🍁 Debar Pertama

4.3K 614 56
                                    

"Ih, bego bego bego! Sadar Nay, lo itu burik buluk jelek dekil bau. Jangan ngarep di notice Kak Doy! Dianggap hidup aja bersyukur." Setelah jam pelajaran di lab selesai gue langsung buru-buru ke kelas. Cukup sudah gue menahan malu karena omongan temen-temen gue. Ya bayangin aja, yang tadinya cuma teman deket gue yang tau soal gue yang suka sama Kak Doyoung berakhir jadi satu kelas yang tau. Ya gue tau pasti gue masuk ke fase ini. Tapi apa harus di depan Kak Doyoung juga?

"Ngantin gak nih?" tanya Lisa yang baru masuk kelas bareng Jeno. Dasar bucin.

"Ayook!" sahut Ahrin dari tempat duduknya.

"Yang ditanya siapa, yang nyaut siapa. Naya! Minta bedak lo!" balas Somi sinis ke Ahrin lalu memalak bedak gue. Gue heran teman-teman gue pada cantik tapi gak modal. Kebalikan dari gue yang buluk tapi modal.

"Udah minta, nyolot pula!" ketus gue sambil nuangin bedak bayi ke tangan Somi. Sengaja gue yang tuangin biar gak banyak-banyak. Somi malah cengengesan lalu pergi ke hadapan kaca.

"Ayok lah, daripada di kelas. Mending keluar, mumpung ini istirahatnya lebih lama. Habis ini kita masih ada mapel itung-itungan, otak butuh nutrisi biar bisa nyambung."

Lama dibujuk, akhirnya gue ngeiyain dan ngikut ke kantin. Padahal gue super duper mager. Lebih tepatnya masih malu kalau seandainya berpapasan sama Kak Doyoung. Tapi sayangnya teman gue pada gak peka. Mereka ngambil jalan yang pas banget di sebelah jendela besar kelas Kak Doyoung. Gue semakin nunduk pas lewat. Kalau bisa muka gue dilepas, udah gue lepas daritadi.

"Naya!" Oh, shit. Oke, siapa yang manggil kali ini? Gue berbalik menghadap ke arah suara.

Coba tebak siapa,

"Kelas kalian belum lunas-lunas loh? Besok udah paling lambat loh ya." Gue mengangguk paham. Gue menunduk sekilas lalu kembali berjalan menyusul teman-teman gue yang udah jauh di depan.

Ya, Kak Doyoung yang manggil gue. Sebentar, kok agak aneh ya?

•••

Gue diam merhatiin adek kelas gue yang tiba-tiba ribut pas gue masuk. Gue merhatiin mereka semua siapa tau ada yang gue kenal. Dan di sini ada Naya, adek kelas yang pernah gue antar pulang kerumahnya.

Gue ngeliat dia lagi ngajarin temannya. Entah sejak kapan gue merhatiin dia sampai gue gak gubris obrolan Jaehyun dengan Bu Irene. Sebenarnya gue kesini cuma ikutan doang dan lagi suntuk sama pelajaran di kelas. Daripada gue gabut nyoretin kertas, mending gue ikut Jaehyun. Itung-itung olahraga.

Gue liat Naya sempat beberapa kali melirik ke gue pas teman-temannya ribut lalu memejamkan matanya rapat seolah menahan sesuatu.

"Apa dia salting? Tapi sama siapa?" pikir gue.

Gue pindah duduk ke baris di belakangnya. Jadi posisi Naya membelakangi gue dan gue duduk menghadap punggungnya. Teman sebelahnya sempat nepuk punggung dia tapi langsung ditepis sama Naya. Mereka sempat ribut sampai akhirnya Naya kembali fokus sama layar komputernya.

"Ternyata di memang pintar. Tapi sayang agak jutek."

Gue ngeliat dia menoleh ke samping lalu ke belakang mendapati gue terus dia kembali ke tempat semulanya lalu memukul teman di sebelahnya.

"Ah ternyata dia beneran salting. Salting berarti ada yang dia suka dong?"

Entah kenapa gue malah mikirin ini daritadi. Gue juga merasa kalau gue sedikit deg-degan.

"Ini gue deg-degan karena penasaran atau apa? Atau karena disini dingin kali ya?"

Gue kebanyakan melamun sampai gue disadarkan sama Jihyo.

"Woi, anjir. Balik kelas ayo. Lo diem aja kayak patung." Gue berdiri dan berjalan mendekati mereka yang sedang menyalimi Bu Irene.

"Saya balik kelas, Bu. Assalamualaikum." ucap gue. Gue sempat melirik ke arah Naya dan dia sedang menatap ke arah Jaehyun.

"Oh, Jaehyun Ya?"

SENIOR || DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang