Masih ada yang nunggu cerita ini? Hehe, happy reading♥️
•••
"Doy, coba lo minggir dulu. Ini kasur gue berantakan gara-gara lo!" Taeyong mukul gue pake sapu lidi yang tadi dia letakkan di pojok kamar. Mau gak mau gue berpindah tempat sebelum gue mendapatkan pukulan kedua.
"Kurang ajar." desis gue sambil melewati Taeyong.
"Lo anjing yang kurang ajar. Datang-datang langsung ngambur gini. Untung nyokap gue baik bolehin lo masuk. Untung juga gue sabar dan baik hati bolehin lo gabut di rumah gue." balas Taeyong. Gue gak menggubris lagi dan memilih duduk di kursi belajar Taeyong.
Taeyong sibuk membersihkan kasurnya yang menurut gue gak berantakan, hanya saja spreinya tertarik di bagian ujung. Bosan, gue beralih memandangi tumpukan buku milik Taeyong di hadapan gue.
"Lo sudah coba-coba daftar di tempat yang gue saranin gak, Doy?" tanya Taeyong yang gue balas gelengan.
"Lah, kenapa?"
"Gue mau cari referensi tempat yang lain. Lagian terlalu buru-buru kalau gue daftar minggu ini. Gue juga mau istirahat lah, capek tau gak."
Taeyong berdecak sambil berkacak pinggang, "Bisa juga ya seorang Doyoung Arrasyid, lulusan terbaik SMK Harapan Bangsa butuh istirahat?"
Gue menatap Taeyong tajam, "Gue bukan boneka."
Taeyong tertawa mendengar jawaban gue. Sedangkan gue menatapnya heran. Gila. Gue mendengus lalu kembali menatap buku-buku milik Taeyong. Siapa yang tau kalau seorang Taeyong yang suka tidur setiap mata pelajaran produktif akuntansi ini suka mengoleksi buku-buku akuntansi. Bahkan beberapa bukunya gue gak ada. Memang terkadang belajar dengan metode sendiri itu lebih baik daripada belajar dengan terpaksa karena tuntutan guru. Belajar itu kewajiban bukan berarti menuntut kita untuk bisa segala hal sesuai yang guru mau. Gue nakal di sekolah karena gue sudah belajar serius di rumah bukan karena gue bodoh. Begitu kata Taeyong.
"Mau ke mana lo?" tanya gue ketika melihat Taeyong yang sedang memilih-milih baju.
"Nge-date sama Seulgi."
"Akhirnya jadian juga lo. Setelah php ke berapa orang, Yong? Jauh-jauh php berlabuhnya tetap ke teman sekelas."
"Gak usah bacot ya. Lo tuh, jauh-jauh ke rumah gue buat gabut lupa kalau sudàh punya pacar?" ucap Taeyong sensi.
"Naya bukan pelampiasan gabut gue. Dia prioritas, berarti penting."
"Prioritas ya? Tapi gue gak pernah lihat kalian jalan bareng. Mending lo ajak jalan atau gimana. Ini malam Minggu woy! Cepat sono pergi, gue juga mau pergi ini."
Gue berdecak kesal mendengar ucapan Taeyong yang seolah mengusir gue. "Masih sore buat dibilang malam Minggu ini."
"Bodo amat, pokoknya gue keluar rumah, lo juga keluar. Sumpek gue lihat lo sok-sok galau gitu. Kangen itu ngomong, bisa telepon bisa chat. Kayak di zaman batu aja lo gak pake teknologi. Kebanyakan mikir keburu dia diajak cowok lain."
Gue menatap sinis Taeyong.
"Naya cantik, bro. Gak cantik aja, dia unik. Jaehyun aja bisa suka apalagi gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR || Doyoung
Fanfiction[Revisi setelah selesai] "Dek, cinta itu aneh. Ibarat intangible assets yang gak bisa diamortasi." "Maksudnya, Kak?" "Gak bisa disusutkan dan gak bisa berkurang karena kerugian." "Kak, Naya gak suka ya kalau mau baper tapi harus mikir dulu!" Highest...