TDD15: The Truth

232 29 25
                                    

13.9.19

-----------
Happy birthday, Niall James Horan!
Ada directioners di sini? Lol.

-----------

984

Bunyi tembakan terdengar begitu Thomas mengangkat kelima jarinya. Bersamaan dengan itu, asap yang sangat pekat mengepul memenuhi ruangan. Pandangan mereka tertutupi. Ketika ada tangan yang meraihnya, Thomas tidak menolak. Lagi pula, dia tidak memiliki banyak waktu sebelum pijakannya tiba-tiba menghilang. Satu detik berikutnya, asap itu menghilang tak berbekas.

Thomas butuh dua kali mengedipkan mata untuk memastikan pandangannya tidak menipu. Dia berada di tempat yang sama sekali berbeda. Dinding yang mengelilingi kolam renang itu menghilang. Bahkan kolam renang itu lenyap. Kondisi itu membuatnya memikirkan satu hal ...

"Semuanya baik-baik saja?"

Pertanyaan Stephanie memutus lamunannya. Thomas menoleh. Gadis itu tepat berada di sisinya. Lucu sekali dia baru menyadari tangannya digenggam erat oleh Stephanie. Sementara, tangan Stephanie yang lainnya bergenggaman dengan Newt, dan tangan Newt terkoneksi dengan Minho. Kabar baiknya, mereka dalam keadaan tidak kekurangan apa pun. Mereka seratus persen baik-baik saja.

"Kita masih hidup," Newt menjawab dengan gumaman.

"Ya, dan kita harus bergegas karena sekarang Minho akan diburu."

***

Tempat itu akhirnya memiliki jalan untuk masuknya cahaya. Gelap yang melingkupinya cukup lama perlahan-lahan memudar. Pandangannya mengikuti arah datangnya cahaya itu. Dari atas. Dia mengangkat punggungnya. Tak dia kira gerakan ringan itu terasa sangat berat dan dia tidak jadi membawa tubuhnya dalam posisi duduk. Dia merasa tubuhnya terlalu lemas, saking lama tubuhnya tidak menerima nutrisi. Jangankan makanan, air pun tidak membasahi kerongkongannya selama ... dia tidak yakin. Mungkin seminggu. Mengejutkan juga dia masih hidup saat ini. Atau sebenarnya, seberkas cahaya itu adalah malaikat maut yang hendak mengambil nyawanya?

"Hei, ada orang di sini rupanya," seseorang berteriak ketika cahaya itu mengusir seluruh gelap.

Setelah menyesuaikan pandangannya, dia dapat melihat seseorang di atas sana, berpakaian serba putih dengan wajah ditutup masker. Yang dia ingat berikutnya, beberapa orang mengevakuasinya. Dia dibawa ke semacam rumah sakit, mendapat penanganan di sana. Tubuhnya berangsur pulih.

"Siapa namamu?"

"Newt," jawabnya. Lemah sekali suara itu. Dia hampir tidak mengenali suaranya sendiri.

"Baiklah, Newt. Jangan khawatir, kau akan pulih dalam beberapa hari."

Newt tidak menjawab. Obat tidur yang diinjeksikan ke dalam pembuluh darahnya tampak mulai bereaksi. Matanya terasa berat. Dia menjadi penurut dengan membiarkan kantuk menguasainya, sambil berharap saat membuka mata nanti tubuhnya benar-benar dapat diandalkan. Dia harus mencari adiknya.

***

"Tiga," Thomas menghitung mundur, mengikuti stopwatch yang dinyalakan dari ponselnya. "Dua ... Satu." Dia mematikan stopwatch itu. Wajahnya diarahkan pada Minho yang duduk resah di hadapannya.

Stephanie dan Newt yang juga duduk bersamanya, turut melempar pandang ke arah Minho.

"Lewat tengah malam. Tanda itu kadaluarsa, Minho. Lihat, siapa bilang takdir kematian selalu benar? Itu tidak berlaku lagi. Kita baru saja melawannya."

Minho menggelengkan kepalanya. Berkebalikan dengan Thomas yang terlihat begitu antusias, Minho menyandarkan punggungnya dengan raut sendu. "Atau mungkin—"

The Death DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang