Believe me, I'm still alive.
Gini, guys, kemaren-kemaren, sampe saat ini, sampe besok-besok juga keknya keracunan GMM TV. Ngabisin hari nontonin serial Thailand dan beragam acara seru dari channel itu (tuh kan jadi iklan 😌).
Pegimana atuh, ya. Tak terhindarkan ngebucinin aktor-aktor GMM yang cool sekalugus unyu. 😅
Perlu usaha keras buat ngadep laptop, lanjutin ini. Mohon maaf dari hati yang terdalam, guys.
Ini untuk kalian...
Tarik napas dulu. Bab ini nyantai, tapi bisa juga bikin kesel. Oh, iya warning ⚠15+
----------
Semuanya seperti normal saja. Segala hal berjalan sebagai mana biasanya. Gally mengambil alih pimpinan, semenjak hari itu. Penduduk melakukan pekerjaan mereka. Anak-anak bermain dan belajar. Frypan terus-menerus mengoceh pada anak buahnya yang keliru memotong lobak—dia menginginkan bentuk kotak dadu, tapi yang dia lihat adalah bentuk balok. Aris membentuk tim kecil, khusus untuk meneliti Flat Trans yang membawa pergi Newt, Minho, Tomas.
Nyatanya, Safe Haven tidak pernah sama semenjak mereka pergi. Semua orang merasakannya. Mereka mengenal tiga orang itu cukup baik walau tidak semuanya pernah berbicara dengan Thomas, Newt, dan Minho. Bagi penduduk Safe Haven, ketiga orang itu mereka ketahui sebagai orang-orang berjasa yang telah membawa mereka pada kesempatan hidup lebih baik, lebih panjang. Dan dari semua itu, dua orang yang paling terpukul atas menghilangnya mereka, Brenda dan Clarisse.
Hari saat dia melihat kekasihnya diserap oleh Flat Trans, Berenda tidak beranjak dari bangsal berlantai kayu. Dia hanya duduk membisu menghadapi sesuatu yang tidak dapat dia lihat. Flat Trans itu mati, tak lama setelah Minho melewatinya. Gally memanggil Aris dan timnya untuk menangani masalah. Mereka datang dengan cepat. Namun, Gally tidak berhasil membujuk Brenda untuk beranjak. Jorge sekalipun tidak dapat melakukannya.
"Dia akan kembali," suara itu terdengar bersamaan dengan memantulnya bunyi langkah kaki memasuki bangsal itu, Hazza. Dia menempatkan dirinya di dekat Brenda, mengamati gadis itu lamat-lamat.
Brenda tidak bergeming. Dia masih di dekat Flat Trans, duduk memeluk lutut. Keadaannya berantakan setelah lebih dari sehari dia berdiam di sana. Rambut panjangnya lusuh. Wajahnya terlihat kotor dan berminyak. Jangankan untuk membersihkan diri, makan pun dia segan. Kentang rebus, acar, dan rusa panggang yang diantarkan anak buah Frypan siang tadi belum disentuhnya. Untuk sarapan dan makan malamnya kemarin, sudah diambil kembali, sudah disantap oleh kambing dan unggas.
"Aku mendengar dari orang-orang, bahwa dia sangat mencintaimu. Jadi, kamu harus percaya, dia akan kembali. Dia akan menemukan cara untuk kembali padamu."
Brenda tidak bereaksi. Paling tidak, tidak dengan gestur atau suara. Sementara, otaknya bereaksi hebat. Ucapan Hazza dia pahami tak lebih dari sekadar omong kosong. Dia berada di bangsal itu sepanjang waktu, melihat dan menyimak ketika Aris dan timnya bekerja. Tidak sekali dia mendengar mereka mengeluh kehabisan akal menangani Flat Trans itu. Meski tidak mengatakannya secara langsung, dia tahu, kembalinya Thomas dalam masa hidupnya adalah sekecil-kecilnya kemungkinan yang dapat terjadi.
"Brend, kau belum makan sejak ..." Hazza meneliti wajah gadis itu. Tatapan dalamnya tak dibalas walau satu detik. Lalu dia memindahkan pandangannya pada piring yang diletakkan tak jauh dari Brenda, dia menggesernya lebih dekat. "Sejak kemarin pagi kurasa," lanjutnya.
Brenda masih mematung. Mata kuyunya tak lepas dari ruang hampa yang seharusnya menampilkan Flat Trans jika alat transportasi itu dinyalakan.
"Brend, untuk menunggu pun kau butuh energi," Hazza mengangkat tangannya, mengusap rambut Brenda. Dia mengira, Brenda akan menepis tangannya, tapi gadis itu lagi-lagi tidak bereaksi. Maka, dia membiarkan tangannya tetap berada di sana, mengusap dua, tiga kali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Death Destiny
Mistério / SuspenseMereka memasuki sebuah era di mana kematian sebagian bukan lagi menjadi rahasia takdir. Adanya kepastian 'waktu' bagi sebagian orang membuat dunia menjadi tak terkendali bagi orang-orang yang menyadarinya. Membunuh untuk mendapatkan kehidupan lebih...