Bab 17 : Pembicaraan

68 14 0
                                    

Aku menggenggam tangan Roh, aku takut tahu kami ditawan disel. Kami tak dipertontonkan tapi justru dimasukan ke dalam penjara. Semua barang kami disita termasuk bantal untuk berpura-pura hamil juga. Mereka tak mengatakan apapun.

"Maaf!"

"Untuk apa?"

"Aku malah mengacau, maaf Roh."

"Jangan begitu! Mereka mungkin sedang melakukan rapat sekarang. Apa yang kau sampaikan mungkin bisa membuat mereka datang membantu kita."

Aku mendongak pada Jenderal Zee. Aku mengigit bibirku kesal, harusnya mereka langsung berbicara pada kami. Kenapa pimpinan mereka sangat tak mau menerima?

Kukira akan mudah untuk membujuk mereka. Ternyata masih perlu banyak waktu. Bunda, setidaknya aku berusaha kan bersama Roh. Diujung jalan nanti, aku harap semuanya dapat selesai.

"Cepat berdiri! Pimpinan kami ingin bertemu mereka."

🌻🌻🌻

"Namaku Nial. Aku pimpinan disini. Duduklah."

Kami berada di ruangan penuh dengan kertas dan para orang yang terlihat memojokkan kami dengan tatapan mereka. Aku menghitung ada 7 orang dan kami menjadi 10 orang di ruangan ini.

"Aku sudah membacanya, jadi apa yang kalian mau?"

"Kami ingin kalian membantu kami, setidaknya membuat orang-orang akan memihak pada kami."

"Melakukan demonstrasi kembali setelah beberapa tahun itu sangat susah, terutama banyak orang yang menyukai Neon si manis itu. Walau dia bukan pimpinan pusat tapi kalian tahu kinerja dan dukungannya sangat kuat."

Aku tahu. Sejauh ini Trees sangat berpengaruh di bumi. Dia sangat pintar dan tahu situasi saat ini. Manusia akan lebih suka akan kepentingannya sendiri, tak benar-benar peduli akan nasih orang dibawahnya.

"Tapi apa yang bisa kalian berikan pada kami? Keuntungan apa yang akan kalian berikan?"

"Kesetaraan, bumi sudah tua dan kita harus melakukannya bersama. Setidaknya jika kita bersama melakukanya kita bisa membuat bumi seperti dulu. Sekarang sudah banyak tanaman yang tumbuh. Kita harus membuatnya ke seluruh kota. Walau susah, kita harus mengembalikan bumi kita. Merawatnya bersama."

Nial tampak berpikir, dia mengetuk meja.

"Ini bukan akhir kan? Cepat atau lambat, bila Neon menemukan kami semuanya akan berakhir. Disana, Neon akan menikahi ku dan membuatnya bisa melakukan apapun."

"Kenapa harus kau?" Tanya seorang perempuan memegang pedang.

"Kau bukan dari pemerintahan, kau juga bukan orang yang punya kuasa tinggi." Kata orang yang punya bekas luka diwajahnya.

"Karena kami berasal dari keluarga A." Roh menunjukku.

Keluarga A. sangat langka untuk ditemukan.

"Apa? A? Kau dan dia?" Perempuan itu menutup mulutnya.

"Bagaimana bisa?"

"Kau mengenal Jenderal Max dan Profesor Jona."

"Max dan Jona, kenapa kau bisa mengenal mereka?"

"Mereka kedua orangtua kami."

Nial menutup mulutnya, kukira dia pasti mengenal mereka.

"Kalian semua keluarlah, mereka anak temanku."

Ke enam orang pergi setelah Nial mengatakannya.

"Jadi, bagaimana keadaan mereka?"

"Ayah kami sempat di penjara dan bebas ketika pernikahan Ra dilaksanakan. Sekarang mereka berada di rumah Neon."

"Aku tak tahu setelah Max dan Jona di copot dan dipindahkan ke Indonesia."

"Ya, kami memiliki rumah di Jakarta. Setelah mereka pindah beberapa bulan kemudian Ra lahir. Saat bunda kami diusir dari pusat penelitian dia sedang mengandung."

Aku tahu cerita ini, dulu ayah bekerja di pusat militer sebagai bukan satu darah keturunan. Aku tidak tahu keluargaku lainnnya karena bunda seperti menutupinya dari kami. Dia hanya bilang mereka dicopot dan diusir secara tak layak oleh pemerintah pusat.

Itu juga membuatku tak menyukai mereka, ayah lah yang mencetuskan tentang pembuatan animoid untuk mendukung kekuatan militer. Tapi saat di perbatasan aku jadi tahu bagaimana bentuk sebenernya ide ayah. Kemungkinan besar Roh tahu cerita lainnya. Tentang bunda aku tak tahu banyak, karena aku hanya tahu bunda diusir karena dia sudah menemukan cara membuat tanah di bumi kembali subur kembali.

Bunda juga punya lab di bawah rumah kami, jika ditelurusi pasti ada berbagai penelitiannya dulu disana. Tentang kebun jagung, katanya bunda sudah banyak melakukan penelitian namun hanya jagung yang berhasil tumbuh subur. Itu jugalah yang mengundang Trees datang ke kebun kami.

Awalnya kukira dia tersesat, tapi setelah kupikir-pikir dia tak mungkin pergi jika bukan karena sebuah alasan. Dia tak tertinggal rombongan waktu itu. Dia ingin tahu bagaimana jagung itu tumbuh subur di kebun kami dengan tanah yang sangat tandus.

"Maaf akan hal itu." Nial mungkin juga tahu berita itu.

Hanya mereka yang berada di atas sana yang membungkam semua suara.

"Ya, bunda tak mempersalahkannya. Yang jadi masalah adalah semuanya tutup mata akan hal itu. Penelitian belum 100% namun dia sudah diberhentikan sebelum penelitiannya berhasil."

"Aku akan membantu kalian, apapun itu."

"Kenapa kau mudah sekali percaya pada kami?" Tanyaku penasaran.

"Karena hanya beberapa orang yang tahu tentang keluarga A. dan aku juga merasa bersalah tak membantu keluarga kalian waktu itu."

"Terima kasih, Nial. Kami sangat berterima kasih."

🌻🌻🌻

Mereka memberi kami sebuah kamar cukup besar. Dengan kelengkapan cukup bagus untuk ditinggali. Ada sebuah kamar mandi, ruang tamu, dan dua kamar. Ini mirip hotel lebih tepatnya. Cuma berbagai tempat tak terlalu terurus dengan baik.

"Besok kita akan masuk ke pusat sana!"

Roh menunjuk tembok tinggi. Besok kamu akan ke pusat informasi. Kami juga butuh dukungan ke seluruh bumi. Dengan jaringan itu aku yakin bisa menyabotase pihak Neon.

"Malam ini mereka akan mengumpulkan para demonstran. Kita akan bergerak besok."

Aku mengangguk, besok pertempurannya.

"Tidurlah! Ini sudah malam." Roh mengelus rambutku pelan.

Aku melirik Jenderal Zee yang setelah pembicaraan kami dengan Nial dia menjadi pendiam. Roh bangkit dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

"Kau kenapa?" Tanyaku memastikan.

"Hmm? Ti-dak, tidak ada apa-apa Ra."

"Kau memikirkan apa? Disaat begini kau malah diam."

"Aku, aku hanya jadi tahu keluarga kalian. Jenderal Vico tak pernah memberitahuku apapun itu. Jadi aku merasa tak tahu apa-apa tentang kalian. Kau tahu Max dan Jona sangat terkenal dulu. Bahkan ayahku sedih tahu mereka dikabarkan pensiun dini."

"Hmm, tapi sekarang kau tahu kami. Aku juga tak tahu apapun tentang mu Jenderal."

"Zuto, Ra."

"Ah, iya. Zuto, aku suka nama mu Zee."

"Tapi itu terlalu formal, panggil saja nama asliku."

Jenderal Zee cemberut, apa dia baru saja ngambek? Kata bunda manusia akan merajuk jika sesuatu itu menganggu dirinya. Kali ini manusia itu di depan mataku.

"Zuto, kita sudah seperti saudara. Besok kita akan berperang melawan mereka, kuharap kau tak semangat karena ini."

Jenderal Zee menatapku.

"Aku hanya ingin mengenal kalian, lagipula beberapa tahun lagi kita jadi keluarga sungguhan."

🌻🌻🌻

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

NOPE! : Red Moon ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang