10

4.1K 258 13
                                    

Kulanjutkan...karena ku ingin sekali cepat selesai ini novel toh :')

Vote itu berarti bagiku:' ahhh apa sih diriku ini:'v

Langsung ajh..Happy Reading.. :))

"Akhirnya misi selesai..."

"Misi?" Pekik Aji.

"Sudah ayo ji kita pulang, bentar lagi magribh nih." Faris mengalihkan pembicaraan dan beranjak pergi melangkah ke arah Kaila. Itu membuat tingkat kekepoan Aji naik. Aji mengejar Faris dan melemparinya dengan pertanyaan tentang misi yang dimaksud Faris.

"Eh ris tunggu! Misi apa nih?"

"Lo anggota FBI?"

"Atau jangan-jangan lu ada rencana?"

"Rencana jahat atau baik?"

Pekik Aji sambil berusaha mensejajarkan langkahnya dengah Faris. Namun Faris tidak menjawabnya, pikirnya pertanyaan-pertanyaan itu tidak perlu jawaban.

Kini mereka berdua berdiri dihadapan Kaila yang sedang duduk di bangku taman kota. Wajah gadis itu penuh dengan kesedihan. Sepertinya putus dari Bima adalah penyebabnya pikir Faris dan Aji.

"Ngapain lo kesini?" pekik Kaila sambil mengusap air matanya dengan saput tangan dari Faris tadi.

"Lo mau nangisin cowo itu terus atau mau pulang?" Tanya Faris.

"Gue bisa pulang sendiri." jawab Kaila.

"Yang mau nganter lo pulang siapa?" lirih Faris.

"Nah bener tuh." Aji ikut menyetujui.

Wajah Kaila memerah. Bener juga, kok Kaila bisa berfikir Faris ingin mengantarnya pulang. Ahhh malu sekali pikirnya. Astagfirullah Kaila kok percaya diri amat jadi orang.

"Oh ya udah sana.." pekik Kaila kesal.

"Tapi gue bukan tipe laki-laki yang ngebiarin cewe jam segini pulang sendirian..." ucap Faris.

"Setuju.." Pekik Aji.

"Euuu...gak usah! Gue bisa pulang sendiri. Assalamu'alaikum." Kaila melangkah menjauh meninggalkan Faris dan juga Aji.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah." Jawab Faris dan Aji.

Jam menunjukan pukul 17:50. Langit sudah mau gelap, Kaila berfikir Faris akan mengejarnya. Ternyata nihil! Cih katanya tidak akan membiarkan cewe jam segini pulang sendirian.

Sekarang langit sudah gelap. Kaila sedang berada di dalam sebuah taksi menuju rumahnya.

"Pak saya turun di masjid depan aja ya."

"Tapi rumah neng kan bukan daerah situ." jawab supir taksi itu bingung. Karena alamat yang dikatakan Kaila saat pertama naik itu berbeda.

"Gpp pak, sudah adzan saya mau sholat dulu..lagi pula rumah saya sudah deket dari sini pak." lirih Kaila.

"Owh begitu ya neng. Baik neng."

"Makasih pak."

Dan setelah didepan masjid supir itu menghentikan mobilnya.

"Ini pak ongkosnya." Kaila menyodorkan uang 100 ribuan.

"Enggak ada kembalinya neng."

"Buat bapak aja." senyum Kaila.

Ayat-Ayat Rindu [COMPLETED] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang