Soohyang sedang menikmati hari libur. Sekarang akhir pekan dan Soohyang hendak menghabiskan waktu dengan tidur.
Soohyang sedang asyik tidur. Namun ditengah-tengah tidur nyamannya ia bermimpi. Dirinya sedang rebahan disebuah kasur besar. Yang iya yakini jika tempat tersebut bukanlah kamarnya.
Ruangan tersebut cukup besar. Dindingnya dihiasi oleh pernak-pernik langka. Seperti kepala rusa dengan tanduk bercabang 5 yang kononnya sangat jarang dimiliki bahkan oleh seorang kolektor ternama asal Prancis. Lukisan Mona Lisa juga ikut memeriahkan dinding dengan berada dipojokan ruangan tersebut. Dan masing banyak lagi barang langka dikamar tersebut.
Soohyang perlahan melihat seseorang yang berada disampingnya. Pria muda dengan rambut pirangnya yang semakin membuat wajah tampannya sulit untuk dibantah. Tangannya dengan erat memegang tangan Soohyang, rasa saat itu tubuhnya sangat lemah. Soohyang merasa seperti baru saja berpergian jauh. Tubuhnya lemah. Tubuhnya lelah. Energi tubuhnya seperti dikuras habis akibat perjalanan jauh.
Soohyang dengan lirih memanggil 'Pria Tampan' itu.
"Seojun-" pria itu seketika mendekatkan wajahnya ke wajah Soohyang.
Soohyang lalu berteriak dalam tidurnya.
"Seojun," teriaknya dengan keringat bercucuran seperti baru saja berlari keliling komplek.
Karena terkejut Eva mendatangi adiknya.
Eva membuka pintu kamar Soohyang, "Soohyang, ada apa?" Eva duduk di samping Soohyang yang masih ngos-ngosan, "Kau bermimpi apa lagi??" dia bertanya penuh khawatir.
"Mimpi kali ini tidak jelas. Aku seperti sedang sakit parah dan ada seorang pria tampan berambut pirang disampingku."
"Begitu kah??" Beranjak dari tempat tidur. "Apakah namanya Seojun??" Soohyang hanya mengangguk.
"Sudahlah. Mungkin kali ini hanya mimpi biasa. Kau cepat mandi sekarang sudah jam 11. Kita harus membeli barang-barang dapur."
"Iya, Kak."
****
Soohyang dan Eva sudah berada di Super Market ketika sedang asyik memilih.
"Soohyang," panggil Loudi cukup kencang sehingga membuat Soohyang menjadi pusat perhatian seisi super market.
"Loudi.. Sedang apa kau disini??"
"Aku disini karena merindukanmu," ekspresi wajah Soohyang berubah, "kau berharap aku akan mengatakan hal menjijikan seperti itu?? Tentu tidak. Aku sedang berbelanja bersama Ayah. Karena Ibu sedang sakit. Dan kakak sedang menemani Ibu."
"Begitukah?? Semoga Ibumu segera sembuh."
Loudi mengingat dengan siapa Soohyang pergi, "Tumben akur??" Soohyang langsung mencubit perut Loudi.
"Oh. Nak Soohyang! Kau sedang berbelanja juga??" tanya Dokter Won, yang ternyata adalah ayah dari Loudi, sahabat Soohyang.
"Iya, Dokter Won."
"Jika diluar, panggil saja aku Paman!"
"Baiklah...Dok...Paman maksudku," Soohyang terasa canggung karena belum terbiasa.
"Kau sedang bersama Nak Sooyang??"
"Iya. Kakak sedang memilih daging disana," menunjuk kearah tumpukan daging.
"Baiklah. Paman pergi dulu ya. Jihoon, kau masih mau disini??"
"Ayah duluan saja, ada yang mau kubicarakan dengan Soohyang."
"Begitukah?? Baiklah!"
Setelah memastikan Ayahnya pergi Loudi mulai berbisik pada Soohyang.
Loudi mulai berbisik, "Aku mau curhat tapi janji jangan tertawa!" memberikan kelingking kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalung 12 : We Are One [REVISI]
FanfictionKetika cinta adalah sebuah kutukan. Mungkin untuk kebanyakan orang, mencintai dan dicintai bagaikan sebuah anugerah. Saat orang-orang bahagia akan cinta, berbeda dengan Ryu Soo-Hyang. Dia menderita karena mencintai dan dicintai. Akankah ia menemukan...