Bab 29 : Akhir Perjalanan

235 45 2
                                    

"Ra! Buka pintunya!"

Aku akan pergi besok bersama para prajurit terluka. Kali ini aku tak bisa kabur seperti dulu bahkan akupun tidak bisa menolaknya. Bunda memintaku pulang menggunakan pesan melalui saluran pelabuhan. Bunda menangis memintaku pulang, Roh tahu itu. Dia menyembunyikan rasa sakitnya ketika bunda menyebut Neon anak laki-lakinya di depan Roh. Seketika aku pergi dan mengunci kamar. Neon benar, aku tak dapat menolaknya.

"Aku tak mau ke sana! Aku mau ikut bersamamu!" Teriakku kesal.

"Bunda menunggumu, kau aman di sana sampai harinya tiba aku akan menjemputmu dan bunda. Kita bisa menyelamatkan ayah setelahnya."

"Tapi, aku ingin membantumu! Aku juga ingin memecahkan misteri ini bersama."

"Ayo, kita bicara! Buka pintunya!"

Aku menurutinya, dia langsung memelukku erat dan mengelus rambutku.

"Aku juga mau berguna untukmu! Kita bisa lalui ini bersama, kau akan sulit nanti bila aku bersama Neon dan aku juga tak bisa mendapat informasi apapun."

"Ra, kekuasaanku tak sebanding dengannya. Kumohon, jangan menolaknya!"

"Baiklah, aku akan pergi! Biar saja kau tak pernah lagi dianggap bunda. Biar saja aku jadi terkurung di sana dan kau tak bisa menemui kami!"

Bahkan apa yang diberitahu Fol, aku belum berhasil menyatukannya. Orang asing itu, robot serigala, kejadian 10 tahun lalu, Trees, Tuan Dok, dan kejanggalan lainnya. Ini terasa ambigu dan penuh misteri aneh. Aku juga tak tahu di mana Lodan dan Urka. Aku harus bagaimana?

"Kumohon percayalah padaku! Ada yang ingin bertemu denganmu!" Bisik Roh. Dia keluar meninggalkanku digantikan Jenderal Zee.

"Hai!" Dia menggaruk tengkuknya.

"Jangan lihat wajahku, aku dalam kodisi tidak baik!"

Wajahku berpaling, memilih mengamati dinding yang lebih menarik. Aku malu dengan keadaanku saat ini sama seperti malam itu. Jenderal Zee menarik kedua tanganku dan memegangnya. Aku diam menunggu apa yang ingin dia lakukan selanjutnya.

"Kau hangat karena itu aku selalu ingin bersamamu. Maaf, aku mengganggumu selama ini. Ra, kau spesial untukku." Dia mengecup kedua tanganku.

Dadaku bergemuruh, perasaan aneh sering kali masuk ketika bersama dirinya. Selalu saja seperti ini, apakah ini yang orang rasakan bersama orang yang spesial baginya. Matanya memperangkapku untuk fokus kepadanya tanpa melihat yang lain.

"Aku tahu kau masih mengejarnya, aku tahu kau sangat mencintainya. Biskah kau memberiku kesempatan? Aku ingin menggantikannya." Nadanya sangat tegas dan penuh kepercayadirian.

"Jenderal, aku..."

"Zuto, itu namaku. Bukankah saat aku jatuh cinta aku harus memberitahumu. Aku merasa bahagia, Ra!"

Deggg...

Kutahan napasku, dia sungguh-sungguh mengatakannya. Waktu itu aku hanya bercanda saja, tidak ada maksud lain untuk mengatakannya.

"Kau tahu, pertama kali aku melihatmu kau sangat cerah dimataku. Kau gadis pintar dan berani. Kau tak perlu buru-buru, aku masih bisa menunggu 5 tahun lagi."

NOPE! : Red Moon ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang