♥️ epilog (?)

3.6K 225 7
                                    

Pertama-tama, thank you guys! For 5k viewers 😊 Aku seneng banget, aseli!! Kalian the best! 💛

Tengkyu tengkyu tengkyuuu banget 💗💗💗

Dan sbg tanda terima kasih, aku up part ini. Semoga suka yaa. Maaf nih, kalo agak gaje. Soalnya bikinnya dadakan hehe..

So happy reading! ♥️

️⭐️⭐️⭐️



Debur ombak di ujung hari menjadi pemandangan yang menenangkan. Angin bertiup kencang namun tetap tenang. Cuacanya memang dingin, hingga pakaian berlapis pun masih tak cukup untuk menghangatkan tubuh. Maka dari itu, demi mendapatkan rasa hangat yang sesungguhnya, lelaki itu menarik gadis yang tengah memejamkan mata menikmati suasana, ke dalam pelukan. Membuatnya tersentak walau hanya sekejap. Karena detik berikutnya, si gadis melakukan hal yang sama. Memeluknya.

Erat.

“Nah, begini 'kan hangat.” ucap si namja.

Sedangkan gadis itu hanya diam, menikmati pelukan hangat itu sembari melihat matahari terbenam perlahan.

Oppa,”

Heum?”

“Peluklah lebih erat,” pinta gadis yang baru saja mengusakkan wajahnya pada dada si namja. Mengalihkan atensinya dari matahari karena dinginnya cuaca benar-benar tak bisa membuatnya bertahan menatap benda bulat besar itu lebih lama.

“Baiklah,” dan tentu saja, lelaki itu mengabulkannya. Memeluk sang gadis lebih erat, bahkan mengusap punggungnya naik turun. Benar-benar menyamankannya.

Sampai keduanya berganti posisi, mereka masih memeluk.

Keduanya duduk diatas pasir pantai, dengan sang gadis yang duduk di depan si lelaki. Ia memeluk sang gadis dari belakang, sedangkan yang dipeluk bersandar padanya dengan nyaman.

Oppa, kau menyayangiku?” tiba-tiba si gadis menanyakannya.

Dan lelaki itu menjawab tanpa menunggu detik berganti. “Tentu saja.”

Jawaban yang sukses membuat si gadis mengembangkan senyumnya, lebar.

“Aku juga. Aku saaaaangat menyayangimu.”

Chup!

Gadis itu mendongak untuk mencium pipinya. Lalu detik berikutnya gantian si lelaki yang memberi gigitan kecil pada pipi sang gadis.

Yak! Kurangi intensitas kegiatan seperti itu.” teriakan dibelakang mereka membuat keduanya menoleh.

Mampu dilihatnya dua orang berbeda gender yang saling merangkul itu datang mendekat.

“Ah, appa, eomma.”

“Jangan terlalu sering begitu.” peringat si lelaki yang lebih tua dari si namja tadi.

“Apa?”

“Ciuman.” kali ini wanitanya yang menyahut.

“Apa salah mencium adikku sendiri?” pertanyaan itu terlontar dari bibir si bocah lelaki.

“Kami hanya mengekspresikan kasih sayang kami.” lanjut si gadis.

“Lagipula kami kakak beradik.”

Lalice Jeon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang