"Halo, assalamualaikum. Pah, jemput ya?"
"Oke, Aya tunggu di depan. Walaikumsalam."
"LISA! AYO BURUAN!" Gue nunggu di depan kelas rusuh. Hari ini cuaca panas banget, gak biasanya. Apalagi gue pake baju atribut lengkap, gerah pol!
"Lo tuh! Kelamaan, hampir gue tinggal." ucap gue saat Lisa keluar dari kelas bersamaan dengan Jeno.
"Apa lo!" sinis gue ke Jeno. Jeno ini teman sekolah menengah pertama gue. Sebenarnya gue baru tau juga kalau gue satu sekolah sama manusia satu ini.
"Lo dendam kesumat nih sama gue. Heran!" balas Jeno sambil nampangin muka pasrah.
"Lo jelek, males gue. Bye aja!" Habis gue ngomong gitu, gue langsung jalan sama Lisa dan gue masih bisa dengar kalau Jeno ngumpat ke gue.
"Anjing." Gue melet ke dia.
"Gimana perkembangan organisasi, Nay?"
Gue mengendikkan bahu, "I dunno. Eh tapi sumpah gue gedek banget sama Jaemin. Bacot mulu, tapi gaada kerja."
"Sabar ya, ujian lo emang sebagai ketua. Lah Momo gimana?"
"Dia mah sans. Rajin-rajin aja sih, mudahan sampe seterusnya gitu."
Beberapa minggu yang lalu gue fix ditetapkan jadi salah satu ketua organisasi. Gue juga terbilang masih newbie, tapi langsung kepilih jadi ketua. Gak ngerti kenapa, tapi gue yakin karena janji-janji manis gue makanya gue kepilih. Gue berharap gue amanah di organisasi ini.
"Jaemin mah emang bacot modal tampang doang. Ya baguslah, setidaknya dia menarik perhatian ciwi-ciwi generasi berikutnya. Lumayan recruitment tahun depan." Gue ngangguk setuju. Jaemin bacot tapi ganteng.
"EH ASTAGA! Lo tadi dicari Bu Irene Naayy!" Lisa mukul pundak gue sambil teriak.
"Hah! Kok baru ngasihtau pas pulangan sih?!"
"Gue kan lupa. Habis lo tadi ngajak gue ke kelas oppa-oppa lo itu!"
"Gapapa, yang penting Kak Doy ganteng kalo senyum."
"I CAN'T RELATE BEGO!"
"Tapi seriusan, tadi dia senyum. Dikit aja senyumnya, tapi ganteng huhuhu!"
"Mending lo liat ke depan, ada Kak Doy noh!" gue langsung menghadap ke depan. Gue udah semangat, tapi habis itu gue manyun gak jelas.
"Ngapa lo?"
"Bisa gak tolong kasitau Kak Doy, jangan banyak-banyak senyum sama jangan pake jaket hitam. Makin ganteng, gue ambyar."
Di depan Kak Doyoung lagi ngumpul sama teman-temanya. Semuanya ganteng, tapi Kak Doyoung yang paling menarik mata hati dan mata batin gue.
"Kak Jaehyun, Kak Doyoung, Kak Yuta, Kak Taeyong. Gak ngerti lagi gue, kenapa rumput tetangga lebih hijau"
"Hooh, di kelas mentok-mentok Renjun sama Hyunjin."
"Intinya Kak Doyoung ganteng di hatiku."
🍁🍁🍁
Doyoung POV
Jam pulangan berbunyi beberapa menit yang lalu, teman-teman gue udah pada pulangan, Lukas juga udah pulang bareng degemnya dia. Yang tersisa cuma anggota geng gue. Orang-orang yang malas pulang.
Gue sebenarnya udah di parkiran dua puluh menit yang lalu, tapi gue terpaksa kembali ke lab akuntansi buat nemuin Bu Irene, kepala kompetensi kami.
"Jadi bagaimana, Young? Bisa kamu carikan perwakilan dari kelas 10 dan 11 untuk lomba nanti?"
"Insyaallah bisa, Bu. Kira-kira kapan terakhir penyertaan nama pesertanya, Bu?"
"Besok, karena dari pihak sekolah saja dadakan. Apalagi lombanya hari Sabtu, setidaknya kita sudah yang terbaik. Menang kalah gak masalah."
Gue mengangguk, "Baik, Bu. Besok saya ke sini lagi bersama perwakilan kelas."
Bu Irene menangguk dan tersenyum, "Baik. Kamu boleh pulang." Gue mengangguk dan menyalimi tangan Bu Irene.
"Permisi, Bu."
Selesai urusan dengan Bu Irene, gue langsung nyamperin Jaehyun yang ada di parkiran.
"Jae! Lah? Yang lain mana?"
Jaehyun noleh ke gue, "Taeyong jemput adekknya, Yuta nebeng Taeyong, trus Jungwoo kerkol. Baru aja mereka pergi, lo sih kelamaan. Dasar cinta sekolah."
Gue menghela napas berat. "Capek gue."
"Why?"
"Disuruh cari perwakilan kelas buat ikut lomba antar jurusan. Mana gue tau mana-mana anak yang berprestasi di sekolah. Baru berapa bulan."
Jaehyun ngangguk paham. "Gue punya saran sih. Naya itu lo ambil, dia pinter."
"Naya?"
"Ck! Adek kelas yang tadi nganterin lo uang qurban." Jaehyun berdecak.
Gue mengingat-ingat, "Naya? Naya?" Gue menjentikkan jari, "Oh! Naya itu! Eh, tapi bener kan?"
"Iya lo ah gak percayaan sama gue. Gue ini OSIS." bangga Jaehyun ke gue.
Gue mendengus, "Yaudah. Thank's bro atas advisenya." Setelah itu gue langsung memakai boomber gue lalu memakai helm.
"Balik lo?"
"Iyo, mau nugas. Ntar malam mabar gak?"
"Gak, udah unnist."
"Haih, noob."
"Anjing lo, Doy!" Gue tertawa mendengar umpatannya. Gue berjalan mengambil motor hitam punya gue yang terparkir di bawah pohon.
"Duluan oy!"
"Tiati lo, lo kadang gak inget nyawa kalo bawa motor."
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR || Doyoung
Fanfiction[Revisi setelah selesai] "Dek, cinta itu aneh. Ibarat intangible assets yang gak bisa diamortasi." "Maksudnya, Kak?" "Gak bisa disusutkan dan gak bisa berkurang karena kerugian." "Kak, Naya gak suka ya kalau mau baper tapi harus mikir dulu!" Highest...