Chapter 10 || I'm Sorry Riana

66.7K 4.2K 175
                                    

She asked while holding back tears, why do you love her?

He answered, because that girl it's not you.

Pagi ini tak seperti pagi-pagi sebelumnya. Bukan sarapan bersama karena Adimas tidak biasa sarapan melainkan Adimas minta dibuatkan bekal. Tentu saja dengan senang hati Riana buatkan. Sepanjang memasak ia berdoa agar masakannya ini tidak akan meracuni suaminya. Duh, jika Adimas terus-terusan meminta dibuatkan bekal ia jadi ingin cepat-cepat ikut kursus memasak.

"Ini buat kakak, buat ganti kemeja kakak yang udah aku lunturin waktu itu. Sekali lagi aku minta maaf ya kak karena udah lunturin kemeja putih kakak," Riana menyerahkan paper bag berisi beberapa lembar kemeja putih.

Adimas terkejut tak menyangka Riana benar-benar mengganti kemejanya. Lantas ia teringat tentang perincian dana yang ditulis Riana di dalam sebuah buku.

"Dan maaf juga karena gak sama persis sama kemeja kakak waktu itu," ujar Riana yang terus-terusan mengucapkan maaf.

"Makasih," balas Adimas. Bagaimana pun ia harus menghargai pemberian istrinya. Terlebih Riana membelinya dengan uang sendiri.

"Oh, ini kan," tangan Riana tergerak menyentuh kemeja putih yang Adimas pakai pagi ini.

Deg! Adimas membeku di tempat, apa yang harus ia katakan bahwa kemeja ini adalah pemberian Nadine?

"Kakak udah beli duluan ternyata. Maaf lagi deh karena aku telat gantinya."

Lega, Adimas pikir Riana akan bertanya yang aneh-aneh.

"Ngomong-ngomong kakak beli dimana?"

Dugaan Adimas salah, ujung-ujungnya Riana pun bertanya.

Drrtt

Tuhan mengirim bala bantuan dengan cepat. Adimas membuka isi pesan dari Bima yang mengatakan bahwa Dokter David mencarinya. Gawat, kenapa pagi ini ia dibuat jantungan sih.

"Aku berangkat," Adimas berdiri meraih jas putih dan kunci mobilnya. Baru berapa langkah ia berbalik lagi, "aku gak pulang malam ini."

"Iya kak, hati-hat-" Riana tak melanjutkan kalimatnya. Percuma, Adimas tak mendengarkannya dan berlalu begitu saja.

"Jangan lupa makan," lanjutnya pelan.

Good morning, Adimas

Satu tangan Adimas terkepal kuat, rupanya benar bahwa di dunia ini tak ada yang bisa ia percaya bahkan orang tuanya sendiri. Ia sungguh kecewa dengan Dr. David-ayahnya. Ia pikir pagi ini ia akan mendapat berita bagus setelah kepulangan Ayahnya dari Singapore tapi ternyata Ayahnya pulang untuk membawa berita yang mematahkan hatinya lagi.

"Seperti yang kamu tahu, Halim baru saja dituntut oleh keluarga miskin yang mengatakan bahwa anaknya meninggal karena tidak mendapat penanganan yang cepat."

Adimas terkekeh sinis.

"Papa yakin kamu cukup pintar untuk mengerti alasan Papa mendahulukan keluarga Presiden daripada pacar kamu itu."

Good morning, Adimas (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang