Little do you know that i always think about you, he said.
And little do you know that every time you thinking about me i was think about you too, she replied with smile.
•
Pada awalnya meliburkan diri itu rasanya menyenangkan tapi selang beberapa hari kemudian malah berakhir kegabutan. Seharusnya sebelum meminta cuti Adimas menyusun rencana ingin menghabiskan waktu liburan dengan apa selain tidur. Tapi karena ia terlahir sebagai manusia yang tidak suka jalan-jalan, pikirnya waktu libur dihabiskan untuk tidur saja sudah cukup. Hari ini ia tahu alasan mengapa laki-laki ditugaskan untuk mencari nafkah karena jika tidak bekerja mereka bingung ingin melakukan apa di rumah.
Pagi ini rumah sepi, Riana telah kembali bekerja. Selesai membersihkan diri Adimas kembali bergelut dengan 'pekerjaannya'. Dirasa bosan ia memutuskan untuk pergi ke Mall teringat akan permintaan Riani waktu itu.
Ini pertama kali ia pergi ke stand make up seorang diri. Bukan mau geer atau apa tapi perempuan dari usia remaja sampai ibu-ibu di sini memandangnya seolah akan menerkamnya hidup-hidup. Beruntung ia masih ingat merk dan warna make up yang pernah disebut Riana waktu itu jadi ia tak perlu berlama-lama ditempat itu.
Sekarang ia bingung mau pergi kemana dan melakukan apa lagi. Ia bukan tipe pria boros yang jika melihat pakaian, sepatu, gadget keluaran terbaru langsung tertarik dan mendatangi toko tersebut. Memang ia pernah membeli beberapa barang bermerk-tapi tidak sering itupun jika ia benar-benar meinginkannya. Terlebih sekarang ia memiliki seorang istri, ia harus meminta izin terlebih duhulu jika ingin membeli sesuatu meski pada nyatanya ia membeli dengan uang sendiri.
Menyebut kata istri, ia jadi teringat akan Riana. Langkah kakinya pun berhenti di depan instalasi toko perhiasaan. Kalung yang saat itu Riana pandangi masih ada disana. Dengan langkah ringan Adimas masuk ke dalam toko tersebut. Tak berapa lama ia keluar pulang dan kalung tersebut sudah tak ada lagi di depan instalasi toko.
Mobil yang dikemudikan Adimas memasuki area rumah sakit. Ia keluar dari mobil dengan menenteng paper bag kecil. Gerombolan para wartawan menjadi pemandangan pertamanya. Ia melangkah santai membelah kerumunan itu sementara ia melihat Fajar dan Bima terus dicerca para wartawan. Beruntung ia tak memakai atau menenteng jas dokter dimana ada namanya disana dan wartawan bisa tahu jika dirinya adalah putra dari Dr. David.
Langkahnya santai di setiap koridor rumah sakit. Tak perduli akan pandangan penuh tanya para suster yang bingung bagaimana dirinya bisa lolos dari kejaran wartawan. Adimas tersenyum miring merasa puas akan keberuntungannya hari ini.
Krek
"Adimas!"
Adimas menyambut pelukan Riani, satu tangannya mengusap surai gadis itu. Dapat ia rasakan betapa kurus tubuh Riani dalam dekapannya kali ini.
Adimas melepaskan pelukan,"Aku bawain kamu sesuatu."
Riani menerima paper bag dari Adimas. Membukanya dan mengeluarkan sebuah lipstik dan parfum.
"Makasih, aku tahu kamu pasti nepatin janji," ucap Riani dengan senyuman setelah melihat hadiah pemberian Adimas.
"Dan aku harap janji yang lain juga bisa kamu tepati."
Adimas tertegun mendengarnya. Ia menatap Riani seolah bertanya apakah kamu tahu tentang operasi transplantasi ginjal cucu presiden yang dilaksanakan hari ini?
"Aku tahu," Riani mengangguk, "Tapi gak papa, memang selalu begitu terus bukan, orang-orang dengan jabatan tinggi akan selalu didahulukan dari orang biasa seperti aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Good morning, Adimas (Telah Terbit)
RomanceDisarankan follow sebelum membaca. Rank from wattpad : #1 Married Life #1 Romantic #2 Indonesiamembaca #1 grasindo #1 Kopi {Good morning, Adimas} Sudah setahun semenjak ijab kabul itu berlangsung, dan hubungan ini masih sama. Bahkan untuk bertegur s...