So, guys, this is happening. I finally could find the idea for this chapter (big smile on my face).
Hope you enjoy it!
---------
Untuk pertama kali sejak terdampar di Brooklyn, mereka dipersatukan dalam satu ruang. Thomas, Newt, Minho, Gally, dan Harriet, ditambah Stephanie mengitari sebuah meja di apartemen Gally. Thomas yang telah lebih dulu menjalin komunikasi dengan Gally, segera mengabari tak lama setelah dia bersatu kembali dengan Newt dan Minho. Gally pun bertindak cepat dengan mengundang mereka demi membahas kelanjutan rencana perlawanan terhadap sang Dalang.
"Jadi, kau adalah anak magang di kepolisian?" Gally menatap Minho yang langsung dibalas anggukan tipis. Dia kemudian menelengkan sedikit wajahnya, mengarahkannya pada Newt yang duduk di sebelah Minho. "Dan kau adalah buruan polisi?"
"Aku tidak keberatan kau memilih istilah 'kriminal'." Newt menyilangkan tangannya. Punggungnya dia tempelkan pada sandaran kursi. Selaras dengan ucapannya, dia tidak terganggu dengan fakta yang sangat bertolak belakang itu, bahwa Minho secara serius memiliki tugas untuk menangkapnya. Lagi pula, semua yang ada di ruangan itu sama-sama tahu, Minho akan memilih menjadi buronan berikutnya daripada harus menyerahkan Newt kepada kepolisian.
"Aku tidak pernah menemukan kombinasi yang lebih sempurna dari ini," Gally terkekeh, memancing yang lain ikut memperdengarkan tawa pelan.
"Berbicara seakan tidak tahu apa-apa," celetuk Harriet, mengedip kepada suaminya.
"Soal Minho yang bergabung dengan tim kepolisian? Aku tidak punya ide. Tapi, mengenai reputasi Newt? Berapa orang yang dibunuhnya? Siapa saja? Ya, aku tahu."
Perubahan ekspresi Newt terlalu jelas. Rasa bersalah yang dalam waktu singkat mengambil peran penuh mendekorasi air mukanya tertangkap cepat oleh Gally. Maka, Gally dengan segera menambahkan, "Maaf, aku tidak bermaksud, Newt."
Newt mengangguk pelan, berbarengan dengan Thomas dan Minho yang bersamaan meletakkan tangan di lutut Newt. Kepada mereka yang sudah seperti keluarga, dia tidak perlu menjelaskan apa pun supaya mereka sepaham dengan jalan pikirannya. Mereka memahami sebelum ada penjelasan.
"Semua terjadi atas sebuah dasar, aku—dan kuyakin semua yang ada di sini—percaya itu," ucap Gally mewakili yang lain. "Lagi pula, selalu ada keuntungan yang bisa diambil dari sebuah peristiwa, termasuk darimu, Newt." Gally mengeluarkan sebuah folder dari laci meja, memindahkannya ke atas meja.
Seketika folder itu menjadi pusat perhatian. Yang ada di dalamnya menjadi sangat ingin diketahui. Namun, pikiran Minho tidak bekerja dengan cara yang sama. Dia berada pada frekuensi lain sebab yang ditanyakannya begitu Gally kembali ke tempat duduknya, yaitu, "Jadi, kalian benar-benar sudah tua?"
Sontak Gally dan Harriet bertukar pandang. Detik berikutnya, tawa memenuhi ruangan itu. Sementara, Minho hanya mengangkat alisnya sambil memasang wajah bingung, seolah yang dia lihat dengan kedua matanya tidak cukup memberikan penjelasan. Thomas yang pertama kali menangkap rautnya, menghentikan tawanya pertama kali. Dia tahu Minho tidak bermaksud melucu. Seperti yang masih dia rasakan, Minho masih belum terbiasa dengan akibat dilatasi waktu yang terjadi karena perjalanan mereka dengan flat trans. Apalagi, lima puluh tahun lamanya yang mereka lompati. Sungguh, bukan hitungan yang sederhana, terlebih saat memasukkan sebuah hubungan yang dekat dalam komponen perhitungan.
"Harriet dan Gally yang kalian lihat satu atau dua bulan lalu tumbuh saat kau terjebak dalam flat trans tak berguna itu," Harriet berkata santai setelah puas tertawa.
"Ingatkan aku jika aku perlu memanggil kalian granny!"
Gally menggeleng-gelengkan kepalanya, lantas dengan sungguh-sungguh berucap, "Itu akan menjadi panggilan terkonyol yang pernah kudengar darimu Minho. Kau sungguh tidak perlu melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Death Destiny
Misterio / SuspensoMereka memasuki sebuah era di mana kematian sebagian bukan lagi menjadi rahasia takdir. Adanya kepastian 'waktu' bagi sebagian orang membuat dunia menjadi tak terkendali bagi orang-orang yang menyadarinya. Membunuh untuk mendapatkan kehidupan lebih...