Chapter 32 || You Can't Be Mad At Me

60.1K 3.9K 126
                                    

Tell me how to make you fall in love, she asked.

I will tell you that I have fallen in love, but not with you.

Then tell me how to make you love me, she asked again even though she almost cried

He answered, I can't.

Ketika rasa cemburu teraba oleh perasaan disitulah sebenarnya cinta itu mulai tumbuh. Sayangnya beberapa orang sulit menyadari kehadirannya, salah satu orang itu ialah Adimas Aksara Ivender. Entah begaimana ia merasa kesal ketika seseorang yang selama ini selalu berada di sisinya tertawa karena orang lain, memandang orang lain, ataupun disentuh orang lain.

Adimas mengaku telah berada pada fase membutuhkan, takut kehilangan dan takut ditinggalkan oleh Riana. Singkat saja menjadi ia ingin hidup Riana hanya didekasi untuknya seorang. Terdengar egois memang, disaat fokusnya sendiri terbagi dua antara Riana dan Riani.

Adimas menarik pergelangan Riana sampai pada pintu keluar.

"Danis gimana? Masa kita tinggal gitu aja."

Langkah kaki panjangnya berhenti setelah mendengar protesan Riana. Ralat, melainkan karena Riana menyebut nama Danis.

"Yaudah kalau kamu mau pulang sama dia," Adimas melepaskan tangan Riana.

"Eh-eh, Mas!"

Adimas tak memperdulikan Riana yang memanggil namanya. Ia tetap melanjutkan langkahnya tanpa berbalik sedikitpun. Sebenarnya ada apa dengan dirinya sekarang. Kesannya ia seperti anak SD yang merajuk karena tidak dibelikan es krim oleh Mamanya. Memalukan memang, tapi ia sangat kesal karena Riana masih sempat-sempatnya memikirkan nasib Danis.

"Aduh gimana nih," Riana menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Menatap ke depan pada sosok Adimas yang semakin menjauh meninggalaknnya kemudian menoleh ke belakang lagi-bingung antara harus menyusul Adimas atau masuk kembali memberitahu Danis bahwa ia dan Adimas akan pulang lebih dulu.

Tidak-tidak, sudah pasti jawabannya ia harus menyusul Adimas. Bagaimana pun suami yang harus didahulukan bukan orang lain. Kenapa ia jadi ragu begini sih dalam memilih. Kemarin disuruh Ovi pilih es krim atau Adimas dengan cepat ia menjawab Adimas meskipun ia sangat suka dengan es krim.

"Mass...tungguinnn."

Riana segera menunggangi sepedanya untuk menyusul Adimas. Ia mengayuh lebih cepat agar bisa menyetarakan sepedanya dengan sepeda yang ditunggangi Adimas. Hari ini ia dibuat kewalahan karena Adimas. Yang pertama ketika Adimas menggeretnya keluar dari arena permainan, mau tak mau ia harus menyamakan kaki berlemaknya ini dengan langkah panjang Adimas. Kedua, berlari mengambil sepeda dan yang terakhir dipaksa mengayuhnya dengan sekuat tenaga yang tersisa.

Kalau begini terus setiap hari ia bisa jadi istri paling sehat di dunia. Punya suami macam Adimas membuat tubuhnya langsing bak Olla Ramlan. Selain tekanan batin karena sikap kulkas Adimas jasmaninya pun dibuat sehat. Dan bagian rohaninya adalah saat ia mengumpat kasar dibalik Adimas karena bersikap cuek padanya atau menjulidi suaminya itu bersama Ovi.

Akhirnya ia berhasil berada di samping Adimas. Tapi anehnya dilihat dari jarak dekat seperti ini Adimas hanya mengayuh sepeda dengan santai tapi kenapa ia menyusul seperti orang kesetanan tadi? Bodo amat deh, yang penting ia bisa bernafas lega sekarang.

Dugaannya salah, baru saja ia meredakan nafas tersengal-sengalnya Adimas kembali meninggalkannya lagi.

Riana membuang nafas berat, "Hah..."

Good morning, Adimas (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang