That woman's angry, why are you so annoying!
The man smiled slightly, because this is my way of making you talk to me.
•
Cara paling ampuh membangunkan seseorang di pagi hari adalah bunyi perut yang kelaparan dan panggilan alam. Seperti yang Riana rasakan sekarang, ia kebelet buang air kecil dan akhirnya membangunkannya. Segera saja ia berlari ke wc menunaikan panggilan alam itu tanpa mengetahui nasib teman-temannya di Kafe saat ini.
Riana sadar ia sudah terlambat ia pun langsung mandi dan berpakaian seadanya kemudian pergi bekerja meninggalkan segelas teh yang mulai dingin di atas meja.
Sesampainya di Kafe ia disambut dengan suasana yang tak biasa. Ada apa ini? Ovi memberinya kode agar ikut berbaris. Ia pun berdiri di samping Ovi. Di depannya seorang laki-laki sedang asik memainkan tab melihat diagram penghasilan Olilac Cafe setelah seminggu beroperasi.
"Siapa?" Riana bertanya pada Ovi dengan berbisik.
"Kamu," Laki-laki itu mengangkat jari telunjuk ke arah Riana namun matanya tetap fokus pada layar tab.
"Saya?" Riana menunjuk diri sendiri.
"Iya kamu, yang tadi datang terlambat dan bisik-bisik, maju ke depan," jari telunjuknya bergerak memanggil Riana namun matanya masih fokus pada Tab.
Riana pun melangkah maju dengan ekspresi bingung ketika melihat teman-temannya menundukan kepala. Sebenarnya ada apa kenapa teman-temannya sampai setakut itu?
"Yang lain bisa kembali bekerja," ujar laki-laki itu kemudian melepaskan tabnya ke atas meja. Menurunkan sedikit kacamatanya dan melirik Riana melalui celah tersebut, "Kamu tau siapa saya?"
Riana menggeleng. Ia jujur kok, siapa sebenarnya laki-laki di hadapannya ini? apa seorang pelanggan? Tapi kenapa bisa membuat teman-temannya mati kutu seperti tadi?
"Hari ini kamu pulang paling akhir dari temen-temen kamu yang lain."
Deg! Ia langsung teringat akan suaminya. Pulang jam 6 saja sudah membuatnya tak enak pada Adimas.
"Tapi, saya ada jad-"
"Jadwal kuliah?" Laki-laki itu berdiri, seorang pria memasangkan jas kepadanya. Laki-laki itu menarik jasnya ke depan, "Jangan coba-coba bohong, saya tahu."
Kemudian melenggang pergi dari hadapan Riana yang dibuat bengong karenanya.
Ketika jam istirahat makan siang Riana dan Ovi menggosip seperti biasa. Kali ini bukan membahas perkembangan Pak Dokter melainkan laki-laki yang sedang duduk di ujung sana dengan seorang pria yang sepertinya adalah asistennya.
"Namanya Danis tapi gak mau dipanggil Pak. Dia anaknya Pak Jerry dan mulai hari ini dia yang akan mimpin cabang Olilac Cafe," cerita Ovi.
Riana ber 'oh' ria mengangguk-anggukan kepala.
"Ganteng sih tapi gara-gara dia gue kehilangan berlian pagi ini."
"Lo punya berlian?" tanya Riana yang kaget Ovi punya berlian.
"Cogan."
Riana memutar bola mata jengah dengan jawaban Ovi. Dasar Ovi, ia yakin sekali alasan Ovi rela bekerja di kafe adalah semata-mata ingin mencari jodoh.
"Kayaknya mulai hari ini gue gak akan dapat nomor cogan lagi deh. Soalnya dia galak," Ovi menunjuk kearah Danis dengan memajukan bibirnya.
Riana mengangguk setuju. Ia saja masih dibuat kesal karena Danis memerintahnya pulang paling akhir dari pegawai lain.
Jika kedua sahabat itu tengah membicarakan Danis, maka Danis juga sedang melakukan hal yang sama bersama asistennya.
"Masa sih dia gak kenal gue," gumam Danis memperhatikan Riana yang sedang berbicara bersama Ovi di meja bartender.
"Emang gue kurang ganteng ya?" tanyanya pada Jun asistennya yang bernama asli Junaidi. Meskipun namanya katro Jun adalah orang yang paling bisa diandalkan dan satu-satunya orang yang bisa ia percaya.
"Wajah bos udah selicin dan semulus duit yang baru keluar dari bank. Masa iya dia gak ngenalin bos," ujar Jun mencoba menyenangkan hati Danis.
Danis memicingkan mata memperhatikan Riana yang tertawa. Apa yang bisa membuat gadis itu tertawa pikirnya.
"Padahal di kampus gue selalu cari tempat duduk yang deket dia."
"Bos serius pilih dia? Maksud saya bos beneran suka sama perempuan itu?"
"Kenapa memang?"
"Kalau ditinjau dari penampilan bos nih ya," Jun menggerakkan tangan seolah memuja penampilan stylist seorang Danis, "Dia kurang cocok berdiri di samping bos."
"Maksud lo dia pendek? Emang sih," Danis mengangguk-anggukan kepala memperhatikan penampilan Riana. Dilihat dari jauh gadis itu jadi makin pendek, ia terkekeh melihat betapa imutnya Riana.
Jun menggerutu, bukan itu maksudnya. Terkadang Bosnya ini bodoh daripada dirinya.
"Bukan. Ya itu termasuk juga sih. Maksud saya penampilan perempuan itu biasa saja beda jauh dari penampilan bos."
"Justru itu yang bikin gue suka sama dia."
"Semakin tinggi posisi gue, gue lebih suka sama yang sederhana. Dia anaknya lucu, tingkah ceroboh dia di kampus kadang bikin gue katawa dan kebawa sampai rumah."
Benar, Bos nya memang bodoh. Tepatnya bodoh karena cinta. Jun tersenyum mesem-mesem melihat cara Danis menatap Riana. Ia senang jika Bos nya senang.
"Jadi, perempuan itu alasan kenapa bos akhirnya mau ambil alih cabang olilac cafe dan mindah dia untuk kerja di sini?"
Danis tersenyum.
•Good morning, Adimas•
Like dan komen yaa💜 difollow juga nih, Instagram penulis : 52whalien_
KAMU SEDANG MEMBACA
Good morning, Adimas (Telah Terbit)
RomanceDisarankan follow sebelum membaca. Rank from wattpad : #1 Married Life #1 Romantic #2 Indonesiamembaca #1 grasindo #1 Kopi {Good morning, Adimas} Sudah setahun semenjak ijab kabul itu berlangsung, dan hubungan ini masih sama. Bahkan untuk bertegur s...