Bab 13 : Perbatasan

235 50 1
                                    

"Kami harus memeriksa kalian!"

Kami berbaris untuk masuk satu persatu. Dari dekat pelabuhan ini sangatlah bagus. Tidak ada tanda-tanda gempa mengancam di sini. Setiap orang akan diperiksa dari tas sampai bagian tubuh. Semacam berjaga-jaga dari orang jahat yang mereka maksud. Tiba giliranku, mereka mengeluarkan seluruh isi ransel.

"Kau dapat dari mana perlengkapan ini?"

"Dari Eric C., katanya aku harus datang kemari."

"Baiklah, lalu apa ini?" Dia mengangkat audio rekaman.

"Hm, itu... Koleksiku, aku suka mengambil barang aneh. Kau tahu kan sebatas kesukaan yang terbangun dalam diri."

"Oh, bagus juga seleramu. Clear!"

Aku bernapas lega dan masuk membawa ranselku. Suguhan acara militer langsung menantiku. Membangun indra kenyataan bahwa apa yang terjadi layaknya acara tv. Kami digiring menuju bibir pantai, di sana orang berkumpul menikmati sarapan. Mereka menyapa kami seperti saudara bertahun-tahun tidak bertemu.

"Ra!" Ire menarik tanganku menjauh dari kerumunan. Dahiku mengkrinyit heran akan tingkahnya ini.

"Hm, kenapa?"

"Apa kau sudah ingin pergi? Kita telah tiba di perbatasan."

Melihat mereka berbaur dengan orang lain buatku sadar hanya aku sendiri di sini. Mana bisa aku pergi mencari kenyakinan lainnya. Sejauh ini kelompok mereka mengajarkanku banyak hal dan membantuku dalam keadaan kesusahan. Mungkin dua hari terakhir aku akan disibukkan dengan bersama mereka. Lalu baru aku pikirkan bagaimana jalanku selanjutnya. Bisa saja aku ikut atau berhenti dititik ini.

"Hai, kalian! Di sini ada kamar mandi dan baju ganti." Teriak Uzi, adik terkecil Ire. Dia kesenangan karena aku paham seorang gadis dihadapkan pada kedua hal itu.

Adik Ire lagi namanya Luo, dia tak banyak bicara pada siapapun. Ketika semua orang bicara dia hanya diam mendengarkan. Satu kali aku mengajaknya dan dia malah mendiamkanku. Kata Ire, Luo sulit diajak bersosialisasi. Dirinya penuh misteri dan aku suka memecahkannya.

"Aku akan bersama kalian sampai penjemputan, tapi aku tak mau lagi merepotkan kalian."

"Itu lebih baik!"

🌻🌻🌻

Pihak pusat pemerintahan memang berjasa sekali. Air mengalir begitu segar menentramkan tubuhku. Mereka punya produk baik dan wangi. Aroma lemon terasa tercium dari tubuh orang-orang. Bahkan rambutku ikut berbau sama. Mereka juga menyediakan pakaian berwarna lain. Kami dapat memilih sesuai selera dan yang terpenting aku bisa berganti pakaian.

"Ra, wow..." Uzi memutar tubuhku dari kanan ke kiri.

"Ada yang salah?"

"Tidak, cuma kau lebih bersinar dan cantik! Kemarin kau bersembunyi dibalik gadis berlumuran lumpur dan sekarang kau sudah berbeda."

"Itu pujian bagus, kau juga Uzi."

Kami melempar berbagai pujian untuk kostum baru kami. Dia memilih warna hijau yang sama dengan matanya. Sedangkan milik ku berwarna biru, sebiru warna langit dan laut. Bajunya mirip dress dengan panjang lebih pendek hanya sebatas lutut. Lengan kami terbuka dan aku menutupnya dengan jaket Eric. Letak kamar mandi cukup jauh dari bibir pantai. Kami perlu melewati pelabuhan dan tenda-tenda besar. Setiap kali aku ingin melihat di dalam sana, hanyan kotak besar yang kulihat. Apa isinya?

NOPE! : Red Moon ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang