sudah hampir basah rata.
"Lo ini amnesia atau gimana?"
Aku terdiam sesaat. Barulah aku teringat dia siapa. Atha! Sahabatku dari kecil hingga kini. Dia adalah orang yang selalu perhatian padaku. Walaupun aku tak pernah mempedulikannya. Tetapi, ia masih bertahan denganku. Ntahlah, seburuk dan sehancur apakah duniaku ini. Dasar aku pikuners.
"Sorry Tha! Penglihatanku tadi agak kabur." kami masih berdiri tak jelas ditengah hujan.
"Up to you! Sana masuk!" Atha membukakan pintu bagian sebelah supir, yang diiringi aku masuk.
Ini nggak apa apa ya? Kalau aku naik basah kuyup. Malah ini mobil mahal lagi. Yaudah biarin aja, diakan orang kaya.
Tak lama kemudian Atha sudah berada didalam. Suatu hal yang aneh, aku merasa malah semakin dingin dari sebelumnya. Biasalah si Atha, nggak lihat cuaca tetep aja ac nya dibawah 15 drajat.
"Tha, suhunya tinggiin dong!" Kataku dengan keadaan menggigil.
"Ashiap!" Atha melakukan perintahku, dan tanpa basa basi. Ia menancapkan gas mobilnya.
Aku hadapkan dan tataplah tetesan air hujan yang menghampiri kaca mobil itu. Rasanya ingin menangis deras setelah kejadian tadi. Kenapa sih dunia ini begitu menyakitkan. Memang nggak enak ya jadi jelek. Apa apa pasti ditinggalin. Andai aja bunda ngidam Lisa Black Pink pas hamilin aku, bukan Micle Jackson. Pasti aku udah direbutin lelaki sana.
Ah bodo amatlah. Mau cantik, jeleknya diriku, kalau memang udah bodoh masalah cinta ya tetep aja dikhianatin.
Krukk...
Tubuhku seketika langsung menegang mendengar bunyi itu barusan. Aduh! Ini perut malah nakal pas timing nya nggak tepat lagi!
"Kamu lapar?" Tanya Atha, yang masih melihat kejalanan.
Aku melirik wajahnya dan berkata "heheh, iya"
"Kalau gitu, kenapa nggak singgah aja dipangkalan bakso gang?" Ajaknya yang membuatku sedikit menolak.
Gimana nggak nolak. Ini beratku udah lebih enam puluh kilo. Bisa-bisa dimarahi bunda kalau kerjannya makan terus.
"Nggak usah tha! Baru tadi makan dengan Dika" bohongku. Makan hati kali ye sama mantan itu.
Atha menganggukan pandangan. Ntah kenapa aku sangat nyaman menatap wajahnya si Atha ini. Kalau diperhatikan dengan detail. Mukanya mulus dan tak berjerawat. Apa benar kata orang, kalau banyak pacar dan centil itu bisa mengkembang biakan jerawat. Mungkin karena itu wajahku bentol-bentol semua.
"Apa lihat-lihat?" Tiba-tiba, Atha langsung mengalihkan pandangan kearahku. Aku sangat terkejut dan malu. Bego banget! Kenapa aku malah natap dia senyum senyum tadi. Semoga dia ngga sadar.
"Eh, ng-nggak ada kok!" Aku menggaruk tekuk.
"Lo nggak mau turun?" Perkataan Atha langsung membuatku sadar dengan keadaan.
Pantas saja rasanya mobil ini nggak bergerak beberapa waktu yang lalu. Rupanya sudah tiba didepan rumahku. Aku membuka pintu mobil dengan perlahan. Ntar kalau gores mobil mahal, bisa terjual harta warisan untuk menggantinya.
"Thank's bro!" Aku meletakan jacket Atha, yang pernah menghinggapi tubuhku sesaat.
"Kembaliin besok aja!" Atha kemudian menyerahkan jacket itu padaku.
"Mesin cuci dirumah aku lagi penuh!" Aku menutup pintu mobil itu pelan. Dan berjalan menuju rumah.
Ntah apa reaksi Atha didalam sana. Perutku sakit menahan tawa. Maafkan aku Atha, yang selalu menjahilimu. Meski kau tak pernah membalas perlakuanku sepersenpun.
Dengan keadaan basah ini. Aku meraih ganggang pintu yang memiliki celah. Saat masuk, aku tak melihat batang hidung seorangpun. Kemana penghuni rumah ini. Sudah seperti kuburan saja. Dan beberapa saat kemudian, datanglah Bi Tuntun menghampiriku, dan yang akan menjawab kebingunganku ini.
"Bi, bunda sama Kak Velisha kemana?" Aku memulai percakapan duluan.
"Anu non, nyonya ama Non Velisha pergi keluar kota, nyusul tuan" Kata Bibi Tuntun sebegai jawaban.
Aku hanya tersenyum tipis dan menganggukan pandangan. lalu berjalan menuju kamar.
Kisah pahitku akan dimulai dari sini. Dimana rumah bukan tempat bahagiaku. malah menjadi hal yang kuhindari dari semuanya. Dirumah, aku nggak pernah dianggap siapapun. Seperti orang asing saja, yang datang dari alam lain.
Bunda selalu mempedulikan kakak, tanpa memperhatikanku. Aku tau Kak Velisha lebih unggul. Dia cantik, kurus, tinggi, putih, dan banyak prestasi digapainya. Sementara aku? Argh, entahlah! Jika diceritakan, aku bisa berderai air mata seharian.
***
Terimakasih sudah menjadi pembaca setia DIFOME ! SARANGHEO READERS!
By: Geochim💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Different From Me [ENDING]
Teen Fiction{SUDAH TERBIT TERSEDIA DI ONLINE SHOP} Kisah seorang kpopers, bernama Vasha. Selalu merasa terbebani akan hidupnya. Dunia ini seakan kelam, saat keluarganya merendahkan. Sampai datang sosok lelaki, yang memuaskan hati Vasha Bersama oppa Koreanya. Mu...