"Naya! Huhu!" Kelas baru mulai lima menit yang lalu bersamaan dengan datangnya Lisa. Gue gak ngerti kenapa manusia satu ini bisa datang ke sekolah sesantai itu. Padahal bisa dibilang, rumahnya cuma di sekitaran sekolah aja.
Dengan masih membawa tas jinjing we bare bear putih miliknya, Lisa berjalan gontai ke gue. Lebih tepatnya ke tempat duduknya karena kami adalah chairmate.
Gue melirik sekilas lalu kembali fokus ke handphone gue, "Apa lo? Masih pagi juga. Udah telat, teriak-teriak lagi."
"Bentar gue tarik napas dulu." Lisa duduk di sebelah gue sambil mengatur napasnya.
"Lo tau gak sih, Jeno!"
Gue mengangguk, "Iya, Jeno bucin lo."
Lisa berdecak, "Gak gitu loh! Dia dekat sama cewek lain, Nay! Anjir!"
Gue menghela napas, "Gue gak ngerti masalah orang pacaran. Tapi gue berusaha ngerti. Jadi kenapa?"
"Gue gak tau, tapi ya gitu!"
"Lagian lo pacaran sama orang yang umurnya di bawah lo. Ya jadinya gitu."
Jadi biar gue jelasin dikit tentang hubungan Jeno-Lisa. Lisa memang lebih tua beberapa bulan dari Jeno. Ya bisa dibilang kayaknya Jeno paling muda di kelas. Gue gak ngerti kenapa dia bisa jadi seangkatan sama gue dan Lisa. Tapi yang gue tau, teman-teman sepernongkiannya itu masih berada satu tingkat di bawah kami. Mungkin Jeno ikut kelas akselerasi? Gue juga gak paham.
"Emang umur bisa menentukan kedewasaan seseorang?" sahut Lisa tidak terima
"Tapi gak semua bisa jadi dewasa secepat yang lo bayangkan kan? Lagian lo, baru juga beberapa bulan kenal, udah mau aja lo diajak jadian."
"Ya habisnya Jeno ganteng. Gak paham lagi gue."
"Yaudah, gue gak bisa bantu apa-apa ntar malah berabe hubungan kalian. Jadi, mending lo break sementara buat balikkin mood lo, bentar lagi kita ujian loh Lis!"
Lisa mengangguk mendengar penuturan gue. Lalu menelungkupkan kepalanya di atas meja.
Gini amat kalau punya pacar ya?
•••
"Naya ayo buruan! Gue gak mau telat lagi ini!" Lisa udah lari duluan ke lab akuntansi sedangkan gue masih sibuk nyari flashdisk.
"Ga sabaran. Padahal baru juga bel masukkan." Setelah ketemu, gue langsung ikut rombongan kelas gue yang masuk ke lab. Gak bakal telat, karena guru kami ngasih kelonggaran waktu lima belas menit untuk masuk. Wajar aja sih, karena pasti masih ada yang lagi ngunyah di kantin. Ya iyalah, istirahat cuma lima belas menit, belum jalan ke kanti ditambah ngantri. Dikira flash.
"Loh, Naya baru keliatan." tegur Pak Siwon saat gue baru masuk.
"Hehe iya, Pak. Saya di kelas terus." Bukan karena ambis belajar, gue rada mager buat keluar kelas. Paling keluar pas ke kantin, itu pun sebentar.
"Memang gak salah. Yaudah belajar yang bener." Gue mengangguk lalu berjalan menuju kursi gue.
Pak Siwon itu guru ekonomi bisnis sekaligus etika profesi. Dia guru yang paling friendly di antara guru lain, tapi bukan maksud gue guru yang lain itu killer. Tapi ya gitu lah.
"Cepet amat lo, sok rajin." ucap gue ke Lisa.
"Ya iyalah. Gue tuh mau belajar. Biar pinter, ga bodoh lagi karena cinta."
"A en je a ye. Anjay."
Gue kembali fokus ke layar komputer di depan gue, setelah masuk ke server gue mulai lanjutin tugas minggu lalu.
"Nay, Nay!" panggil Ahra yang ada di depan gue.
"Hmm." Gue berdeham membalas.
"Liat ke pintu cepetan! Woy cepet?" Mau gak mau gue noleh ke arah pintu.
Dan ya, sesuai tebakan. Itu Kak Doyoung. Dan Kak? Kayaknya gue pernah liat. Ah iya! Kakel osis yang galaknya minta ampun sama kakel yang gak sengaja gue tabrak di tangga.
"Lah anjir, mati." umpat gue pas mereka masuk. Gue kembali tunduk berusaha fokus ke tugas.
"Eh, Nay! Kak Doy tuh! Siaga satu siaga satu!" Kali ini Somi yang sedikit berteriak. Gak paham lagi gue kok bisa punya teman modelan kayak mereka.
"Aduh, Nay! Kak Doy deket tuh! Tatap terus, Nay!" Rasanya gue mau nampol mulut mereka.
"Naya! Bantuin gue dong, gak muncul nih transaksi sepuluh!" Gue berdiri dan mendekati meja Lia dan berusaha menghiraukan gerombolan kakak kelas. Padahal dalam hati udah mengucap.
"Apa yang mana?" Lia nunjuk soal dan masalahnya.
"Bentar ya."
"Loh, Nay! Kok kalem, biasa juga rusuh!" Terima kasih kepada Somi yang terus mojokkin gue. Gue udah mulai keringat dingin sekarang.
"Au, Nay! Kenapa nih, Nay?"
"Oalah, yang mana nih, Nay?"
"Ekhem, Naya!"
Terima kasih kepada teman-teman kelas gue yang malah ikut-ikutan. Gue melirik ke arah Kak Doyoung. Dia keliatan acuh gitu, tapi tatapan temen-temennya nusuk mengintimidasi gue.
Gue pasrah aja kalau gini, siapa aja gue kalau Kak Doyoung ilfeel atau temen-temennya labrak gue karena berani suka sama Kak Doyoung. Pasrah gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR || Doyoung
Hayran Kurgu[Revisi setelah selesai] "Dek, cinta itu aneh. Ibarat intangible assets yang gak bisa diamortasi." "Maksudnya, Kak?" "Gak bisa disusutkan dan gak bisa berkurang karena kerugian." "Kak, Naya gak suka ya kalau mau baper tapi harus mikir dulu!" Highest...