Bab 28 : Keputusan Sulit

179 42 3
                                    

"Jenderal Zee!!!"

Napasku tercekat, aku berlari ke bibir pantai. Meneriaki namanya berulang kali tapi tak ada jawaban atas panggilanku. Di mana Jenderal Zee? Apa aku harus berenang ke tengah lautan sana? Apa yang harus kulakukan? Sampai sekarang dia tak muncul juga ke permukaan.

"Berhenti di sana!" Roh berteriak keras dan menarikku menjauhi air.

"Jenderal Zee, dia!!!"

"Dia akan baik-baik saja!"

Tak bisakah dia membedakan kata baik-baik saja dengan kata lainnya. Darimana asalnya kata itu bila aku belum menemukan Jenderal Zee. Roh dengan mudahnya menganggap semua ini sepele. Bagaimana jika di dalam sana terdapat hewan berbahaya. Tak ada yang tahu pasti!

"Lihat itu!" Roh menunjuk sebuah tubuh di bibir pantai. Jaraknya cukup jauh dari titik hilangnya Jenderal Zee.

Kami mendatanginya dan benar dia Jenderal Zee. Ditangannya masih memegang audio rekaman. Kulitnya pucat ditambah kerutan-kerutan terlihat jelas ditangannya. Aku menatap Roh yang justru tengah asik membolak-balik audio rekaman. Aku mengecek denyut nadi dan napasnya. Syukurlah semuanya normal, tapi kenapa Jenderal Zee menutup matanya?

"Jenderal?"

"Dia masih hidup, sebentar lagi dia akan bangun."

"Apa kita perlu napas buatan?" Tanyaku menghentikan aktivitas Roh mengotak-atik audio rekaman.

"Dia baik-baik saja!"

"Tapi, dia tidak bangun juga. Jenderal Zee!"

Tanganku gatal mencolek pipinya, berulang kali kulakukan tapi dia tak kunjung bangun juga. Bagaimana cara membangunkannya? Dia hanya diam tanpa melakukan pergerakan. Napas buatan adalah cara terbaik membangunkan orang tenggelam. Aku diajari oleh bunda tata cara berbagai situasi. Roh sama sekali tak peduli keselamatan temannya. Aku mulai curiga dia bukan kakakku!

"Bagaimana?" Tanyaku frustasi.

"Hah, kemarilah!"

Aku mendekat, dia membisikkan sesuatu padaku. Cara paling efektif membangunkan Jenderal Zee cukup mudah ternyata. Aku mengangguk mengiyakan dan mencobanya. Jangan-jangan dia hanya berpura-pura pingsan!

"Jenderal Zee jika kau tak bangun juga, aku tak akan pernah bicara denganmu atau menemuimu!"

"Jangan, Ra!"

Jenderal Zee bangun cepat, tangannya menggenggam tanganku. Aku dan Roh tertawa melihat wajah Jenderal Zee merah padam. Dia ingin sekali menipuku rupanya. Syukurlah dia berhasil selamat dari para robot itu. Cukup Fol dan beberapa prajurit yang gugur. Aku tak mau lagi ada yang pergi. Tubuhku tanpa sadar memeluk dirinya erat.

"Terimakasih tidak mati!"

"Aku masih ingin melindungimu, Ra!"

Dia ikut memelukku walau hanya bertahan beberapa detik. Roh memisahkan kami dan memukul kepala Jenderal Zee kesal. Aku tertawa dan berganti memeluk Roh. Dasar saudara yang suka cemburuan, aku pernah merasakannya waktu bersama Trees. Kami bermain berdua dan menghabiskan seharian dengan bermain bersama. Roh datang dan menarikku menjauhi Trees. Mungkin itu sebabnya Trees membenci Roh. Karena jika masih ada Roh, tidak akan ada yang berani mendekatiku.

NOPE! : Red Moon ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang