~~~
Pagi hari disebuah jalan raya yang terlihat sepi, seorang gadis muda menangis sambil berlari tanpa arah. Kakinya terhenti disebuah danau yang terlihat jarang dikunjungi oleh orang lain, namun terlihat indah. Iapun berteriak.
"AAAHHH....AKU MEMBENCIMU!!!!" teriak gadis itu lalu ia menghela nafasnya. Dengan nada sedikit pelan, "IBUUU...," gadis itu mengurangi nadanya sebab ia mulai menangis.
"Mengapa kau hanya pergi sendiri, harusnya kau bawa aku?! Aku ingin ikut bersamamu."
Gadis itu duduk dibangku yang tak jauh dari tempat ia berdiri semula. Bangku tersebut tepat terletak didekat sebuah pohon besar, tua dan rindang.
Flashback. Beberapa menit yang lalu.
"Dasar pembawa sial!!!" umpat seorang gadis pada gadis lainnya yang berdiri didekat pintu toilet. Wanita itu sambil memeluk seorang pria berumur yang berwajah tampan namun putih pucat yang bersimbah darah dilantai toilet tersebut. Ia menangis, berulang kali ia usap air matanya yang terus saja mengalir.
Gadis lainnya membentak gadis itu dengan sangat, "Belum puaskah kau membunuh ibuku? Dan kini ayahku lagi??" ucapnya sambil terus menangis.
"Besok siapa lagi? Apa kau ingin nyawaku juga?? Bunuh aku. Ayo bunuh!!" tambah gadis yang lebih tua dengan amat marah.
"Bunuh aku...cepat bunuh aku!!" ucapnya lagi dengan nada kesal. Gadis yang terlihat lebih tua itu berteriak dan terus saja berteriak pada gadis cantik yang berada di ambang pintu toilet yang kini masih setia menangis tanpa menjawab.
"Kak...kak...bu..bu..bukan begitu. Bukan aku yang membunuh Ayah. Ketika aku datang, Ayah sudah seperti itu. Sungguh bukan aku. Kak, tolong percayalah." Gadis yang dituduh pun kini mulai buka suara.
"DIAM KAU...," bentak gadis yang dipanggil kakak itu seraya menoleh kearah gadis yang dibentaknya tadi yang masih berdiri tepat didepan pintu toilet.
Matanya melotot kearah gadis cantik dengan air mata yang membasahi kedua pipi mulusnya. Matanya bahkan hendak menyembul keluar pertanda amarahnya pada wanita yang memanggilnya kakak itu sedang memuncak.
"DASAR PEMBUNUH PERGI KAU DARI SINI PEMBUNUH!!!" teriaknya lagi pada gadis tadi, sembari menyeret wanita itu untuk menjauh dari tubuh pria yang bersimbah darah tadi.
"Kak...," panggilnya lirih.
"CEPAT PERGI!!" usir yang lebih tua dengan nada yang teramat kesal.
Gadis yang lebih muda diseret keluar. Ia terpaksa melangkahkan kakinya pergi menjauh dari rumah besar itu. Perasaannya berkecamuk. Dia sedih hingga ingin menangis sejadi-jadinya tapi disaat yang sama ia pun marah tapi tak tahu pada siapa, disaat yang sama pula ia kesal, kesal pada dirinya sendiri.
~~~~
Lamunan nya hilang seketika, karena sebuah suara dibalik pohon besar tepat dimana ia bersandar suara lelaki itu terdengar sedikit parau tapi mampu menghilangkan lamunan nya.
"Ahh...," ucap seseorang itu sambil membentangkan kedua tangannya pertanda ia baru bangun dari tidurnya.
"Kau mengganggu sekali. Bisakah kau berteriak ditempat lain!!" pintanya pada wanita tadi. Lelaki itu lalu berdiri dari duduknya.
Namun ia terkejut ketika melihat wanita itu mengusap air matanya, lebih tepatnya lagi menghapus air matanya.
Dengan hati-hati pria itu menurunkan nada bicaranya.
"Kau kenapa??" tanyanya sembari duduk dibangku tepat disamping wanita tadi.
Wanita itu terus saja menyeka air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalung 12 : We Are One [REVISI]
Fiksi PenggemarKetika cinta adalah sebuah kutukan. Mungkin untuk kebanyakan orang, mencintai dan dicintai bagaikan sebuah anugerah. Saat orang-orang bahagia akan cinta, berbeda dengan Ryu Soo-Hyang. Dia menderita karena mencintai dan dicintai. Akankah ia menemukan...