"Terima kasih."
Perlahan semua orang satu persatu pergi meninggalkan meja. Matahari tenggelam menemaniku untuk menikmati senja. Mengagumkan sekali, musik dari alat musik berubah menjadi alunan ombak pantai. Ditemani suara alam berharmonisasi. Jenderal Zee ikut pergi meninggalkanku bersama Neon.
"Aku senang kau mau datang!"
"Kau membiarkanku tinggal?" Tanyaku melihat dirinya duduk disebelahku. Kami hanya beralaskan pasir pantai yang putih bersinar. Sesekali air membasahi kaki telanjangku. Kakiku sakit memakai sepatu berhak tinggi, menimbulkan lecet dan rasa nyeri.
"Aku akan datang lagi dan saat itu kau harus ikut denganku."
"Aku tak akan merubah jawabanku!"
"Jangan keras kepala!"
Neon meninggalkan jas putihnya dipundakku. Hatiku mulai ragu, siapa sekarang yang harus kupercayai sampai akhir. Benarkah apa yang kuyakini adalah kebenaran atau sebuah kebohongan? Hal lainnya ingin kusingkirkan dari hidupku. Aku hanya mau hidupku normal dan tanpa lagi teka-teki membingungkan. Percaya kepada seseorang sangat sulit buatku tanpa sadar aku selalu melakukannya tiap saat. Aku hanya membohongi diriku sendiri.
"Kau dapat memberitahuku sekarang?"
"Kemarilah!"
"Apa yang kau pikirkan?"
"Neon, hubungan kami tidaklah sebaik itu. Dia sudah tiada dihatiku, maaf untuk perkataannya tadi. Dia sangat kelewatan meminta permintaan itu."
"Aku hanya berformalitas, semua keputusan berada ditangan Jenderal Vico. Kau berada dalam wewenangnya dan hanya dia yang bisa menentukannya."
"Hah, hari yang mengejutkan!"
Bertemu dengan Trees yang berubah menjadi Neon terkesan canggung. Dia berlindung dibalik sosok kakakku dan hal itu paling kubenci. Apalagi dia mengakuiku di depan koleganya yang otomatis namaku akan tersebar dimana-mana. Semua orang akan tahu, termasuk Urka dan Lodan. Mereka pasti kecewa berat kepadaku.
"Aku juga, tak sangka kau adik dari petinggi itu. Kalian tidak seperti adik kakak, lebih mirip musuh yang saling mengibarkan bendera perang."
"Ya, apa para prajurit tahu?" Tanyaku memainkan pasir didepanku.
"Ya, kabar sangat cepat menyebar. Mereka juga sangat terkejut tahu anak laki-laki yang membuatkan mereka makanan ternyata seorang gadis cantik dan adik dari Tuan Neon."
"Itu berlebihan sekali, aku hanya ingin dipandang sebagai seorang Ra yang dulu. Mereka pasti akan menjauhiku!"
"Kalau mereka menjauh, aku yang akan mendekat."
"Baiklah, kau tanpa dimintapun juga akan melakukannya."
"Hahaha..."
Dia tertawa renyah sembari melepas jas hitam yang membalut kemeja putih. Setidaknya dia tidak seperti yang lain. Aku harus menanyakan perihal Fol. Tanpa dirinya dapur akan kosong dan perlu orang baru menggantikannya.
"Jenderal, kau tahu dimana Fol?"
"Fol? Aku belum pernah menemuinya dari pagi. Dia selalu berada di depan tenda menjagamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
NOPE! : Red Moon ( END )
Fiksi IlmiahAku terjebak kembali!!! Orang yang kuanggap bagian penting dari hidupku ternyata hanyalah orang asing. Jakarta hancur, tempat yang kutinggali selama ini telah hancur diterjang gempa besar. Lalu, Bumiku hanya akan jadi debu bila aku tak melawan merek...