Chapter 9 || Waa'laikumsallam Riana

64.1K 5.3K 38
                                    

The man asks his wife, what things women like?

His wife answered, you're, if that woman is me.

Akhirnya Riana bisa pulang juga setelah seharian berdiri di meja kasir dan mengantar pesanan ke meja pelanggan. Semakin hari olilac semakin ramai khususnya hari ini, entah mengapa tiba-tiba saja terjadi antrian panjang yang hanya didominasi perempuan. Kata Ovi ini adalah efek dari ketampanan Danis.

Bodo amat, ia tidak perduli apa dan siapa penyebabnya yang penting ia senang Olilac Cafe ramai. Sebentar, ia jadi bingung harus bersyukur atau sedih mendapatkan bos seperti Danis. Karena laki-laki itu ia jadi pulang kesorean.

Sebelum membuka pintu Riana menarik nafas dalam, sepanjang jalan pulang tadi ia sudah merancang berbagai alasan yang kiranya masuk akal agar suaminya percaya.

"Assalamua'laikum," salamnya seperti biasa.

"Wa'alaikumsallam."

Riana tertegun mendengar seseorang menjawab salamnya. Ia melihat Adimas sedang berada di dapur berdiri di hadapan kompor.

Riana tersenyum kecil, meletakkan tasnya di kursi dan mendekat untuk melihat apa yang tengah Suaminya masak. Ah, memasak mie rupanya.

"Astaga, aku lupa belanja bulanan," Riana menepuk kening.

Pantas saja Adimas memasak mie karena persedian bahan di kulkas sudah habis bahkan garam dalam keadaan sakaratul maut.

"Aku pergi dulu ya Kak," Riana memasang tas kembali, bodo amat soal belum mandi karena akan semakin malam jika ia tak berangkat sekarang.

Adimas menahan lengan Riana, "Makan dulu."

Riana pun menurut, ia letakkan kembali tas nya dan menarik kursi.

Adimas menuang mie, membaginya menjadi dalam dua porsi. Lalu meletakkannya di atas meja.

"Makasih kak," ujar Riana ketika Adimas mengambil alih bungkus bumbu mie dari tangannya.

Keduanya makan dalam diam. Sesekali Riana melirik Adimas yang makan di hadapannya. Ada perasaan senang dalam dirinya berarti ini ketiga kalinya ia makan satu meja dengan Adimas. Begini saja, ia sudah bahagia.

Selesai makan Riana membereskan piring dan lagi-lagi Adimas mengambil alih bagian cuci piring.

"Kamu siap-siap, katanya mau pergi."

Riana mengangguk, ia pun mandi dengan cepat.

"Kakak mau kemana?" tanyanya ketika melihat Adimas memasang jaket dan mengambil kunci mobil.

"Ikut kamu belanja bulanan," jawab Adimas berjalan lebih dulu keluar rumah.

"Ha? Oh-iya boleh."

Tentu saja boleh, batin Riana.

Keduanya sampai di supermarket biasa yang sering Riana datangi setiap bulannya. Namun kali ini rasanya berbeda, ia pergi ditemani suami. Senang? Tentu saja meski sedikit canggung. Tak apa, tanpa pembicaraan apapun asalkan itu bersama Adimas ia sudah merasa bahagia.

"Apa kado yang disukai perempuan?" tanya Adimas sembari mendorong trolli. Ia baru terpikir akan Nadine dan Tika yang memberinya kado ketika melihat gerombolan ibu-ibu di stand make up.

"Kado? Siapa yang ulang tahun?"

Adimas menggeleng, "Bukan ulang tahun."

"Oh, kirain."

"Buat temen kantor."

Buat teman kantor? Perempuan? ada perasaan aneh dalam Riana ketika Adimas membahas hal ini. Apakah Adimas memiliki pacar? Ia tahu Adimas tidak mencintainya bahkan dihari pernikahan pun ia tahu Adimas tak mencintainya tapi bisakah Adimas tak membahas perempuan ketika bersamanya.

Riana mencoba bertingkah seperti biasa, dengan ceria ia menjawab, "Beliin aja hal apa yang dia butuhin. Perempuan suka kalau cowok kasih mereka barang yang mereka butuhin tandanya cowok itu perhatian sama mereka."

"Aku gak tau dia butuh apa."

Adimas menggantung kalimatnya, ia merasa jika Riana salah paham sekarang.

"Karena dia bukan pacar," lanjutnya.

Dan benar saja ia melihat ekspresi Riana berubah. Lucu sekali, ini pertama kali ia melihat Riana cemburu.

"Kasih tau aku aja kado apa yang disukai perempuan. Tapi kadonya jangan yang ribet."

Riana berpikir dan perhatiannya tertuju pada stand make up, "Coba kita kesana."

"Ah iya lipstik," ujar Adimas setelah mengingat Tika yang suka memoles lipstik ketika jam istirahat tiba.

Riana mengangguk, "Mba, saya mau lihat lipstik yang warna nude."

SPG itu membawakan beberapa lipstik berwarna nude.

"Beli dua."

"Dua?" kaget Riana.

"Iya, tapi bedain warnanya soalnya yang satu suka warna nge-jreng."

"Oh gitu," Riana mengangguk, "Kalo gitu saya ambil warna nude dan satunya warna ruby deh mba."

Saatnya pulang, ketika melewati toko perhiasan tak sengaja Riana melihat sebuah kalung yang sengaja dipajang di instalasi depan toko tersebut. Kalung itu seolah memanggilnya hingga akhirnya langkahnya pun terhenti.

"Wah..."

Riana berseru kagum melihat sebuah kalung berbandul bunga yang terlihat sangat manis dimatanya.

Langkah Adimas terhenti ketika ia bertanya apa yang akan dibeli lagi tapi Riana tak menyahut. Ia menoleh ke belakang dan benar saja Riana berdiri jauh darinya. Ia pun menghampiri dan ikut melihat apa yang sedang Riana pandangi sekarang.

"Kenapa?"

Riana tersadar, ia menggeleng tersenyum, "Gak papa. Yuk," ajaknya melanjutkan langkah pulang.

•Good morning, Adimas•

Tolong ya yang punya kuota, lagi nge-wifi, atau yang minta tethering temen wkwk dilike.

Yang punya instagram (ya pasti punya dong) difollow kuy : 52whalien_

Good morning, Adimas (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang