♥️ sepuluh

3.5K 342 8
                                    

Enjoy!
🍕Votement
HAPPY READING! ❤
.
.
♠️♠️♠️♠️♠️

"Aku merindukanmu, Oppa. "

Lisa kembali menggumamkan kalimat itu. Kalimat yang sama saat Jennie meninggalkannya sendiri ditoilet kemarin. Tanpa sadar gadis itu meremas kuat guling dipelukannya.

"Arghh! "  gadis itu berteriak. Meluapkan rasa yang menyesak sedari kemarin. Tentang Jimin, juga kerinduannya pada seseorang.

"Oppa, AKU MERINDUKANMU! "

Beruntung Jungkook sedang kuliah saat ini. Jadi, gadis itu sendirian dirumah dan tidak ada yang mendengar teriakannya.

"Oppa, " Lalice merintih pelan. Sikap Jungkook yang selama ini diabaikannya, kini tak bisa ia anggap angin lalu. Pasalnya gadis itu pun ikut andil dalam perilaku tak pantas itu. Lisa merasa semakin lama Jungkook membuatnya tak bisa lepas dari laki-laki itu. Sejak beberapa waktu terakhir, intensitas kedekatan mereka sudah melebihi batas. Bahkan pernah hampir saja keduanya melakukan hal lebih parah jika saja Lisa tak segera tersadar akan perbuatannya. Dan Jungkook, laki-laki itu mulai diselimuti rasa bersalah yang besar.

"Oppa, maafkan Lisa. Hiks." baiklah, sekarang dia menangis lagi. Niat hati ijin untuk istirahat, malah kembali menangis.

Saat gadis itu tengah tersedu, ponsel diatas meja kerjanya berbunyi. Ada pesan masuk.

Jimin:
Sayang, kau tidak masuk kerja hari ini? Apa kau sakit?  Aku tidak melihatmu di kantor Namjoon hyung tadi.

"Hwaaaa! Oppa, " tangisan Lisa semakin kencang kala melihat nama Jimin dilayar ponselnya. Rasa kesal ikut serta menggerayapi dadanya. Kenapa semua rasa menyesakkan itu datang bersamaan, sih?!

Sebal, Lisa jadinya.

Emosinya berubah menjadi gadis yang merajuk sekarang. Berbeda dengan beberapa sekon lalu.

Dengan bibir dipoutkan, Lisa hanya memandangi layar ponselnya dengan malas. Dan ya, seperti perkiraannya. Jimin kembali mengirim pesan.

Jimin:
Kau sakit, sayang? Kalau begitu aku akan ke rumahmu dan membawa obat serta buah segar.

Lisa:
Tidak perlu. Aku akan ke kantormu sore nanti. Ada yang perlu kita bicarakan.

Seperti yang Jennie bilang. Lisa harus menanyakan perihal kemarin. Wah, dada Lisa kembali sesak hanya dengan mengingatnya. Apapun alasan yang dilontarkan laki-laki itu nantinya, entah kenapa Lisa merasa dia takkan bisa menerimanya. Bagaimana pun, Jimin sudah menelantarkannya semalam. Ditemani janji yang tidak tertepati.

Dan, tahukah kalian? Kekecewaan Lisa bertambah. Bagaimana tidak? Jimin bahkan tak meminta maaf padanya perihal semalam.

Ugh, apakah laki-laki itu melupakan janjinya?

Lalu, siapa yang mencarinya semalaman itu?

****

"Suga hyung! "

Seorang berkulit pucat yang tengah berkutat dengan ponselnya itu menoleh.

"Apa? " suara datar itu tak urung membawa dinginnya serta.

"Kekasihku akan kesini sebentar lagi, kau pergilah. Nanti mengganggu lagi. " usir Jimin pada Suga yang kini memang tengah berada diruangannya setelah rapat besar yang berlangsung beberapa jam lalu.

"Berani kau mengusirku, heh? "

Jimin menyengir, dia mengacungkan dua jari tanda peace lalu duduk disebelah lelaki itu dengan merangkul pundaknya. Tapi gagal karena si kulit pucat itu langsung menepisnya.

"Jangan menyentuh ku, "

"Oke, oke. Aku tau, hyung. Hanya Jennie yang boleh menyentuhmu. Aku paham, oke! " Jimin kembali bangun dan berpindah ke kursi kebesarannya.

"Diamlah. " perintah Suga.

"Oke. Tapi, omong-omong dimana gadis bermata kucing manis itu? Bukankah kau mengajaknya kemari tadi? "

Suga melayangkan tatapan tajamnya saat mendengar sebutan Jimin barusan. Ia tak suka saat lelaki lain terang-terangan menyebut Jennie, manis. Walau kenyataannya memang begitu. Tapi, tetap saja. Suga tak menyukainya.

"Dia sedang mencari makan. "

Mendengar hal tersebut, Jimin refleks menegakkan duduk. "Hey, kenapa kau membiarkannya kelaparan sampai mencari makanan sendiri? Ck, aku jadi ragu kalau kalian pacaran. " Laki-laki itu berdecak.

Sedangkan Suga? Lawan bicaranya itu hanya diam. Enggan meladeni pria bantet yang hanya selisih satu centi tinggi badan dengannya.

Jimin bangkit seketika. Membuat Suga refleks mendongak dan bertanya. "Mau kemana, kau? "

"Mencari makanan sebelum kekasihku datang. Aku tidak akan membuatnya kelaparan, seperti yang kau lakukan pada gadis bermata kucing manis itu. Hahaha! " ledek Jimin lalu segera lari. Sebelum Suga benar-benar menelannya hidup-hidup.

"Sialan. "


Keadaan benar-benar sepi selepas Jimin pergi. Lelaki berkulit pucat itu kembali fokus dengan ponselnya. Mengamati apa yang terputar dilayar smartphone-nya dengan serius.

Suga mengambil sebuah earphone dari saku lalu menghubungkannya.

Hening.

Lelaki itu sangat fokus pada ponsel.

Hingga sebuah gumaman keluar dari bibirnya.







"Aku juga merindukanmu, Lily. "








✴️ lanjut?

Btw, ini sengaja pendek ya, hehe 😂

Special. 😆

Tunggu lanjutannya, ya!

Komen yuk :")

See you.

-----

Maaf apabila masih banyak kekurangan dan kesalahan

Lalice Jeon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang