"Lo gak bisa apa gertak dia lebih keras, Nay? Jujur gue yang emosi dengarnya tau gak!" Lisa menggebrak meja kantin membuat seluruh perhatian yang ada di kantin menuju ke arah kami. Gue memejamkan mata sambil menghela napas. Malu. Gue meringis lalu menjitak kepala Lisa. Lisa tersentak dan menatap gue tajam sambil mengusap kepalanya.
"Ya lo kira gue bakal tau kalau Hyunjin senekat itu ke gue? Walaupun ya cuma bentak gue, tapi—"
"Cuma lo bilang? Heh, gini ya, gue jelasin. Dia kalau sudah mulai ngelakuin hal kasar ke lo bisa jadi tingkat kasarnya dia bakal nambah. Well, Jeno bilang sih kalau dia mulai ada perubahan. Ya bisa lo liat sendiri semenjak dia dekat sama lo, dia jadi rajin dan auranya lumayan baik lah."
Gue mengangguk mengiyakan ucapan Lisa.
"Tapi, sifat baiknya lo dia salah artikan! Gue tau lo gak maksud buat ngebaperin atau ngephpin dia. Tapi pikiran orang siapa yang tau? Dia malah obsesi sama lo!"
"Ya terus gue gimana? Gue mau lapor bk juga percuma karena cuma sepele gini. Gue mau nyuruh dia jauh juga kita sekelas. Serba salah gue kayak Raisa."
Lisa menyeruput es coklatnya sebelum kembali mengomeli gue. Lisa awalnya marah karena gue yang baru ngasih tau dia tentang Hyunjin yang ngelakuin hal sama seperti waktu itu. Tapi kali ini beda, Hyunjin lebih nekat. Dia sampai bawa dua temannya, Bangchan dan Changbin, buat nyamperin gue yang posisi saat itu sedang piket. Gue heran kenapa gue selalu berurusan sama dia waktu gue piket.
Jujur di saat itu gue panik. Gue sudah mikir yang bukan-bukan karena cuma gue cewek yang piket di sana. Ryujin dan Somi sedang mengantar buku ke perpustakaan sedangkan Haechan dan Renjun membuang sampah di pembuangan akhir sekolah. Hyunjin masih mempermasalahkan gue yang semakin menghindar sama dia. Gue gak mau balas apapun karena situasinya yang gak tepat. Untung sebelum Hyunjin semakin nekat, Ryujin dan Somi kembali dan mengusir Hyunjin. Sebenarnya satu kelas, tidak, satu angkatan tau tabit Hyunjin. Dia sudah terkenal karena sering keluar-masuk BK. Tapi gue bodoh karena gue mikir gue bisa ngerubah dia menjadi lebih baik.
"Pusing gue, Nay. Udah bentar lagi ujian, Hyunjin ngelunjak, Jeno minta break. Ini kenapa sial banget sih gue?" ucap Lisa sambil memijat pelipisnya.
"Itu sebenarnya gue gak mau cerita sama lo, nanti lo kepikiran. Tapi gue juga butuh teman cerita buat bantu nyari solusi."
"Lo beraniin diri lo aja. Gue selalu ada sama lo. Teman kelas kita juga udah tau semua gimana Hyunjin. Selagi lo gak mancing dia lagi, lo aman." Gue mengangguk mendengar ucapan Lisa.
"Untuk lo sama Jeno. Gue gak mau tanya dulu, pasti lo lagi gak mood bahasnya."
"Aw, gue cingtah lo tiga ribu gak pake kembalian, Nay!"
•••
"Lo pulang?" tanya Lisa ketika melihat gue yang masih duduk di kursi tanpa berniat untuk pulang.
"Gak ah, males gue. Lagian minggu depan kita ujian semester. Gue males pulang, keinget belajar jadinya."
"Oke! HTYT ayo kita hari ini gak usah pulang! Yuhu!" teriak Lisa merujuk ke Ahra, Rena, Lami, Sihyun, dan Somi.
"Gak ada makanan gue gak ikut." sahut Somi sambil beranjak keluar kelas.
Gue memutar bola mata malas, "Gue tangkis," Mendengar ucapan gue mereka langsung bersorak dan kembali masuk ke dalam kelas.
"tapi kalian ganti. Pake uang kas soalnya. Bangkrut gue nangkis enam orang. Lo kira gue Chenle."
"Naya sialan!"
![](https://img.wattpad.com/cover/180824122-288-k332908.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR || Doyoung
Fanfiction[Revisi setelah selesai] "Dek, cinta itu aneh. Ibarat intangible assets yang gak bisa diamortasi." "Maksudnya, Kak?" "Gak bisa disusutkan dan gak bisa berkurang karena kerugian." "Kak, Naya gak suka ya kalau mau baper tapi harus mikir dulu!" Highest...