Teach me how to love you without getting hurt, he said.
Then she replied, don't start a friendship with feelings.
•
Kembali pada kenyataan, hari ini Riana sedang dalam mood yang normal. Antara malas dan masih memiliki niat untuk pergi kuliah. Mengapa hari minggu ke senin itu sebentar sekali, sedangkan senin ke minggu itu sangat lama. Kenapa?
Sembari menunggu dosen datang, Riana memainkan handphone tanpa kuota. Entah apa yang harus ia buka, sebenarnya ia hanya mencari pelarian karena tak ada teman bicara.
"Ekhem."
Wangi parfume menyapa indra penciumannya. Tanpa menoleh pun Riana tahu ada seseorang yang mengambil duduk di sebelahnya.
"Ekhem."
Riana berusaha tak perduli. Ia tahu bahwa orang itu sedang berusaha menarik perhatiannya.
"Ekhem! Uhuk! Batuk."
Riana pun menoleh dengan malas. Kedua matanya membesar melihat Danis alias bosnya duduk di sebelahnya. Dia kenapa bisa ada disini? Jangan-jangan dia ngikutin aku sampai ke kampus dan minta aku segera pergi kerja, batinnya.
"Gini Pak, senin sampai kamis pagi saya ada jadwal kuliah nah sepulang kuliah itu baru saya pergi kerja. Jadi, Bapak duluan aja ke Kafe," jelasnya dan kembali meraih handphone.
Danis dibuat kesal, ia merebut handphone itu dari tangan Riana, "Jangan panggil gue bapak."
Kening Riana mengerut. Aneh, baru kali ini ada seorang bos yang tidak mau dipanggil dengan embel-embel Pak, terus maunya apa? Bro? Sis?
"Nama gue Danis. Mahasiswa hukum semester lima."
"Hah? Jadi Bap-maksudnya Danis kuliah disini juga."
Danis melongo mendengar Riana benar-benar memanggilnya dengan Danis saja.
"Eh, yang sopan ya," tegurnya.
"Tadi, katanya mau dipanggil Danis."
"Aish," Danis menggerakan tangan seolah hendak menjitak kepala Riana namun urung ia lakukan, "Lo tuh ya bener-bener."
Riana menundukan kepala, membuang tatapannya ke arah lain lalu bergumam pelan, "Aneh, aku gak pernah lihat dia di kampus."
"Gue denger ya."
Riana menoleh pada Danis, "Kok bisa?"
Danis semakin dibuat geregetan, ternyata Riana itu polos tapi kepolosannya itu justru menyebalkan.
"Masa sih lo gak kenal gue? Gue sering duduk di samping, belakang, dan depan lo," kesal Danis.
Ups! Danis keceplosan.
"Iya?" kaget Riana. Mengerikan sekali, apa bosnya ini seorang penguntit? atau pedofil? pikirnya.
Tak lama seorang dosen berkepala plontos datang dan duduk di kursi kebesarannya. Semua mahasiswa kembali duduk dengan tenang begitu pula Riana dan Danis. Pak Danu adalah dosen galak nomor satu di kampus ini. Beliau jarang tersenyum dan jika sampai salah seorang mahasiswa disenyumi olehnya maka tamatlah riwayat mahasiswa tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good morning, Adimas (Telah Terbit)
RomanceDisarankan follow sebelum membaca. Rank from wattpad : #1 Married Life #1 Romantic #2 Indonesiamembaca #1 grasindo #1 Kopi {Good morning, Adimas} Sudah setahun semenjak ijab kabul itu berlangsung, dan hubungan ini masih sama. Bahkan untuk bertegur s...