Hari ke-6
"Kita tak bisa menunggu lagi," Brenda mengusulkan.
Orang-orang yang tergabung dalam diskusi dadakan itu, tersebutlah Minho, Thomas, Newt, Brenda, Hazza, Stephanie, Lucifer, Sersan David, dan Deputi John-yang baru datang sejam lalu, membawa kabar baik bahwa Clarisse sudah siuman dan kondisinya stabil-menatap resah pada gambaran mengerikan yang dibentuk pikiran masing-masing.
Thomas duduk satu baris dengan Minho dan Newt, berhadapan dengan Stephanie yang duduk di antara Hazza dan Brenda. Ia menaruh tatapan padanya dan rasa takut yang tidak disampaikan Stephanie turut membentuk gumpalan menyesakkan dalam dadanya. Besok. Itulah waktu yang diberikan Sang Dalang untuk Stephanie, dan Sonya. Ya, meski Sonya tidak pernah membahas soal itu, tak pernah menunjukkan kepedulian pada angka-angka yang tercetak di belakang lehernya, tidak menutup kemungkinan sejatinya saat ini ia juga dirundung takut. Satu hal yang pasti, duduk di sebelah Minho memungkinkannya merasakan aura kecemasan Minho utuk Sonya yang baginya terasa sangat kuat.
"Dengan Smith tidak menemukan keberadaanku sejak kemarin, aku yakin mereka akan mengubah beberapa hal. Aku dan Newt menghilang bersamaan. Tentu saja mereka akan berpikir kita bersekongkol." Brenda melanjutkan.
"Lu, apa kau sudah mendapatkan semua datanya? Tidak ada yang baru?" Minho menatap Lucifer serius.
"Sampai pagi ini, daftarnya masih sama. Sudah kuserahkan kepada Sersan David. Ada 21 satu orang Penerima-tidak termasuk kita. Angkanya bisa berkurang jika ada kasus kematian terbaru pagi tadi karena tercatat ada dua orang yang dituliskan kematiannya hari ini."
Minho menelan ludah. Sebelah tangannya yang ditaruh di atas pahanya terkepal erat. Dia bersumpah akan memberikan pengalaman sakaratul maut terburuk kepada malaikat maut itu.
"Sersan David, apakah kita siap jika harus melaksanakannya besok?"
"Semua yang kita butuhkan sudah siap.
"Termasuk pengaman?" Thomas memastikan.
"Termasuk pengaman."
Diskusi itu ditutup dengan kesimpulan yang disepakati semuanya. Mereka akan menjalankan rencana itu besok. Misi perlawanan yang sesungguhnya.
***
Hari ke-7
Pagi merangkak cepat menuju Brooklyn, membawa sinar matahari yang malu-malu menyusup melalui celah jendela. Hangat menjalanri tubuh-tubuh orang berselimut yang walau memejamkan mata tak ada yang berhasil tidur. Tidak satu pun. Yang akan terjadi hari ini terlalu menarik untuk tidak diindahkan pikiran mereka. Kantuk segan mendekat. Tak beruni mencuri kesadaran mereka walau beberapa menit.
Dini hari tadi, Lucifer merampungkan bagiannya. Dia meretas beberapa jaringan seluler yang digunakan Penerima dalam daftar yang dia punya. Sebuah pesan dia kirimkan kepada para Penerima, perintah untuk mendatangi tempat persembunyian Penerima yang telah mereka siapkan.
Jaringan Anda bermasalah. Perbaikan sistem akan memakan waktu beberapa hari. Untuk layanan lebih cepat, silakan datangi kantor kami.
Begitu kira-kira isi pesan yang dikirimkan Lucifer. Peta lokasi yang dia tampilkan mengarahkan ke tempat-tempat persembunyian yang telah dijaga ketat oleh masing-masing dua polisi bersenjata. Informasi terbaru yang mereka dapatkan, para Penerima itu sudah semua berada di tempat berpengawal.
Di rumah labirin itu, mereka sudah siap dengan berpakaian rapi. Tak lupa memasang rompi antipeluru dan membekali masing-masing dengan dua buah pistol beramunisi penuh. Khusus untuk Newt yang telah pergi lebih awal, dia membawa sebuah pistol dan dua buah pisau yang dia sembunyikan di balik jaket kulitnya. Demi alasan keamanan, Stephanie dan Lucifer dibiarkan hanya memiliki ketapel-Thomas khawatir, memberikan mereka pistol malah akan membahayakan diri mereka sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Death Destiny
Mystery / ThrillerMereka memasuki sebuah era di mana kematian sebagian bukan lagi menjadi rahasia takdir. Adanya kepastian 'waktu' bagi sebagian orang membuat dunia menjadi tak terkendali bagi orang-orang yang menyadarinya. Membunuh untuk mendapatkan kehidupan lebih...