Chapter 28 || One Fine Day

59.7K 3K 34
                                    

Let's be friends, He asked.

But I want us to be life partners, she said.

Riana tahu sekarang mengapa moodnya kemarin naik turun, rupanya ia akan kedatangan 'tamu' hari ini. Tapi kenapa mengapa harus datang di tengah-tengah liburan seperti ini sih, membuatnya jadi tak bisa leluasa melakukan sesuatu. Eits, jangan berfikir macam-macam dulu, ia dan Adimas telah sepakat untuk menunda anak sampai ia lulus kuliah.

Keluar dari kamar mandi Riana melihat sprei sudah diganti dengan yang baru. Ternyata Adimas bisa bersikap manis juga, ia pikir Adimas akan memarahinya karena membuat sprei dan kaosnya kotor- tapi lihatlah, Adimas bahkan pergi membelikan pembalut, membuatkannya teh jahe dan mengganti sprei. Tapi dimanakah sekarang suaminya itu berada?

Riana melangkah turun ke bawah mencari suaminya dan menemukannya sedang duduk berselonjor pada kursi panjang yang menghadap kolam renang. Pria itu lagi-lagi sibuk dengan tabnya.

Riana mengambil duduk pada kursi di sebelah Adimas. Menyadari kehadiran sang istri, Adimas langsung mematikan tab lalu meletakkan terbalik di samping tubuhnya.

"Hari ini rencananya mau pergi kemana?" Riana bertanya.

"Gak kemana-mana." Adimas melipat tangan dan memejamkan mata seolah menunjukan pada Riana bahwa ia memang tidak akan keman-mana hari ini.

"Loh, kenapa?" nada Riana mulai terdengar protes.

"Bukannya kamu sakit?"

"Cuma sakit perut biasa kok. Jalan aja yuk, kemana...gitu. Lusa kita udah pulang loh," Riana mulai mengeluarkan jurus merayunya.

Ternyata PMS membuat sikap Riana berubah total. Baru kali ini ia secara gamblang berani mengajak Adimas pergi jalan-jalan. Biasanya untuk menyapa Adimas saja sulit ia lakukan.

"Tunggu tur guide," kata Adimas masih dengan memejamkan mata.

Riana merubah posisi duduknya menghadap Adimas, dengan wajah ceria ia berkata, "Gimana kalau hari ini kita gak usah ikut tur guide? biar oma sama mami aja."

Tak ada tanggapan dari Adimas.

Riana menundukan kepala menyesali ajakannya barusan, "Gak boleh gitu ya."

Mulutnya ini terkadang suka kurang ajar. Jangan sampai Adimas berpikir dirinya terusik dengan kehadiran Selly, bisa-bisa ia dicap sebagai istri yang tidak menyayangi mertua sendiri.

Adimas membuka satu mata kanannya untuk melihat reaksi Riana. Baik, cukup acara menjahilinya.

"Oke," putus Adimas.

Riana mengangkat kepala lagi, wajahnya pun kembali sumringah, "Beneran? Pokoknya mas tenang aja, aku jamin kita gak bakal nyasar hari ini."

Adimas menelepon Selly, memberitahu bahwa ia dan Riana ingin pergi jalan-jalan berdua saja hari ini. Dan tentu saja Mamanya langsung setuju bahkan terdengar sangat senang.

Keduanya keluar dari Villa. Riana terlihat begitu bersemangat, dalam kepalanya saat ini ia tengah menyusun rencana kemana saja ia dan Adimas akan pergi seharian ini.

"Mas bisa bawa motor?"

Riana bertanya setelah melihat sebuah motor bermerk Piagio Vespa berwarna hitam terpakir di halaman.

Good morning, Adimas (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang