Chapter 29 || Mine

64.3K 3.4K 140
                                    

I want to hear a three magic words, She said (I love you, she was expecting)

I'm yours forever, He replied.

Peringatan 17+

Akhirnya mereka berdua sampai di Villa, Riana langsung pergi membersihkan diri karena tubuhnya sudah terasa lengket. Rasanya malu sekali jika Adimas melihat penampilan buluknya malam ini. Begitulah ketika kedatangan tamu, seketika ia merasa seperti wanita paling buluk sedunia.

Riana keluar dari kamar mandi dengan kaos kebesaran yang dipadukan dengan celana pendek. Rambutnya menggelung ke atas, ia menamainya dengan apple hair. Dan mulai menyadari ketidak adaan Adimas di sekitarnya. Tadi ia menyuruh Adimas bergantian memakai kamar mandi. Tapi dimana sekarang suami es melelehnya itu pergi?

Riana mendengar suara percikan air dari arah luar, ia pun menggeser jendela dan melihat Adimas sedang berenang di bawah sana. Dengan menumpukan dagu di atas tangan ia bersender pada pembatas balkon. Ya ampun rasanya makin segar saja sehabis mandi melihat pemandangan seperti ini. Pupil matanya membesar ketika Adimas berhenti di tepian, laki-laki itu mengusap wajah dan mengacak rambutnya yang basah. Bukan-bukan itu yang membuat mata Riana membulat melainkan karena tubuh Adimas. Tanpa sadar jari telunjuknya bergerak menghitung ada berapa jumlah 'kotak' disana. Ketika Adimas membalikan badan ia buru-buru masuk ke kamar dan tak sengaja kelingkingnya menabrak jendela yang terbuat dari kaca. Ya ampun rasanya nikmat sekali. Ia langsung menutup mulut untuk menahan teriakannya.

Namun Adimas sudah menangkap basah Riana. Ia mendongak memandang bingung pada istrinya yang sedang berjongkok membelakanginya di atas sana.

"Aku gak papa kok masss...." teriak Riana mengangkat jempol tangannya. Sedang satu tanganya asik memijat pelan jari kelingkingnya yang terasa nyut-nyutan.

Setelah dirasa baikan Riana pergi ke bawah menghampiri Adimas dengan secangkir teh hangat seperti biasa. Ia duduk di tepi kolam dengan memasukan setengah kakinya.

"Mas gak takut masuk angin berenang malam-malam?" tanyanya pada Adimas yang masih asik berenang.

"Kamu sendiri gak takut masuk angin pakai celana pendek begitu?" balas Adimas.

Bibir Riana mengerucut dengan jawaban Adimas. Ternyata es dalam tubuh Adimas tidak meluluh sepenuhnya. Apa mungkin kembali beku karena Adimas bawa berenang? Bodoh, mengapa ia berpikir begitu sih.

"Semua bakal baik-baik aja selama tahu batasannya. Kalau terlalu lama berenang malam bisa rematik dan kurangnya oksigen di malam hari yang membuat tubuh jadi tambah capek. Dan efek positif berenang malam bisa membuat tidur nyenyak dan ngebentuk tubuh lebih cepat."

Riana mengangguk-anggukan kepala dengan penjelaskan Adimas, "Aku jadi pengen berenang juga."

Tanpa sempat Adimas melarang Riana sudah menjatuhkan diri ke kolam. Ia menunjukan keahliannya dalam berenang dengan melakukan gaya telentang.

Adimas memperhatikan, diingatkan kembali pada masa lalu saat dimana ia dan Riana pergi ke sungai. Niat awal membantu Riana mencari kepiting untuk tugas sekolah tapi akhirnya mereka malah turun ke sungai dan berenang. Saat itu Riana belum pandai berenang sehingga gadis itu hanya berada di tepian memperhatikannya sambil bersorak. Saat itu ia merasa sangat bangga dan setelah itu ia mengajari Riana berenang.

Riana berhenti, ia mengusap wajahnya lalu melepas gelungan rambutnya. Tindakannya itu membuat Adimas terpana. Adimas langsung memalingkan muka. Kali ini Riana yang menangkap basah suaminya. Dan ucapan Ovi kembali menari-nari di kepalanya. "Na, sebenarnya titik masalahnya itu adalah kalian kurang menggoda satu sama lain."

Good morning, Adimas (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang