Bab 6 : Adaptasi

84 23 0
                                    

Sudah dua hari aku membantu Oma ketika dia datang. Dia bilang tak apa, tapi aku tak bisa diam saja. Aku hanya membantu membersihkan rumah dan memasak masakan mudah dilakukan.

"Aku sudah bertanya pada teman ku, katanya Urka dan Lodan berada di daerah Timur."

"Daerah timur?"

"Kita berada di daerah barat, kau harus memutar jika akan ke timur atau kau bisa melewati pusat pemerintahan. Tapi, lebih baik memutar saja."

"Bagaimana mereka membagi daerahnya?"

"Wilayah barat dikhususkan untuk pertanian dan peternakan, wilayah timur digunakan untuk pembuatan pakaian dan peralatan, wilayah selatan untuk bidang pertahanan, dan utara untuk masyarakat."

Aku harus melewati daerah utara saja, wilayah pertahanan cukup sulit. Tapi, apakah keluarga bibi Aru disana?

"Kami akan pergi ke timur menjual bahan pakaian, kau ikut?"

"Bolehkah?"

"Ya, besok pagi. Tapi, kami akan melewati daerah selatan. Disana kami akan menjual bahan makanan. Kau cukup berpura-pura menjadi budak, kau paham?"

"Budak? Tak apa, aku bisa."

"Budak tak akan diperiksa karena itu termasuk harta pribadi."

"Sungguh, terima kasih. Aku tak punya apa-apa untuk membalasnya."

"Aku sudah senang kau mau tinggal bersama wanita tua ini, nak. Ini cukup mengobati rasa rinduku pada anakku, aku tahu mungkin saja dia telah meninggal di dalam sana."

"Jangan berpikir seperti itu, dia akan kembali!"

"Istirahat lah, Ra. Besok jangan lupa bersiap-siap."

Paginya aku sudah rapi dengan bawaanku, Oma memberiku beberapa pakaian dan sedikit uang. Katanya untuk berjaga-jaga saja. Pakaianku kuberikan tanah berlumpur agar terlihat kumuh dan lusuh. Aku harus berpura-pura menjadi budak.

"Selamat pagi, Oma. Siapa ini?" Seorang pria tua menunjukku heran.

"Dia Tiara, dia yang membantuku."

"Oh, bagus, nak. Kau tak takut kotor."

Aku tersenyum, kami menggunakan gerobak yang ditarik dengan kuda. Aku duduk di belakang. Ada 5 orang termasuk aku yang akan menuju ke wilayah timur.

"Kudengar Tuan Neon akan menikah!" Seorang mengatakannya cukup keras.

"Benarkah?" Tanya Oma.

"Ya, kuharap dia melakukannya dengan begitu dia bisa menjadi pusat pimpinan." Pria itu memacu kudanya lebih cepat.

"Ogil, jangan terlalu cepat. Aku mudah mabuk!" Oma memperingatkan.

Oh, namanya Ogil.

"Mungkin dengan menikah dia bisa membuat hidup kita lebih baik."

Jangan berpikir seperti itu, Neon hanya akan menghancurkan Earte saja.

"Apapun itu asalkan Earte lebih baik, tak ada lagi tembok itu!"

Aku melihat keluar, tembok itu sangat menjadi penghalang. Untuk apa mereka membuatnya? Disini sangat indah dan di dalam sana sangat gelap menakutkan.

Lebih dari 5 jam kami berada di dalam gerobak. Kami belum sampai juga di wilayah selatan. Kata Ogil, perlu 2 hari baru sampai kesana. Tak jarang polisi datang memeriksa, aku gugup tak kala seoarng polisi menjambak rambutku yang kusut.

"Oh, dimana kau dapat budak ini?"

"Jangan pegang!" Oma memukul polisi itu dengan tongkatnya.

"Oke, mom. Tenanglah, aku hanya bertanya. Jika kau dapat lagi kabari aku, dia cukup cantik menjadi budakku, hahah..." Dia tertawa bersama kedua temannya.

Kelakuan mereka sangat menjijikan, apa seburuk itu menjadi budak? Aku juga manusia!

"Pergi saja ke pusat keamanan, disana banyak pengungsi!" Bentak Ogil kepada polisi yang mencoba mengganggu kudanya.

"Mereka sudah tak cantik, orang kaya sudah mengambil yang bagus-bagus. Kita hanya mendapat sisa!"

"Maka jadilah kaya!"

Ogil memacu kudanya kembali, aku hanya melihat ketiga polisi itu juga pergi. Aku takut sekarang, bagaimana keluarga bibi Aru? Apa mereka aman dan berada di rumah Roh?

Pikiran-pikiran negatif melayang-layang dipikiranku. Jika mereka tertangkap bagaimana?

Aku terus memikirkannya sampai sore, aku harus segera menemukan Roh atau Jenderal Zee. Aku bertanya-tanya apakah rumah mereka di daerah pertahanan atau di pusat pemerintahan?

"Makanlah, nak!"

"Terima kasih." Oma memberiku makanan kaleng.

Ini makanan dari pabrikku dulu, bahkan disini walau mereka memiliki sumber makanan asli mereka hanya memakan makanan hambar ini.

"Ini stock terakhir?" Tanya seseorang pada Oma.

"Iya, katanya kita akan diberi jatah lainnya."

"Sayang, Jakarta sudah musnah." Ogil membuka kaleng dan memakannya lahap.

"Musibah, gunung berapi akan tetap aktif walau dunia ini sekarat!"

"Iya, bahkan sekarang banyak angin topan. Sepertinya ini akhir dunia."

Mereka tertawa, mungkin ini lucu bagi mereka yang sudah muak dengan dunia. Pada akhirnya jika nanti Neon tak segera menemukan ku dan semua gunung memuntahkan larvanya, kami semua akan mati. Bahkan dia bisa menemukan perempuan selain aku berakhiran A.

"Selamat malam semua warga Earte!"

Suara Neon!

Aku menatap layar yang terpampang nyata di tembok.

"Aku ingin membuat sayembara! Siapa saja yang menemukan orang ini hidup-hidup akan kuberi imbalan sepantasnya."

Lalu, wajah dan semua biodataku berada di sana!

Deg... Deg...

Kulirik wajah Oma, apa yang akan kuberi tahu ke dia?

"Luar biasa? Siapa gadis itu? Aku akan menemukannya!" Ogil tertawa keras.

Napasku tercekat, aku jadi buronan sekarang. Aku tersenyum miris, aku belum sempat menemukan teman-temanku dan Neon sudah membuat sebuah hal yang menyeramkan seperti ini.

"Makananlah, nak! Gadis itu akan kembali sendiri, dia harus menemukan jalannya." Oma tersenyum.

Aku takut!

Aku takut!

🌻🌻🌻

Aku melihat bintang yang masih setia di atas. Di sini, polusi sangat sedikit. Tak ada pabrik berasap atau apalah. Bukankah indah jika bisa pergi ke sana. Melihat planet lain dan bertemu  makhluk di tata Surya.

"Itu bagus, Ra!"

Suara Lodan terdengar.

"Kau tahu jika orang-orang pergi ke sana, mereka akan melayang!"

Aku tertawa, tentu saja karena di sana tidak ada gravitasi. Bahkan oksigen tak ada.

"Yah, tapi kita tak bisa melihat apa yang ada di atas sana. Jakarta terlalu kotor."

"Hmm... Jika kau melihat bintang jatuh, kau harus meminta sesuatu. Katanya permintaanmu akan dikabulkan." Kataku sembari memakan jagung.

Ini saat musim panen jagung.

"Benarkah? Besok jika dunia sudah membaik kita harus mencari bintang jatuh!"

"Ya, ayo kita cari!"

🌻🌻🌻

Salam Thundercalp!🤗

NOPE! : Red Moon ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang