Chapter 31 || Is He Jealous?

61.6K 3K 45
                                    

"Are you mad at me?" She asked her husband.

Then he shook his head slowly,
"No, i think i'm jealous on him."

Bersepeda adalah salah satu kegiatan yang paling Riana suka sejak kecil. Ditambah dengan pemandangan pantai dan deburan ombak di seberang sana membuat hatinya semakin senang. Namun perasaan senang itu tak berlaku pada dua laki-laki yang ikut bersepeda di samping kanan dan kirinya.

"Ayoo... semangat donggg...," Riana berseru pada keduanya dengan semakin mengayuh sepedanya lebih cepat.

Adimas tersenyum melihat Riana melepaskan kedua tangan ke atas. Kenangan masa lalu kembali berputar dalam kepalanya. Sebelum dirinya dibelikan motor ia dan Riana berangkat sekolah dengan sepeda kemudian pulang melewati tepi persawahan di kota Jogjakarta. Itu adalah hari-hari yang akan selalu dikenang oleh Adimas seumur hidupnya.

Asik mengenang masa lalu Adimas sampai tak sadar Danis mengambil start duluan dan hampir menyusul Riana di depan sana. Ini tidak bisa dibiarkan, ia mengayuh sepedanya lebih cepat dan terjadilah aksi balap sepeda antara dirinya dan Danis.

Riana dibuat bengong ketika Adimas dan Danis melewatinya begitu saja. Ia sampai menghentikan sepedanya, menatap bingung kedua laki-laki yang sudah meninggalkannya jauh.

"Heyyy!! Kalian kelewatan tauuu," Riana berteriak memanggil Adimas dan Danis agar putar balik.

Alhasil setelah Riana membeli tiga lembar tiket masuk untuk permainan outbound, Adimas dan Danis baru saja kembali. Riana memandang bingung pada Adimas dan Danis yang saling melempar tatapan tak bersahabat. Nafas mereka tersengal-sengal, tatanan rambut sudah tak beraturan dan kening mereka sama-sama berkeringat.

Ini sebenarnya kenapa sih, batin Riana.

"Kalian udah sampai mana tadi?" tanya Riana menutup botol minumnya.

Danis merebut botol air putih itu dan menegaknya.

"Eh! itu punya aku," Riana memukul lengan Danis.

Danis menyerahkan kembali botol tersebut ke tangan Riana, "gue sisain setengah buat lo."

Adimas menatap tak suka pada tindakan Danis barusan. Apa coba maksud Danis dengan menyisakan setengah air untuk Riana? Jangan bilang laki-laki itu ingin istrinya meminum bagian yang terkena bibirnya. Adimas mendengus kesal dibuatnya.

Riana menyerahkan sebotol air putih yang masih baru, "Minum, mas-eh kak,"

Danis menatap botol tersebut begitupula Adimas. Ada salah satu organ dalamnya yang rasanya seperti teriris-iris, yaitu hatinya. Tapi mengapa pula ia harus sakit hati? Wajar jika Riana memberikan perlakuan spesial pada kakaknya sendiri, bukan?

Adimas mengambil botol yang bekas diminum Danis dan menegaknya sampai habis lalu membuangnya ke tong sampah.

Riana dibuat melongo saat Adimas melakukan itu. Apakah botol minum itu lebih cantik darinya sehingga Adimas dan Danis tertarik untuk menghabiskannya? Riana geleng-geleng kepala, aneh-aneh saja laki-laki jaman sekarang.

Adimas mengambil botol baru dati tangan Riana. Membukakan kunci tutupnya dan memberikannya kembali pada Riana, "kamu minum yang ini."

Kemarahannya tak berhenti sampai disana, ia ambil satu tiket dari tangan Riana dan memberikannya pada Danis. Ia rangkul bahu Riana dan masuk berdua meninggalkan Danis.

Good morning, Adimas (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang