Gadis itu kini berdiri tepat di depan cermin besar yang memantulkan bayangan dirinya mengenakan gaun indah terjuntai pas di tubuhnya, gaun pengantin cantik yang memancarkan aura gadis sederhana nan anggun.
Namun kecantikan gaun itu tak terpancar sama sekali pada paras yang kini menatap kosong ke arah pantulan dirinya, sebuah pandangan kosong yang menyayat hati, tatapan yang hanya dimiliki oleh seseorang yang tak memiliki raga di dalam dirinya. Jemari lentik itu bergerak perlahan, dengan gemetaran gadis itu menyentuh cermin di hadapannya.
"Mengapa kau tega melakukan ini kak?"
Perkataan menyayat hati bergaung di ruangan senyap yang terasa dingin. Seharusnya kini dia berbahagia dengan keluarga barunya, kehidupan barunya. Pandangan kosong itu perlahan berubah menjadi sebuah pandangan kemarahan dan kekecewaan. Takdir ini mempermainkannya, dia sudah melewati takdir kejam yang meremukan jiwa dan raganya, tapi dia bertahan, dengan sebuah harapan bahwa takdirnya akan berubah di kemudian hari.
Bukankah kehidupan ini adalah roda yang terus berputar? Lalu mengapa kehidupannya tak berputar juga? Mengapa Tuhan selalu membuat hidupnya terasa begitu berat? Kalau memang Tuhan itu ada, apakah dirinya tak terlihat dan dirinya hanyalah makhluk yang tak penting
sama seperti orang lain melihatnya.
Disapukannya pandangan kosong itu ke seluruh penjuru ruangan itu. Sebuah kamar apartement yang menyimpan berbagai kerinduan.
Langkahnya perlahan terarah menuju balkon. Hembusan angin malam yang menusuk kulit tak memudarkan langkahnya untuk berdiri berpeganggan pada pembatas balkon yang memperlihatkan gemerlap malam ibu kota dari lantai sembilan ini. Dia sudah bertahan sejauh ini, bertahan dan menjalani kehidupan dimana dia tak punya pilihan lain selain menjalani semuanya.
Jika aku mati apakah aku akan bertemu kakak?
Kaki jenjangnya dengan perlahan melangkah melewati pembatas balkon, berdiri di luar pembatas tanpa terlihat takut atau pun gentar dengan dirinya yang bisa terjatuh kapan saja. Dia sudah muak dengan terus berharap kepada tuhan, dia sama sekali tak menginginkan kemewahan atau pun segala keindahan dunia, dia hanya ingin bersama dengan orang yang disayanginya dan menyayanginya, sesederhana itu. Kalau memang tuhan tak bisa meengabulkan permintaannya yang sederhana itu, dia lebih baik melenyapkan dirinya.
Aku merindukanmu kak........
Aku ingin menemuimu.........Genggaman pada pembatas itu perlahan mengendur, tubuh itu perlahan terhempas, membawa dirinya ke dasar kegelapan, kegelapan yang begitu indah. Dia akan bertemu dengan sang kakak, pemikiran itu membuatnya tersenyum, senyum indah sang pengantin perempuan.
Aku mencintaimu kak...........
***
Note : Ff ini pernah dipublish di web "projectsairaakira.com"dgn judul "Merangkul Takdir" dengan cast asli. Kali ini diubah dgn cast taesoo :) hope u like it ^^ tinggalkan jejak juseyo ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
EMBRACE THE DESTINY
FanfictionKim Jisoo, gadis cantik yang menolak takdirnya, gadis yang ingin melawan takdir kejam yang menyakitinya berkali-kali. Ia akan melakukan apapun untuk lari dari takdir kejamnya, bahkan jika itu berarti melenyapkan diri sekalipun. Namun mampukah seoran...