♥️ dua puluh delapan

2.7K 216 0
                                    

Pengumuman : Aku ada book (ff)  baru. Akan aku publish setelah ini, mari check setelah ini.

Jangan lupa kasih pendapat kamu! 🤗

🌃At 20.22 WIB
Silahkan lanjut...

.
.
.
♠️♠️♠️♠️♠️

Jennie kini terdiam menatap Suga yang balas menatapnya.

Sudah sepuluh menit berlalu sejak Lisa meninggalkan ruangan itu. Pergi setelah berhasil membuat dirinya merasa sesak tak tertahan.

Jennie menghela nafas pelan. Dia duduk di samping ranjang Suga dan meraih tangan pucat itu untuk di genggam.

"Oppa,"

Gadis itu menunduk. Helaan nafasnya kembali terdengar. Disusul dengan suara Suga yang menginterupsi.

"Pergilah, Jenn."

Jennie tertegun. Lalu menggeleng kuat, tak setuju dengan permintaan lelaki itu.

"Benar yang di ucapkannya. Aku tak pantas,"

"Tidak oppa, aku mencintaimu."

"Jangan cintai aku. --"

Jennie merasa dadanya semakin sesak. Dia merasa oksigen menipis hingga sulit baginya untuk bernafas dengan normal.

Mengingat kenyataan baru yang di ketahui bahwa Lisa adalah sosok Lily seorang Jeon Yoongi. Muncul sedikit rasa iri dengan gadis yang merupakan sahabatnya itu. Apalagi fakta yang sangat menyakitinya, bahwa Suga sangat-sangat mencintai gadis itu.

Airmatanya mengalir. Ia melihat luka tembak itu di dada kiri Suga.

"Aku tidak akan meninggalkan oppa sendiri. Mari pergi, aku akan membawamu untuk pemulihan di tempat yang jauh dari sini." yakin Jennie.

Gadis itu segera mengambil ponsel dan melakukan panggilan. "Ku mohon jangan menolak. Ijinkan aku membuktikan cintaku, oppa."

Suga menatap manik Jennie, dalam. Ia sudah salah karena menyakiti Jennie. Menggunakan gadis itu untuk mengulik informasi tentang Lily-nya.

Baiklah, sebagai bentuk maaf maka Suga akan mengabulkannya. "Baiklah."

Senyum Jennie terkembang meskipun airmata masih tak berhenti mengaliri pipinya. Gadis itu segera melakukan perbincangan melalui telepon saat itu tersambung. Memesan mobil untuk pergi ke bandara, dengan mendadak.

Gadis itu selesai dengan panggilannya. Hendak dimasukannya benda pipih tersebut ke dalam tas sebelum notif masuk dan membuatnya kembali menatap layar ponsel itu.

- kau tak ijinkan aku memilikimu, maka jangan salahkan aku yang menarikmu paksa ikut bersamaku.

Tak ada yang boleh memilikimu.

Disaat aku pun tak bisa.-

Tiga pesan beruntun itu sukses membuat Jennie gemetar. Ia buru-buru menyuruh Suga bersiap.

"Ayo, oppa. Kita harus cepat!"

*****

Duduk di taman rumah sakit sendirian. Menunggu seseorang datang untuk menjemputnya. Tak ada kegiatan lain selain memandang ikan koi yang berenang didalam kolam ikan yang ada disana. Menuntun Lisa untuk kembali pada lamunannya. Bukan tentang apa yang gadis itu lakukan sepuluh menit lalu--karena ia tak mau pusing memikirkan hal yang membuat hatinya panas itu. Melainkan tentang pengakuannya sebelum datang ke rumah sakit.

Lalice Jeon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang