Chapter 19 || Veiled Wounds

60.6K 3.8K 32
                                    

Why are you always mad at me? What did I do wrong? She asked.

Then He replied, your mistake is because you forget to love yourself by loving me!

Memiliki mertua yang baik adalah harapan semua menantu. Riana tak henti-hentinya bersyukur pada Tuhan yang tak hanya memberikannya suami rupawan tapi juga mertua yang baik hati. Bahkan kelewat baik setiap hari jum'at Selly-Mamanya Adimas datang untuk mengisi kulkas. Ia sudah pernah menolak dengan sopan namun Selly tetap datang pada jum'at berikutnya.

Dan hari ini Riana lupa bahwa Mertuanya akan datang. Ia tersedak ketika mendengar seruan khas Selly dari lantai bawah. Ia langsung menaruh gelasnya di meja dan turun bersama Adimas.

"Ups! Mami ganggu kalian yaaa..." kaget Selly setelah melihat kaos yang dikenakan Riana basah dibagian atasnya.

Riana mengikuti arah pandang Selly. Astaga, air putih mesum. Bagaimana bisa menetes mengenai kaosnya dan parahnya kenapa harus dibagian dada? Membuat orang salah paham saja.

"Kita gak habis ngapa-ngapain kok," sanggahnya lebih dulu sebelum Selly berpikir macam-macam.

"Ngapa-ngapain juga gak papa, ya kan Oma?" Selly menyenggol lengan Oma.

"Cepatlah kasi oma cicit," sahut Oma.

Pipi Riana langsung bersemu, ia malu sekali saat Omanya mengatakan itu di hadapan Adimas.

Adimas tersenyum dan meraih tangan oma lalu menciumnya, "Gimana kakinya oma?"

"Sudah enakan. Buktinya oma bisa nyampe rumah kalian," jawab Oma menggerak-gerakan kakinya.

Adimas beralih pada Selly, "Mama ngapain kesini?"

Wajah Selly langsung berubah masam, ia mencubit lengan Adimas, "Kamu yang ngapain di rumah? Kok gak ke rumah sakit? Tumben."

"Lagi cuti," jawab Adimas dengan ekspresi kesal.

"Oh iya ini," Selly menyerahkan sebuket bunga mawar putih pada Riana, "nemu di depan pintu tadi. Dim! Kamu tuh kalo mau kasih bunga langsung ke Riana dong jangan pake segala taruh di luar pintu."

Adimas tak menjawab, matanya memperhatikan sebuket bunga yang beralih ke tangan Riana. Ia tidak memberi bunga, jikapun iya untuk apa juga ia menaruh di depan pintu. Tiba-tiba ia teringat akan orang yang ia lihat saat membuang sampah tadi.

Riana membaca pesan yang tertulis dalam sebuah kertas kecil berwarna pink.

Cepat sembuh. Gue gak punya teman buat ngomong. Ingat! Besok kerja.

Regards, D.

Setelah membacanya, Riana langsung menyelipkan kertas itu ke dalam bunga agar tak terlihat. Mertuanya mengira bahwa inisial D adalah Dimas yang berarti Adimas. Ini adalah bunga dari Danis entah kapan pria itu menaruh ini di depan pintu, tapi yang pasti Riana bersyukur Danis tidak mengetok karena bisa saja Adimas yang membukakan pintu.

"Mari duduk mami, oma. Mau minum apa?" tawar Riana.

"Kita buat es serut melon bareng yuk," ajak Selly mengeluarkan satu buah melon, nata decoco dan sirup.

Good morning, Adimas (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang