"Layar dipantau mulu kayak satpam yang lagi jagain cctv aja lo! Kangen bilang, jangan cuma berharap tiba-tiba di chat habis lo tatap gitu. Lo kira Kak Doy segabut apa?"
Gue menatap sini Lisa yang duduk di sebelah gue. Baru sehari kami bertemu lagi setelah hampir sebulan kami libur di sekolah, tapi rasanya gue mau lempar dia ke hutan belakang sekolah.
"Gue heran. Ada gitu pacaran kayak kalian berdua? Pacaran gak sih kalian? Atau lo halunya melewati batas? Pusing gue."
"Ya pacaran lah! Nyata kok! Kak Doy yang nembak gue pas prom night. Siapa suruh lo ngumpet di toilet!"
Lisa menoyor kepala gue, "Sialan! Gue kebelet tau! Gue banyak minum, jadinya gak tahan."
Gue menatap Lisa sambil menyeringai, "Kebelet atau ngehindar dari Jeno?"
Lisa mengambil ancang-ancang hendak melempar gue dengan kalkulator birunya. Namun gue lebih cepat berlari keluar kelas meninggalkan Lisa yang mengumpat dari dalam kelas.
Baru saja sampai di ujung koridor tiba-tiba Bu Yoona datang dari arah berlawanan sambil membawa sesuatu di dalam plastik hitam.
"Naya, tolong panggilkan yang laki-lakinya ya. Tolong bantu Ibu bawa ini. Baju produktif kalian sudah sampai." perintah Bu Yoona ke gue yang langsung gue laksanakan. Gue kembali berlari menuju kelas. Berdiri di tengah pintu lalu memanggil siapa pun teman cowok yang gue lihat di hadapan gue.
"Jeno, Felix, Renjun! Dipanggil Bu Yoona! Di depan lab komputer dua ya! Sekarang, jangan nanti-nanti!"
Jeno dan Renjun yang tadi sedang bermain game langsung mendengus kesal ketika gue panggil namanya. Sedangkan Felix langsung terduduk kaget karena teriakan gue.
"Kalah lagi ini. Kenapa sih?" Renjun ngomel gak terima tapi tetap berjalan keluar kelas menuju depan lab komputer.
"Ada apa, Nay?"
"Baju produktif sudah datang woy!"
Sontak seluruh anggota kelas menjadi ricuh. Bagaimana gak, baju produktif yang kami nantikan hampir setahun akhirnya sampai juga. Selama ini kami hanya bisa melihat dan mengkhayal bagaimana rasanya memakai jas produktif berwarna biru dongker, warna ciri khas jurusan akuntasi, yang biasa dipakai kakak kelas. Bagaimana rasanya menggunakan pakaian formal, sepatu heels, memakai make up dan membawa file-file mata pelajaran produktif seharian. Merasa menjadi orang tersibuk di sekolah. Pasti keren. Dan akhirnya penantian kami berakhir, jas yang kami nantikan sudah bisa kami pakai di hari yang akan kami tentukan nantinya.
"Ambilnya berdasarkan absen ya. Lihat juga ukurannya. Tolong Ryujin sama Ahra bantu memanggil temannya supaya berurut."
"Siap, Bu!"
Ryujin memanggil nama kami satu-satu dan Ahra membagikan jas yang masih terbungkus plastik putih itu ke orang yang dipanggil. Untuk perempuan ditambah rok hitam sedangkan laki-laki hanya jas saja. Heran, padahal harga untuk keduanya kurang lebih saja. Bahkan untuk laki-laki harganya lebih mahal lima puluh ribu.
"Bagaimana? Pas semua? Ayo, kalian diskusikan mau pakai di hari apa?"
"Rabu aja bu!"
"Senin!"
"Ih, jangan Senin! Ya kali kita bawa dua set baju? Putih abu-abu sama baju produktif? Gak mau ah!" sahut Somi gak terima.
"Rabu aja, Bu. Soalnya di hari itu kami hampir seharian mata pelajaran produktif, cuma nyempil pelajaran PPKN aja, Bu." ucap Lami memberi masukkan kepada Bu Yoona.
"Mata pelajaran pagi sama siang apa?" tanya Bu Yoona.
"Kalau pagi Praktikum Akuntasi kalau siang Komputer Akuntansi, Bu." jawab gue setelah berusahan mengingat mata pelajaran di hari Rabu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR || Doyoung
Fanfiction[Revisi setelah selesai] "Dek, cinta itu aneh. Ibarat intangible assets yang gak bisa diamortasi." "Maksudnya, Kak?" "Gak bisa disusutkan dan gak bisa berkurang karena kerugian." "Kak, Naya gak suka ya kalau mau baper tapi harus mikir dulu!" Highest...