Aku terduduk di tepi ranjang, kepalaku pening dan sakit. Kucoba berdiri dan berjalan tertatih-tatih menuju keluar kamar. Mataku menangkap sesosok gadis yang tengah memandangiku heran.
"Mau kemana?"
"Hah? Berjalan-jalan, aku sedikit pusing saja."
"Manusia lemah, ya?"
"Apa ada yang ingin kau bicarakan?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.
Manusia tidak selamanya lemah, jika sudah terganggu maka ada jiwa yang terbangun untuk bertahan hidup. Sifat alami manusia bukan?
"Neon memintaku menemanimu, katanya kau cepat bosan."
"Sedikit, bisakah kita pergi keluar?"
"Oh, tidak. Itu opsi dilarang! Kau ingin kabur?"
"Jika bisa."
Vivian membantuku berdiri dan memapahku ke meja makan. Dia menyuruh pelayan membawakan makanan untukku. Dia cukup baik.
"Terima kasih, aku merepotkanmu."
"Tidak masalah."
Vivian tersenyum sumringah.
"Aku ingin mengaku sesuatu!" Vivian duduk memandangiku.
"Bahwa kau mencintai Neon?" Tebakku.
Pelayan datang membawakan makanan dan minuman. Aku mencoba memakannya sedikit demi sedikit.
"Bukan, sebenarnya... Aku adik Neon?"
"Uhukk... Apa?"
Hampir saja aku menelan sepotong kentang bulat-bulat. Neon punya adik? Oh, aku baru tahu akan hal itu. Tapi, seorang Vivian yang seperti ini adik Neon?
"Ya, dia mengajakku kemari 3 tahun lalu. Katanya ada seseorang yang dia ingin kenalkan."
"Lalu?"
"Itu kau tentu saja, aku melihatmu di pabrik. Katanya kau manusia yang berbeda dan kuakui kau cukup pintar dari manusia di sini. Kau tahu kan manusia itu suka makanan hambar?"
"Ya, aku membuatnya."
Secara baiknya memang begitu, kami yang bekerja di pabrik membuat makanan hambar untuk seluruh dunia. Bukan hanya untuk Indonesia. Bukan!
"Keluargamu tidak, kau saja menyukai makanan ini. Sudah banyak orang yang memuntahkannya. Seleramu cukup bagus!"
Aku terima pujian itu, bunda yang harusnya diberi selamat. Aku dibesarkan olehnya.
"Kau tahu dia mencari segala cara agar dekat denganmu, tapi ternyata kau terlalu membenci kakakmu. Dia bodoh, harusnya lakukan secara laki-laki. Tapi, Neon terlalu takut mengakhirinya.
Sebenarnya dia cukup baik, dia membantu manusia sampai memiliki alat-alat canggih. Melakukan berbagai cara agar bumi ini menjadi baik namun nyatanya banyak orang yang serakah. Dia sudah tak tahan melihat pohon kesakitan."
"Pohon?"
"Dia memahami makhluk hidup, di Pluto kami semua bisa melakukannya. Aku saja sudah sangat pusing jika keluar mendengar omelan para pohon untuk menganti udaranya menjadi lebih baik.
Neon sudah mencobanya dan dia menyerah sekarang. Dia hanya ingin kandungan didalam sini. Aku bilang begini bukan membuatmu luluh atau apa. Ini hanya curhat."
Aku memcoba memahami semua perkataan Vivian. Jika Neon memahami makhluk hidup, bukankah dia bisa memahami jika menghancurkan Earte sama saja menyakiti semua makhluk hidup?
"Oh ya, aku cukup senang dia ingin menikah denganmu. Dia tipe orang pemilih, sudah banyak gadis ditolaknya dan dia mau... Hanyalah Kyra A."
🌻🌻🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
NOPE! : Red Moon ( END )
Fiksi IlmiahAku terjebak kembali!!! Orang yang kuanggap bagian penting dari hidupku ternyata hanyalah orang asing. Jakarta hancur, tempat yang kutinggali selama ini telah hancur diterjang gempa besar. Lalu, Bumiku hanya akan jadi debu bila aku tak melawan merek...