"Nay, gue mau ngomong sama lo." Tiba-tiba Lisa berubah jadi serius. Gue yang lagi asik makan keripik langsung berhenti. Somi dan Ahrin yang tadi main perbedaan gambar di handphone juga langsung berhenti.
"Hah? Apa?"
"Lo deket sama Hyunjin?"
Gue bingung ditanya begitu sama Lisa. Jujur gue juga bingung sama Hyunjin. Akhir-akhir ini dia sering ngechat gue sekedar nanya soal ataupun ngereply status gue. Dan gue selalu nanggapin sewajarnya. Kalau pun dibilang dekat, gue gak merasa begitu. Entah kalau di pengelihatan orang lain.
"Jeno cerita ke gue. Hyunjin sama lo tiba-tiba akrab."
"Ya kan gue juga akrab sama kalian kan?"
"Gini nih, udah gak pekaan lola pula." sahut Somi yang gue balas tatapan sinis.
"Gak lah!"
"Lo gak berpaling kan dari Kak Doy? Kalau iya gue pepet nih!"
"Memang lo ngajak tawur sama gue ya, Som! Itu Haechan aja noh ladenin!"
"Ih, ogah!"
"Gini loh, Nay. Lo inget kan kesan pertama lo ke Hyunjin itu gimana? Lo sendiri yang bilang ke gue kalau lo gak suka sama dia. Dia juga pernah gangguin lo pas jam olahraga waktu itu. Kalau lo bisa tiba-tiba luluh gini kan gue curiga." jelas Lisa ke gue panjang lebar.
"Gue gak ada maksud kok, Lis. Gue waktu itu gak sengaja mergokin dia nyebat di—"
"Nah kan! Udah gak bener!"
"Ish! Gue belum selesai cerita Ahrinmunah! Iya, dia nyebat di belakang kelas. Nah dari situ jiwa-jiwa peduli gue muncul dengan sendirinya. Lo tau sendiri gue suka tabu sama pergaulan yang di luar pergaulan gue. Nah, jadi gue berinisiatif buat bantu dia keluar dari zona yang dianggapnya nyaman itu."
Lisa, Somi dan Ahrin menghela napas setelah mendengar cerita gue.
"Gue gak ngerti kenapa lo bisa sepeduli itu setelah ngeliat dia nyebat. Terserah lo aja deh, lo yang mulai."
"Tapi kenapa sih? Gue kan penasaran!"
"Hyunjin itu suka sama lo, Naya! Jangan sampai lo yang gak maksud apa-apa ini malah dianggap memberi harapan buat dia."
"Iya, Nay. Kalau lo rasa udah kejauhan, tolong lo sadar ya. Kalau gak sadar, Kak Doyoung gue ambil."
"Oke, Som. Pulang lewat mana lo ntar?"
"Lah kenapa?"
"Mau gue suruh Haechan ikutin lo biar soswit!"
"Soswit kepala lo kotak!"
•••
Kalian tau apa yang buat ambyar siang-siang?
Liat Kak Doyoung yang mukanya cerah habis kena air wudhu.
Hari ini gue sholat di lab karena gue pengen ngerasain solat di sini yang kata teman gue adem. Gue penasaran jadi gue ikut aja. Dan akhirnya gue tau definisi adem menurut teman gue apa. AC dan imamnya. Gue sempat oleng liat Kak Doyoung yang gantengnya di luar kendali, tapi gue kembalikan niat gue di sini buat apa. Ya kali gue langsung hilang akal.
"Nay, Kak Doy tuh!"
"Iya, tau jodoh orang ganteng banget."
"Sabar ya, lo memang gak cocok sama cowok ganteng. Lo buluk soalnya."
"Baru aja lo ingat dosa, udah buat dosa lagi lo."
"Justru lebih berdosa kalau gue berbohong, Nay."
Oke, gue ngalah kalau masalah buluk-bulukan. Tapi ya, menurut gue, gue itu gak buluk amat. Gue masih diambang batas normal kok buat jadi perempuan umumnya. Gue juga sempat bingung, teman-teman gue ngomong gitu atas dasar apa? Fitnah atau fakta?
"Udah lah, ayo balik ke kelas. Ntar Bu Irene marah."
Gue melipat mukena lab terus nyimpan di rak di bawah meja. Lisa udah keluar lab duluan. Memang gak ada akhlak dia mah orangnya.
"E-eh?" kaget gue pas tiba-tiba disenggol dari samping.
"Eh? Sorry sorry. Duluan lah dek." Gue melirik ke samping dan ternyata dia itu Kak Jaehyun. Gue udah mau pingsan kalau itu Kak Doyoung, eh malah Kak Jaehyun sedangkan Kak Doyoung ada di belakang kami.
"Eh, iya kak. Permisi kak."
Coba aja gue senggolan sama Kak Doyoung, mana tau timbul benih-benih cinta di antara kami.
•••
"Nay, sini coba!"
"Apaan? Kalau gak penting gak bakal noleh gue."
"Iya beneran, penting ini!"
Gue menoleh ke arah Jeno yang dari tadi gangguin kelompok gue.
"Apa?"
"Gak."
"Lima detik gue yang berharga anjir!"
"Gak, bercanda gue. Itu, soal Hyunjin."
Gue mengernyit heran, "Kenapa?"
"Bukannya gue mau apa-apa nih ya. Tapi dia kayaknya suka sama lo deh."
"Hah? Enggaklah! Biasa aja kami. Gak gimana-gimana."
"Lo kan gak pernah dikejar sama cowok, Nay. Terakhir lo dekat sama Jaemin tapi gak jadian kan?"
"Oke, ngalah gue masalah ginian. Trus kenapa kalau Hyunjin suka sama gue?"
"Jadi gini. Sebelumnya lo harus tau kalau Hyunjin itu emang anak nakal. Maksud gue, nakal yang berarti bukan cuma ngerokok doang. Dia juga kadang minum sama temen-temen gue."
"Hah? Lo minum juga berarti? Gue laporin Lisa ini!"
"Ya kagak lah. Gue kan sehat jasmani dan rohani. Oke lanjut, Hyunjin itu bisa berubah Nay. Dan lo bisa ngerubah dia jadi lebih baik."
"Kok gue yang dibawa-bawa?"
Jenk berdecak sebal, "Lo ngerti gak sih kayak di novel-novel gitu? Kalau ada cowok badboy bakal berubah kalau ada satu cewek yang ngerubah dia?"
"Itu novel! Lo kira hidup semulus itu? Kalau iya mending gue dari dulu sama Jaemin!"
"Ya kan coba aja dulu. Membantu orang menjadi lebih baik itu bagus loh, Nay."
"Tapi kalau gue gak bisa?"
"Ya, setidaknya lo bertahan aja dulu sampai lo bener-bener gak bisa."
Gue menghela napas. Tadi pagi, Lisa ngelarang gue buat dekat sama Hyunjin dan sekarang pacarnya, Jeno, malah nyuruh gue untuk merubah Hyunjin jadi lebih baik.
Jadi gue harus apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR || Doyoung
Fiksi Penggemar[Revisi setelah selesai] "Dek, cinta itu aneh. Ibarat intangible assets yang gak bisa diamortasi." "Maksudnya, Kak?" "Gak bisa disusutkan dan gak bisa berkurang karena kerugian." "Kak, Naya gak suka ya kalau mau baper tapi harus mikir dulu!" Highest...