Pulang ke rumah gue langsung lari ke kamar dan berhenti di depan cermin. Gue menepuk-nepuk pipi gue beberapa kali berharap gue sadar dan bangun dari semua kegilaan ini.
"Apalagi pilihan Kakak ke orang yang Kakak suka, bilangnya? Siapa sih siapa?" Gue semakin frustasi karena ucapan Kak Doyoung di supermarket tadi masih berputar dan terekam jelas di benak gue.
"Kak, jangan buat baper dong!"
•••
"DUYUNG!" Doyeon ngelempar bantal sofa ke gue. Lebih tepatnya wajah gue.
"Apasih, Yeon?" balas gue sedikit ketus.
Doyeon memejamkan matanya menahan emosi, "Memang lo gak ada akhlak ya jadi adek? Lo tinggalin gue gitu aja di sekolah woy! Dan sekarang lo malah ketusin gue balik? Memang patut dihajar lo ya!" Doyeon udah ancang-ancang buat mukulin gue. Walaupun dia kecil kurus, tapi kalau soal mukul-memukul dia yang menang.
"Kak! Udah woy, iya salah gue," ucap gue untuk menghentikan aksi brutalnya.
Doyeon masih berkacak pinggang, "Es krim semangka dulu baru deal!"
"Iya iya, deal! Besok tapi ya." balas gue sambil menyengir.
"KELUAR LO SEKARANG IKAN JADI-JADIAN!"
Alhasil di sini lah gue, supermarket. Mau tidak mau gue ke sini karena teriakan super sialan Doyeon itu. Daripada telinga gue rusak, mending gue rela beli es krim.
Karena gue jarang beli di supermarket ini, gue agak kesusahan buat nyari tempat es krim. Awalnya gue gak mau beli di sini, karena menurut gue es krim semangka Iece yang paling juara. Tapi lagi-lagi karena Doyeon, yang seenak jidat minta
"Mbak, tempat es krim di mana ya?" Gue bertanya ke salah satu spg di sini dan dengan baiknya dia malah ngantarin gue ke tempatnya.
"Itu, Mas."
"Oh, iya. Makasih."
Gue berjalan ke arah pendingin es krim. Mata gue tidak lepas dari berbagai jenis es krim di sini.
"Mangga enak kali,"
Gue menoleh ke arah suara yang gue rasa gue kenal.
"Ii! Ada semangka juga. Yang mana? Kalau beli dua kan bangkrut nih."
Ah, Naya ternyata. Gue pun memilih untuk berjalan mendekatinya dan memilih berdiri di belakangnya. Gue masih merhatiin apa yang jadi fokus utamanya dari tadi.
"Semangka aja." ucap gue.
"Eh astaga!" Naya mundur beberapa langkah.
"Kak Doyoung ngagetin sumpah!" sambungnya kesal.
Gue tersenyum menanggapi, "Kayak liat setan aja, Dek."
Naya mengerucutkan bibirnya. Lucu, satu kata yang cocok untuknya. Entah kenapa di mata gue kali ini dia lebih cantik. Beda dari biasanya di sekolah.
"Bukan gitu, Kak. Habisnya tiba-tiba ngomong semangka, kan kaget."
Gue tertawa kecil, "Semangka aja, Nay. Jujur itu rasanya anti mainstream."
"Apa yang beda sama mangga?" tanyanya bingung.
Gue mengambil dua es krim semangka dari pendingin. Satu gue masukkan dalam keranjangnya dan satunya gue ambil.
"Bedanya kalau mangga itu sedikit asam. Kalau semangka itu manis," ucap gue lalu tersenyum menatap Naya yang masih kebingungan.
"Apalagi itu es krim pilihan Kakak ke orang yang Kakak suka." lanjut gue lalu berjalan meninggalkan Naya yang semakin bingung dengan ucapan gue barusan. Kalau ditanya, gue juga bingung kenapa bisa ngomong gitu. Masa sih gue udah mulai tertarik sama Naya?
Eh, Doyoung? Kenapa lo agresif gini sih?
•••
"Lama banget lo, Doy!"
"Udah dibeliin, bukannya bersyukur malah ngedumel. Nih!" gue ngelempar es krim semangka pesanannya dan untungnya berhasil dia tangkap.
"Gak gratis."
Doyeon yang baru saja mau memasukkan es krim itu ke mulutnya langsung menoleh ke gue sambil melongo tidak percaya.
"Dasar lo! Gak ikhlas amat sama kakak sendiri juga!"
"Karena lo kakak gue makanya gak gratis, Yeon."
"Terserah! Berapa juga sih? Kalau tau gini mending gue beli sendiri!"
"Kasih gue info tentang Naya. Kelas berapa, umurnya, sosmednya, atau kalau perlu alamatnya." ucap gue yakin.
Doyeon semakin melongo tidak percaya dengan ucapan gue barusan. Gue heran kenapa sih perempuan agak lamban dalam mencerna hal begini?
"Gimana?" ulang gue.
"MAMA! DOYOUNG UDAH GEDE!"
•••
Hey gais!! Ueu 6k!! Seneng bàngett sksksk. Speechless tauuu, berkat kalian semuaa!! Makasih banyak readers-nim! 🌈😭
Oiya, lapak sebelah juga ramein dong TT Jaemin loh, lebih uwu :))
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR || Doyoung
Fanfic[Revisi setelah selesai] "Dek, cinta itu aneh. Ibarat intangible assets yang gak bisa diamortasi." "Maksudnya, Kak?" "Gak bisa disusutkan dan gak bisa berkurang karena kerugian." "Kak, Naya gak suka ya kalau mau baper tapi harus mikir dulu!" Highest...