안녕 하세요 여로분 🤗
Maaf, baru update 😿
.
.
🌆At 19.32 WIB
HAPPY READING!
.
.
.
♠️♠️♠️♠️♠️Jungkook menutup pelan pintu kamarnya, dimana Lalice berada disana.
Lelaki itu menunduk dalam. Menghembuskan nafas panjang lalu berjalan ke ruang tengah. Mendudukkan diri di sofa empuk itu dan menyalakan televisi.
Tak ada game maupun acara yang benar-benar ia tonton.
Dia disana agar tak kembali berulah. Sedikit menjaga jarak dari Lalice-nya. Seperti kata Jennie, mungkin dirinya harus berhenti.
Ya, Jennie.
Mereka sempat berbincang sebelum teman karib Lalisa itu pulang.
"Maaf, harus mengatakan ini. Tapi kau tak tahu besarnya harapan Lisa bisa benar-benar hidup normal."
"Setidaknya, jangan terlalu sering memperlakukannya begitu."
"Kau mungkin saja menyakitinya, "
"Dan dia mungkin saja merasa tidak nyaman."
"Kau tidak lihat bagaimana pengorbanannya untukmu?"
"Setidaknya bersikaplah sebagaimana harusnya. Kau adiknya, Jungkook. Dan Lisa sangat menyayangimu."
Sebenarnya, ini jauh dari kepribadian Jungkook sebelumnya. Dimana lelaki itu tak harus menghiraukan segala ucapan yang mengatakan sikapnya pada Lisa, apalagi menyuruhnya berhenti.
Kenapa mereka meminta hal itu darinya? Meminta untuk berhenti memperlakukan Lisa seperti kekasihnya. Dengan alasan, Lisa ingin hidup dengan wajar. Mengingat status mereka saudara.
Tapi, tidakkah mereka tau bahwa Jungkook dan Lisa bahkan bukan saudara kandung? Apakah mereka tau sebesar apa rasa sayang yang Jungkook miliki untuk Lisa-nya?
Dia pernah hancur. Hampir sepenuhnya hancur kalau saja harapan itu tak datang.
Harapan tentang kehidupan yang indah di masa depan. Tentang hidup yang tak lagi dibayang-bayangi oleh rasa takut kehilangan.
Dirinya sudah terikat pada Lalice. Dan kesalahannya bertambah dengan betapa besar ketergantungan lelaki itu pada kakaknya sendiri.
"Aku tidak tahu harus bagaimana, Lisa." ia mulai menggumam dalam kesendirian itu.
"Yang aku tahu aku begitu mencintaimu."
Benarkah? Itu cinta?
"Ah, entahlah. Aku bahkan belum pernah melakukan perjuangan apapun untuk rasa itu. Yang ku lakukan hanya membuatmu menuruti semua mau ku." Jungkook tersenyum getir. Merasa miris dengan hidupnya sendiri.
Jujur saja dia ingin tahu, bagaimana perasaan Lalice untuknya. Tidak mungkin hanya 'biasa saja' kan? Setahu dirinya, seorang perempuan mudah terbawa perasaan. Apa sikap Jungkook belum mampu membawa gadis itu pada perasaan yang dimilikinya?
Yang benar saja! Jelas-jelas Jennie bilang jika Lisa tidak nyaman. Memang Jennie menambahkan kata 'mungkin' namun bisa saja itulah kenyataanya 'kan?
Ia ingin tahu apa yang dirasakan Lalice untuknya. Benarkah hanya sebatas saudara? Ya ampun! Atau justru karena rasa kasihan?
Ah, tidak. Tidak
Lalice tidak setega itu. Mengasihani Jungkook? Hhh, gadis itu bahkan pernah membahayakan nyawanya sendiri demi Jungkook, dahulu.
Rela menyusul lelaki itu yang terserang sakit pada saat kemah tahunan SMU ke bukit, sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lalice Jeon [END]
Fanfiction"Tak perlu ingatkan aku akan sikapnya. Tak perlu beritahu aku bahwa ini salah. Bahwa ini tak wajar. Aku tau namun aku tak mau memahaminya. Cukup, aku hanya perlu menjalaninya. Menjalani seolah semua itu normal? Ya, aku hanya ingin hidup normal. " ~L...