Hari ini kami dikumpulkan di lapangan. Gue udah panik duluan. Ya iyalah, gue takut ada razia dadakan. Padahal gue enggak bawa apa-apa sih, tapi ya gitu gue parnoan orangnya. Kami duduk berdasarkan jurusan. Gue duduk agak di belakang biar enggak ketemu kakel yang galak itu. Tapi jujur, sampai sekarang gue belum tahu nama kakak galak itu siapa. Pas gue nabrak dia lagi, dia enggak segalak pas MPLS. Gue jadi penasaran sama kakak galak itu.
Sambil nunggu jurusan lain ngumpul, gue ngobrol sama Lisa. Gue juga nanya-nanya ke Yeji, ketua kelas gue, ternyata kami dikumpulkan buat nonton ekskul yang sekalian mempromosikan ekskul mereka. Gue excited gitu, berharap ada ekskul dance. Tapi ternyata enggak ada.
"Lo mau masuk ekskul apa?" tanya Lisa ke gue.
"Gak tau. Gak ada yang gue suka. Garing semua ah."
"Lo mau ikut apa?"
"Enggak tahu juga. Dulu di SMP gue juga enggak ikut apa-apa."
"Eh tapi, bilangnya wajib ngambil ekskul tau! Tapi di jurusan kita cuma boleh satu doang!"
"Lah apaan! Aturan apaan coba? Ekskul kan buat ngembangin potensi, kalau enggak punya potensi kok dipaksa sih?"
"Oh, iya. Potensi kita kan makan dan rebahan." ucap gue.
Hampir satu jam kami nonton semua ekskul nampil. Masih belum ada yang gue suka. Gue cuma jadi penonton yang membosankan di sini.
"Lis! Lis!" panggil gue sambil narik-narik lengan Lisa.
"Apa?!"
"Itu! Kakak galak itu!"
"Siapa?"
"Itu!" Gue ngasih kode ke arah depan kelas dua belas akuntansi.
"Yang mana bego!"
"Iuu! Yang pake hoodie hitam! Di depan pintu, megang kursi. Lihat kan?" tanya gue ke Lisa.
"Iya iya liat! Iya ih, ganteng uwu!"
"Heh! Oppa gue itu! Awas aja ya!" ucap gue sinis ke Lisa.
"Halah, lo itu cocok sama yang di sebelahnya."
"Hah?! Ogah! Gak mau! First impressions aja gue enggak suka. Mending sama kakak galak itu. Walaupun baru kenal gue sudah dibentak."
"Tak kenal maka tak sayang. Tak kenal maka galak, udah kenal maka protective!"
"Halah bacot! Intinya gue penasaran sama kakak galak!"
"Emang dia mau?"
"Sakit loh Lis. Nusuk banget di realita gue. Sedih gue." ucap gue mendramatisir.
Lisa nepuk-nepuk pundak gue, "Sudah-sudah. Sadar diri aja, lo itu remahan kacang yang kena angin berhamburan."
"Gue pengen mukul lo, tapi mau ngakak juga anjir! Ah tau ah Lis, bingung mau beli truck!"
"Truck apaan anjir? Ah bodo ah, Nay!"
Gue sama Lisa balik nonton demo ekskul lagi. Ini penampilan terakhir dari marching band. Jadi ya gue gak bosan-bosan amat lah. Gue juga sambil sesekali ngelirik-lirik ke arah kakak galak itu. Gila ya, awalnya gua enggak suka banget sama dia karena galak, tapi sekarang gue malah penasaran sama dia.
"Eh?"
"Tayo."
"Gue serius anjir."
"Yaudah, apa?"
"Kenapa setelah hampir setahun ini baru ada pementasan ekskul?"
"Kalo yang gue dengar ini ya, katanya kurang peminat kalo cuma lewat omongan. Jadi dibuat gini."
![](https://img.wattpad.com/cover/180824122-288-k332908.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR || Doyoung
Fanfic[Revisi setelah selesai] "Dek, cinta itu aneh. Ibarat intangible assets yang gak bisa diamortasi." "Maksudnya, Kak?" "Gak bisa disusutkan dan gak bisa berkurang karena kerugian." "Kak, Naya gak suka ya kalau mau baper tapi harus mikir dulu!" Highest...