♥️ dua puluh lima

2.5K 227 12
                                    

Aku khilaf gaess :v

Nyatanya, wp itu my digital fav-place 🙄

Padahal bsok baru mulai UTS 😴

MTK & PKn hari pertama, (mantep gak tuh)

--serah mbakk, bomat. --okok.

Lanjut....

🌆At 20.33
Selamat membaca..
.
.

♠️♠️♠️♠️

DORR!!

Suara itu bukan hanya mengejutkan korban, namun juga Jungkook dan Seulgi. Gadis itu menutup bibirnya yang terbuka dengan telapak tangan. Terkejut. Lebih terkejut saat melihat pelaku penembakan itu.

Yang jujur, di sudut terkecil hatinya si pelaku pun terkejut.

Tak banyak bicara lagi, Jungkook menghampiri gadis yang mematung di ambang pintu itu dengan pistol di tangan.

Jungkook merebut pistol itu lalu melemparnya ke sembarang arah. Dia meraih bahu gadis itu dan membawanya ke pelukan.

Mampu Jungkook rasakan tubuh gadis dalam dekapannya itu bergetar. Nafasnya pun tidak beraturan.

Jungkook masih mempertimbangkan apakah ia akan bertanya atau diam dan menunggu gadis itu menceritakannya sendiri. Tapi,

"Lisa apa yang kau lakukan?"

Tangannya masih sangat gemetaran, namun sorot matanya menggelap dan sarat akan luka.

"Melenyapkannya, tentu saja." kalimat itu terlontar dengan yakin meskipun dalam hatinya ia sangat gemetar.

Ah, Jungkook tak bisa berpikir dengan baik sekarang.

Lisa melenyapkannya? Untuk apa?

Apa tujuannya?

"Hantaman peluru itu tak seberapa dengan luka ku." gumam gadis itu lagi.

Jungkook membasahi bibirnya dengan lidah, merasa bimbang bagaimana mengambil tindakan.

Apakah ia akan membiarkan Yoongi terkapar dan meregang nyawa disana? Atau, memanggil ambulance untuk menyelamatkan kakak yang tak pernah menganggapnya?

"Jungkook, " Seulgi memanggil Jungkook dengan lirih.

"Dia--"

Suara sirine terdengar mendekat, membuat Seulgi menghentikan ucapannya. Tenang, itu bukan polisi. Tetapi mobil putih dengan beberapa petugas rumah sakit keluar dari dalamnya. Membawa bankar dan bergegas masuk ke rumah itu.

Lisa mendorong Jungkook agar mereka tak menghalangi pintu. Alis Jungkook menukik heran. Lalu kesimpulan ia dapat.

Lalice lah yang menelpon mereka.

***

Selesai dengan makanan berat, kini tinggal minuman dan dessert yang tersisa di meja.

Menemani dan menyamankan ketiga gadis itu untuk bercengkerama lebih lama. Mereka membicarakan banyak hal, termasuk..

"Bagaimana hubunganmu dengan Jimin?"

"Ya, baik."

Lalice Jeon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang