"Doy! Woy!" Gue menoleh merasa ada yang nepuk pundak gue dari belakang. Oh, Taeyong.
"Ngapain?"
Taeyong masih mengatur napasnya, "Bentar, capek gue ngejar lo dari tadi gak noleh-noleh! Napas dulu gue!" Gue memutar bola mata malas lalu kembali berjalan meninggalkan Taeyong yang masih mengatur napasnya. Bukan gue sengaja gak nyaut pas Taeyong manggil tadi, tapi gue sedang buru-buru mau ketemu dengan Pak Yunho, dosen gue.
"Anjir, gue ditinggal lagi! Gue punya info penting ini!"
Gue berdecak, "Ya udah, apa? Gue buru-buru mau ketemu Pak Yunho!" balas gue sedikit kesal.
"Lo bilang waktu itu nyari lowongan kerja kan?" Gue ngangguk. "Nah pas! Tante gue ngasih info ke gue, katanya ada lowongan pekerjaan yang cocok buat lo."
"Apaan? Terakhir lo ngasih info ke gue ngaco ya! Lo bilang lowongan kerja, tapi buat cewek. Mana gue sudah percaya diri lagi apply lamarannya."
Taeyong tergelak sampai sedikit menunduk memegang perutnya. Kurang ajar manusia satu ini.
"Aduh, sorry banget. Gue gak detail bacanya. Gak, kali ini gue serius. Beneran!" Taeyong mengangkat dua jarinya tanda dia serius.
Gue menghela napas, "Ya udah, apa?"
Taeyong gak langsung ngasih tau gue apa lowongan pekerjaan yang dia dapat yang katanya dari Tantenya. Gue mulai curiga pas Taeyong malah nahan ketawa padahal gue sudah serius nungguin dia.
"Bentar, gue teliti lo dulu." Taeyong natap gue dari atas sampai bawah, menunjuk muka gue lalu mengangguk. Sumpah gue gak paham lagi sama tingkah Taeyong.
"Lo diputusin Seulgi jadi gila lo ya?"
"Sst! Jangan berisik!"
Gue memutar bola mata malas. Kenapa gue bisa bergaul sama yang sejenis Taeyong gini sih?
"Cepat, gue mau ketemu Pak—"
"Jadi guru SD mau gak lo?"
"Hah?!"
"Lumayan anjir. Lo kan pintar gitu, eh gak perlu juga sih. Apa ya? Oh, lo sabar, iya lo sabar. Cocok buat ngajar anak SD."
"Gue lulus kuliah aja belum, gimana ceritanya jadi guru?"
"Tenaga kerja harian bisa. Sekolahnya kekurangan guru. Tante gue awalnya nyuruh gue yang lamar kerja di sana, tapi lo tau sendiri gue gimana. Ajaran gue sesat, ya kali anak SD gue ajarin cara dapat cewek cantik dengan cepat?"
Gue berpikir sejenak. Iya sih, gue juga sempat dengar ada lowongan pekerjaan. Gue juga suka sama anak kecil, jadi bukan masalah kalau ngajar anak SD. Apalagi dunia perkuliahan gue belum terlalu berat, gue masih bisa bagi waktu.
"Besok deh gue coba." ucap gue sedikit ragu. Gimana pun juga gue perlu pertimbangkan keputusan gue ini. Taeyong mengangguk paham.
"Lo gak ngasih tau Naya kalau lo mau kerja paruh waktu gitu?" Gue mengernyit bingung mendengar pertanyaan Taeyong. Kenapa tiba-tiba bawa Naya?
"Gak. Kenapa?"
Taeyong menggaruk lehernya, kenapa dia malah jadi salah tingkah?
"Ya, Naya kan pacar lo. Siapa tau dia bisa kasih masukkan atau semangat ke lo. Lo gak lagi sendiri, kalau Naya merasa dia gak dianggap gimana?"
Gue menatap Taeyong lalu menghela napas. Benar juga katanya. Bukannya gue gak mau kasih tau, gue khawatir nanti malah Naya yang sibuk nyari-nyari info pekerjaan buat gue sedangkan dia saja lagi sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti magang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR || Doyoung
Fiksi Penggemar[Revisi setelah selesai] "Dek, cinta itu aneh. Ibarat intangible assets yang gak bisa diamortasi." "Maksudnya, Kak?" "Gak bisa disusutkan dan gak bisa berkurang karena kerugian." "Kak, Naya gak suka ya kalau mau baper tapi harus mikir dulu!" Highest...
