TDD13: The Deal, The Reason, Something They Don't Know

225 34 26
                                    

16.8.19

----------

Dirgahayu RI! 74. 🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇲🇨
Apa perlombaan 17-an terunik dan yang paling kalian tunggu?

Me: peucang kali. Sayang, 17-an kali ini gak di kampung.

-----------

Sorry, telat banget nih, guys.

-----------

777

Newt mengusapkan telunjuknya pada permukaan pisau, menyapu darah yang membalut logam itu. Dari ujung telunjuknya, darah menetes, menambah bercak-bercak merah yang mengotori lantai. Tak jauh darinya, seseorang tergeletak dengan luka sayatan di perutnya. Korban ketujuh, dari tiga belas yang telah disepakati.

Dia menghela napas pendek. Pisau itu dimasukkannya ke dalam saku khusus di bagian dalam jaket kulitnya, di bagian punggung. Matanya boleh saja menatap buas, seolah ingin menunjukkan pribadi yang tidak berbelas kasih. Nyatanya, dari waktu ke waktu, sejak dia memulai aksi kejinya, dia menumpuk rasa bersalah. Ada penolakan yang dalam benaknya berperang melawan kemarahan.

Aku harus melakukannya, dia menegaskan dalam hati. Tangan kirinya dia angkat, memberikan akses pandangannya untuk mengamati benda mirip jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Sama-sama penunjuk waktu, tapi benda itu menunjukkan sisa waktu yang dia miliki untuk menyelesaikan tiga belas pembunuhan itu. Fungsi lainnya, alat itu merekam daftar orang yang menjadi targetnya.

Lupakan soal nama, alat itu tidak menyimpan data primer begitu. Lebih canggih, alat itu mengingat angka-angka yang berkorelasi dengan tato di belakang leher yang dimiliki Penerima. Berada kurang dari seratus meter dengan Penerima di akhir waktunya menurut Takdir Kematian, maka alat itu akan mengeluarkan cahaya merah. Semakin terang cahaya itu, artinya dia semakin dekat dengan sasaran. Saat posisinya tersisa tiga meter dari sasaran, cahaya itu berubah menjadi kuning. Begitulah dia sampai di restoran yang baru didatangi satu orang itu, yang tak lain manajer restoran, orang yang baru saja merasakan ketajaman pisaunya.

Tersisa 160 jam untuk dia menuntaskan misinya. Begitulah yang ditampilkan timer itu. Waktunya berkurang dan berkurang. Seperti mudah, padahal tidak. Dia tidak selalu mendapatkan momentum ketika dirinya dalam posisi yang berdekatan dengan target. Para penerima itu tidak hanya berada di Brooklyn, tersebar, mungkin seluruh Amerika, atau malah lebih luas lagi, entahlah. Asalkan dia dapat menuntaskan misi itu, dia tidak peduli dengan apa pun.

"Newton!" Panggilan itu diikuti langkah kaki.

Tidak dia sadari seseorang telah masuk ke dalam restoran itu. Alih-alih mendekat, dia melangkah ke arah sebaliknya. Dari banyak orang yang dia kenal, ada satu yang sering memanggil nama belakangnya secara lengkap, Clarisse. Dia malas berurusan dengannya, tahu kehendak gadis itu tidak lain hanyalah untuk menghentikan aksinya.

"Newt, tunggu!" langkah kakinya bertambah cepat.

Newt tidak peduli. Semakin lebar dia melangkah. Pun semakin cepat. Dia menuju dapur, yang dia ketahui memiliki pintu yang terhubung langsung ke luar.

Jika saja dia memiliki banyak waktu yang dapat dia sia-siakan, ingin dia pertanyakan keberadaan Clarisse. Gadis itu tidak berbeda jauh dengan yang terakhir kali dia lihat, mengindikasikan dia melewati flat trans tak lama setelahnya. Dia juga tidak mengerti bagaimana Clarisse dapat menemukannya di antara orang-orang yang memenuhi kota ini. Kemudian, pertemuan-pertemuan berikutnya terjadi dengan lebih mudah lagi. Dan, tidak satu pun dari pertemuan itu, Newt berlaku selayaknya seorang teman. Sebaliknya, dia selalu menghindar.

The Death DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang