“Chagi-ya, suapi aku popcorn.”
-
“Chagi, jangan jauh-jauh. Aku 'kan mau pegangan.”
-
“Menurutmu, bagaimana film ini. Chagi?”
-
“Chagi, setelah ini kita ke tempat bowling ya?”
-
“Chagi.. Chagi.. Chagi.. Chagi.. ”
Hanya kata itu yang terngiang dalam kepala seorang namja berpakaian kaus putih oversize dan celana jeans hitam. Uh, pakaian yang simple tapi membuat siapapun tak bisa melepas pandang darinya.
Jeon Yeonjun.
Namja yang masih baru berkencan dengan gadis dambaanya beberapa waktu lalu. Mereka sudah menjadi pasangan kekasih. Tetapi, kenapa sekarang ia justru merasa kikuk saat kekasihnya memanggilnya 'chagi'? Itu karena—
“Sialan.” Yeonjun mengumpat pelan. Namun terdengar samar-samar oleh Chaeyoung, kekasihnya.
“Kau mengatakan sesuatu, chagi?”
“Uh? Aniyo.” Yeonjun mengelak.
Mereka kembali fokus pada film. Tapi batin lelaki itu masih mengumpatkan kata yang sama.
Sialan. Sialan. Sialan.
Itu yang berputar dalam otaknya. Kenapa dia mengumpat, euh?
“Jantungku berdebar terlalu kencang. Bagaimana jika Chaeng dengar? Ah, aku malu sekali.” ah, rupanya itu.
Film berdurasi dua jam empat puluh lima menit itu serasa seharian. Waktu berlalu begitu lambat, membiarkan detak jantung Yeonjun menyiksanya lebih lama.
Uh, ini sensasi baru!
Tak pernah ia merasakan jantungnya berdebar sehebat ini. Apakah karena ia mendapatkan gadis yang selama satu tahun di incarnya? Yang tak pernah melihatnya sebelumnya dan membuat Yeonjun merasa sesak setiap kali Chaeyoung bersama kekasihnya dulu.
Akhirnya, ruangan yang semula gelap kini kembali terang saat film selesai. Ia bernafas lega dan langsung pamit untuk pergi ke toilet untuk sedikit menormalkan detak jantungnya.
Yeonjun kembali lima menit kemudian.
Ia dan Chaeyoung melanjutkan kencan mereka ke salah satu mall. Langkah mereka berakhir di sebuah kafe disana.
Setelah nonton, makan. Cocok sekali!
“Ayo kesana!” tunjuk Chaeyoung pada salah satu kafe.
Barusaja Yeonjun mengangguk, menyetujuinya. Namun ponsel yeoja disampingnya membuat langkah mereka tertunda.
Chaeyoung mengecek ponsel, ada pesan dari Rosé, ibunya.
“Eomma meminta kita untuk menyusulnya ke restoran Tuan Seokjin.”
Yeonjun terkejut. Netranya membola karena itu. Hey, dia belum siap bertemu dengan orang tua Chaeng.
“Bertemu orang tuamu?”
Chaeng mengangguk. Lalu tanpa menunggu Yeonjun untuk mengatakan apa-apa lagi, gadis itu menariknya pergi.
.
.Di restoran Kim Seokjin,
Seperti biasa, keadaan tempat itu ramai. Pelayan hilir mudik, melayani pelanggan. Tak ada kata 'menganggur'. Dan keadaan yang semacam itu membuat dua sejoli yang baru saja datang, kesusahan mencari meja Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lalice Jeon [END]
Fanfiction"Tak perlu ingatkan aku akan sikapnya. Tak perlu beritahu aku bahwa ini salah. Bahwa ini tak wajar. Aku tau namun aku tak mau memahaminya. Cukup, aku hanya perlu menjalaninya. Menjalani seolah semua itu normal? Ya, aku hanya ingin hidup normal. " ~L...