Bab 21 : Terima Kasih

225 48 1
                                    

"Ini!"

Fol menyikutku dan tertawa mengejek. Aku membuatkan makanan khusus untuk Jenderal Zee. Menurut Fol, dia suka makanan berwarna merah. Apapun makanannya asalkan berwarna merah akan dihabiskan oleh jenderal. Lumayan untuk pertama kali membuatnya. Para prajurit mulai berdatangan mengantri.

"Kau urus ini, aku akan membawakan makan malam untuk jenderal."

"Hahaha..."

Seperinya dia lembur hari ini sampai terus berada ditendanya. Jenderal harus memiliki nutrisi dan stamina yang baik untuk bekerja keras. Bagaimanapun juga aku harus memperhatikan setiap orang di pelabuhan ini. Aku juga mau seperti Roh yang berguna.

"Jenderal Zee?"

"Ya, masuk!"

Dia masih berjibaku dengan para dokumennya. Lagi-lagi semuanya berantakan tanpa meninggalkan celah pada lantai. Mata birunya terus memperhatikan peta dan kertas lain. Bergantian sembari memberi tanda pada beberapa titik lain.

"Kau mau makan malam? Aku membawakanmu makanan."

"Hah, apa?"

"Makan malam Jenderal Zee, kau butuh asupan. Setidaknya beri perutmu makanan walaupun sedikit."

"Taruh saja di meja, aku akan memakannya nanti."

"Kau masih mengerjakan gunung berapi itu?"

"Ya, semakin lama titiknya bertambah dan yang kutakutkan waktu mereka meledak bersamaan. Indonesia akan musnah, Earte lama-lama juga akan binasa."

"Darimana kau tahu titik itu bertambah?" Tanyaku mendekatinya.

"Insting seorang yang lama tinggal di pegunungan."

"Kau bukan dari pusat pemerintahan?"

"Kota ini adalah tempat kelahiranku. Aku berasal dari Jogyakarta."

"Istirahatlah, kau bisa meneruskannya nanti. Aku membawakan makanan kesukaanmu."

"A-apa?"

"Makanan merah, Fol memberiku resepnya. Ayo, makan." Pintaku.

"Kau bawa ke kamarku, di sini berantakan."

Terlihat sekali pekerjaannya sangat berantakan. Aku curiga kamarnya juga bernasib sama. Namun, semuanya hilang karena pada kenyataannya kamarnya lebih bersih dan rapi dari Roh. Aromanya juga sangat harum, mawar, jeruk, dan mint. Dia berhasil mengubah pandanganku darinya.

"Telakkan di meja!"

Kekagumanku bukan hanya itu saja, dia pintar memilih interior maupun benda-benda. Lebih dari 10 miniatur planet berjejer rapi. Ada juga poster berbintangan, tentang apa itu bintang, rasi bintang, semua hal berkaitan dengan luar angkasa. Mejanya sangat menarik berbentuk bumi bulat dengan alas kaki pendek bulatan. Nampak rapuh namun kokoh.

"Kau suka astronomi?" Tanyaku padanya yang baru keluar dari kamar mandi.

"Waktu kecil aku bercita-cita sebagai badan astronomi atau badan keamanan antar negara. Pergi ke luar angkasa sangat menarik perhatianku."

NOPE! : Red Moon ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang