Bab 12 : Teropong

242 55 0
                                    

Kami tak jarang beristirahat di tempat cukup aman. Ternyata mereka memiliki keahlian khusus yang sangat menguntungkan dalam keadaan tidak ada apa-apa. Membuat tempat nyaman, berburu, mencari air bersih, arah perjalanan, dan kegiatan lainnya. Aku kagum pada Ire yang bisa menentukkan arah dengan perbintangan dan cara keren lain. Bahkan ketika aku kehausan dia sigap mencarikanku minuman. Contoh kakak yang kuidamkan sejak dulu.

"Kau tahu, kau cocok jadi kakak buatku."

"Wow, benarkah? Kau memiliki saudara?"

"Hmm, entahlah."

Bisa kuanggap dia kakak jika dulu dia tak pergi bak pengecut.

"Eyyy, jangan marah pada saudaramu! Aku pernah memiliki masalah dengan dua saudaraku. Mereka selalu mendapat perhatian ibu dan aku kurang suka. Pernah aku meninggalkan mereka berdua di taman. Ibu memarahiku habis-habisan dan aku merasa bersalah pada saat itu. Malam harinya aku mencari mereka sampai kudapati mereka meringkuk berdua. Wajah mereka sangat berbekas, mereka ketakutan dan itu karenaku."

"Kejadianmu hampir sama denganku, sayangnya akhir kisah kita berbeda. Dia pergi dan tak kembali!"

Setidaknya Ire merasa bersalah dan menjemput adik-adiknya. Sedangkan aku hanya bisa pasrah bersembunyi dari perpecahan.

"Dengar! Seburuk apapun keluargamu mereka tetap orang yang kau miliki. Begitu pun kakakmu, dia tetap jadi kakakmu walau kau membencinya sekalipun. Apa kalian pernah bertemu?"

"Ya dan aku bekerja di pabriknya."

"Ouww, kakakmu bagaimana bisa?"

"Dia pergi ke pusat pemerintahan dan setelah aku lulus. Aku mendaftar pekerjaan di pabrik, setahun kemudian aku baru tahu dia lagi. Dengan nama dan keadaan berbeda, dia berubah."

"Kasusmu cukup berat! Kukira kau hanya ditinggal membeli es krim atau balon."

"Ck, kau ini."

Aku tertawa mengingat apa yang baru kulakukan. Sejak saat itu aku tak pernah terbuka pada siapapun. Bahkan Urka dan Lodan tidak tahu menahu ’dia’ kakakku. Cukup riskan jika mereka tahu sebenarnya, semuanya akan terbongkar dan bunda yang akan sedih. Orang-orang pasti membicarakan keluarga kami. Bagaimana bisa seorang anak meninggalkan keluarganya dalam kekurangan? Atau pertanyaan lain yang tak bisa kami jawab.

Bersama Ire aku merasa bebas dan nyaman. Mungkin karena dia orang asing bagiku dan kecil kemungkinan kami akan bertemu kembali setelah berada di perbatasan. Semua yang kukatakan padanya sekarang bisa suatu hari nanti dia sudah melupakannya. Tetang kisahku, namaku, dan apapun yang berhubungan denganku.

"Apa yang akan kau lakukan setelah berada di pengungsian?" Tanya Ire yang kujawab seadanya.

"Melakukan yang harus kulakukan."

🌻🌻🌻

Satu bukit lagi dan kami benar-benar sampai. Kami habiskan malam tanpa tidur agar cepat sampai di sana. Tengah malam kami menyebrangi sungai demi bisa mencapai area Banten pusat. Perlu perjuangan lebih, kami membuat tali yang diikat kuat pada pohon. Bergantian menyebrangi sungai dengan berpegangan pada seutas tali. Ire lagi-lagi membantuku, membuatku aman untuk tidak takut melawan arus air.

NOPE! : Red Moon ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang